Advertorial

Pesona Desa Kelawi, Desa BRILian yang Hijau Memukau dengan Wisata Alam, Agrowisata, dan Bank Sampahnya

Kompas.com - 24/07/2024, 16:34 WIB

KOMPAS.com - Lebih dari sekadar memanjakan mata, pesona alam Desa Kelawi di Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan menawarkan petualangan yang memikat jiwa.

Desa Kelawi menyimpan potensi sebagai desa wisata melalui inovasi agrowisata hingga meraih penghargaan Desa BRILiaN Hijau 2023 oleh BRI.

Pelancong yang datang dari Jakarta tidak perlu menempuh waktu yang lama untuk bisa sampai di Desa Kelawi. Pasalnya, desa ini memiliki akses yang cukup dekat dari Pelabuhan Bakauheni.

Jarak Desa Kelawi dengan Pelabuhan Bakauheni tidak sampai 10 kilometer (km) atau sekitar 15 menit berkendara melalui jalur lintas Sumatera.

Setelah melewati jalan berbukit dan berliku sambil dimanjakan hamparan perkebunan, pengunjung akan langsung disambut hamparan pasir putih di Pantai Minang Rua, Desa Kelawi.

Pantai itu menjadi primadona para wisatawan bila hendak berkunjung di Desa Kelawi.

Selain keramahan warga Desa Kelawi, sepanjang bibir pantai juga memiliki pasir putih yang dijaga penuh kebersihannya.

Kesadaran merawat alam salah satunya didorong melalui terobosan program Bank Sampah yang dikelola badan usaha milik desa (BUMDes) Kelawi Mandiri.

Program itu tergolong ampuh mengajak warga Desa Kelawi bergotong royong memastikan kebersihan Pantai Minang Rua dan seluruh wilayah desa.

Sekretaris BUMDes Kelawi Mandiri, Rian Haikal menceritakan awal program Bank Sampah itu tercetus di desanya. Semua bermula dari niat baik untuk mengajak masyarakat agar lebih teredukasi dalam menjaga alam.

"Masyarakat mengumpulkan sampah-sampahnya yang dapat dijual dan selanjutnya kami dari pengelola keliling menimbang dan membayar mereka melalui tabungan BRI," katanya kepada tim Jelajah Merdeka saat berkunjung di Desa Kelawi pada awal Juni 2024.

Kehadiran Bank Sampah menjadi penyemangat warga Kelawi dalam menjaga alam. Tidak hanya meningkatkan kesadaran soal kebersihan, mereka juga menjadi bentuk nyata hadirnya literasi dan inklusi keuangan yang secara positif dijalankan BRI.

Mewujudkan green economy  

Selain keindahan pariwisata, Desa Kelawi juga memiliki keunggulan dari sisi agrowisata.

Melalui inovasi pertanian, mereka berhasil melahirkan varietas alpukat terbaru, yakni alpukat sipit Kelawi yang memiliki hak paten dan sertifikasi.

Alpukat sipit Kelawi telah dibudidayakan selama 15 tahun oleh Syahbana, seorang petani sekaligus ketua kelompok tani di Desa Kelawi. Jenis alpukat ini diketahui merupakan turunan dari varietas lainnya.

Di lahan seluas 3 hektar (ha), Syahbana mengaku mampu memperoleh hingga 60 ton lebih dalam satu musim dari 25 jenis alpukat yang ditanamnya.

Keberhasilannya juga didorong peran pengelolaan BUMDes Kelawi dalam memperkenalkan sekaligus distribusi kepada masyarakat luas.

Adapun keunggulan alpukat asli Kelawi ini memiliki daging tebal serta rasa yang manis, legit, dan pulen jika dibanding dengan varietas lain.

Nilai jual alpukat sipit Kelawi dipasarkan dengan harga mencapai Rp 20.000 per kilogram (kg).

Syahbana mengaku, hasil panen alpukat sipit Kelawi menggiurkan dan mampu memberikan nilai perekonomian lebih bagi keluarganya.

Apalagi, budi daya pohon alpukat cenderung cepat, yakni hanya butuh waktu kurang dua tahun dari bibit.

Dari berbagai keunggulan itu, Syahbana berinisiatif membuat program setiap rumah menanam pohon alpukat sipit Kelawi. Dengan dibantu karang taruna, ia pun telah membagikan 800 bibit alpukat kepada warga Desa Kelawi.

Syahbana berharap, penanaman alpukat itu dapat membantu perekonomian masyarakat Desa Kelawi karena alpukat asli Kelawi memiliki nilai jual yang bagus.

"Di desa kami memang membuat program satu kepala keluarga menanam dua pohon alpukat sipit Kelawi. Supaya masyarakat juga tahu terkait nilai jual alpukat itu sendiri," ujar Syahbana.

Kini, Syahbana bersama BUMDes Kelawi masih mencari cara untuk mengejar kebutuhan produksi alpukat sipit Kelawi.

Selain memanfaatkan masyarakat untuk ikut menanam, mereka juga tengah meneliti agar jenis alpukat itu mampu panen lebih dari tiga kali dalam setahun.

Di sisi lain, Rian selaku pengurus BUMDes menyadari adanya potensi ekonomi dari alpukat bagi masyarakat desa.

Dengan program Satu Kepala Keluarga Dua Pohon Alpukat, wisatawan diharapkan bisa dengan mudah merasakan langsung kenikmatan alpukat asli dari desanya.

"Ketika nanti wisatawan berkunjung ke Kelawi bisa melihat pohon-pohon alpukat di halaman rumah. Nanti, saat berbuah kami yang ambil dan diperjualbelikan kepada wisatawan," kata Rian.

Upaya BUMDes Kelawi bersama warganya untuk mengembangkan potensi dan inovasi melalui program penanaman alpukat dan bank sampah telah membuahkan hasil manis.

Selain meningkatkan ekonomi, keberhasilan itu juga membuat Desa Kelawi dianugerahi penghargaan sebagai Desa Hijau dalam program Desa BRILiaN Hijau 2023.

Agen perubahan

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengatakan, Desa BRILiaN merupakan salah satu program pemberdayaan desa.

Desa BRILiaN bertujuan menghasilkan role model dalam pengembangan desa yang diinisiasi BRI sebagai bentuk agent of development dalam mengembangkan desa.

Hingga akhir Juni 2024, terdapat 3.602 desa yang telah mendapatkan pemberdayaan Desa BRILiaN.

Supari mengatakan, pemberdayaan wilayah pedesaan menjadi isu yang perlu diperhatikan, mengingat perkembangan desa di Indonesia relatif belum merata dan menjadi tantangan bersama.

“Kami berharap program ini menjadi salah satu wadah yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh desa-desa yang terlibat sehingga pada akhirnya mampu mendorong kemajuan desa-desa di Indonesia," tegasnya.

Informasi lebih lanjut tentang keindahan alam dan potensi Desa BRILiaN Kelawi dapat ditonton di sini.

Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau