KOMPAS.com – Sudah bukan rahasia lagi bahwa Bali merupakan “surga” wisata. Pesonanya pun sudah mendunia. Tak sekadar pantai, Bali juga kaya akan potensi desa wisata.
Desa-desa di Pulau Dewata pun “bersolek” agar destinasi wisatanya disambangi pelancong dari dalam ataupun luar negeri. Tak terkecuali, Desa Bongan di Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan.
Kabupaten Tabanan sendiri merupakan salah satu wilayah yang kerap menjadi destinasi pilihan wisatawan untuk berlibur. Di wilayah ini, terdapat dua obyek wisata yang menjadi primadona di Tabanan, yakni Pura Tanah Lot dan Pura Ulun Danu Beratan.
Ditambah lagi, Kabupaten Tabanan mudah diakses karena letaknya cukup dekat dengan Bandara Internasional Ngurah Rai dan jalur Gilimanuk–Denpasar. Karena itu pula, potensi wisata di Tabanan cepat berkembang.
Kondisi itu turut memacu Desa Bongan untuk segera berbenah dan mengangkat potensi desa agar dilirik wisatawan. Apalagi, lokasi desa hanya berjarak 3 km dari obyek wisata Tanah Lot dan kondisi akses jalan menuju desa sangat baik. Untuk itu, Desa Bongan berupaya menjadi destinasi wisata baru di Kabupaten Tabanan.
Bongan dikenal memiliki tradisi Mesuryak, yakni ritual yang dilakukan secara turun-temurun untuk merayakan Hari Raya Kuningan. Mesuryak bertujuan untuk memberikan bekal berupa beras dan uang kepada leluhur yang akan kembali Suarga Loka (alam baka).
Selain tradisi adat, desa itu juga punya potensi alam yang tak kalah indah, terutama hamparan sawah (subak) yang luas, hijau, dan asri. Kemolekannya bahkan tak kalah dengan kawasan Ubud yang sudah terkenal dengan pemandangan alam persawahannya.
Kepala Desa (Perbekel) Bongan I Ketut Sukarta mengatakan, Bongan memiliki topografi alam yang asri dan subur dengan hamparan lahan pertanian (subak) mencapai 200 ha dari total luas desa 445 ha. Tak ayal, mayoritas dari 7.500 penduduknya mengandalkan pertanian sebagai mata pencaharian sehari-hari selama puluhan tahun.
Seiring berjalan waktu, pemerintah desa bersama warga menyadari bahwa area pertanian luas tersebut bisa dikembangkan menjadi obyek agrowisata. Dalam beberapa tahun terakhir, akses jalur persawahan terus dibenahi agar wisatawan mudah menyusuri dan menikmati pemandangan saat berkeliling di sekitar sawah.
Bongan juga memiliki keunikan tersendiri dengan segitiga emasnya, yakni penangkaran burung jalak putih, Air Terjun Grembengan, serta Pura Puseh Bedha dengan Bale Agung Ki Patih Kebo Iwa. Pura Puseh Bedha terletak di perbatasan tiga desa, yaitu Bongan, Pejaten, dan Sudimara.
Pengembangan wisata di kawasan ini juga diarahkan kepada wisata religi dan wisata edukasi. Hal ini mengingat di Desa Bongan terdapat situs budaya berupa Pura Puseh dan Bale Agung yang merupakan jejak perjalanan Kebo Iwa.
Pemerintah Desa Bongan berencana menyediakan paket eduwisata agar para turis bisa belajar kehidupan warga di sana, seperti menanam padi, berkebun, melihat tradisi seni budaya lokal, dan berkunjung ke obyek wisata terdekat.
Untuk menunjang perjalanan wisatawan, warga desa juga menyediakan beberapa homestay sebagai tempat istirahat sementara bagi wisatawan. Mereka bisa merasakan langsung tinggal berdampingan bersama warga desa.
“Ada tujuh titik homestay walaupun fasilitasnya belum sebagus kamar hotel. Namun, sekarang ini tamunya (wisatawan) belum sebanyak seperti di Canggu, Kuta, dan lainnya. Satu bulan ada satu atau dua tamu yang menginap, kami sudah bersyukur,” kata Ketut Sukarta.
BUMDesa Karya Sejahtera baru memiliki dua unit usaha, yakni jasa pelayanan pembayaran pajak, listrik, air minum, dan pelayanan kebutuhan bahan pokok. Usaha ini efektif membantu karena masyarakat tidak perlu lagi pergi jauh ke pusat kota untuk mengurus transaksi pembayaran.
“(BUMDesa) ini sangat membantu. Karena belum optimal, belum begitu besar dampak ekonominya untuk pendapatan desa,” tutur Ketut Sukarta.
Layanan BRI menjangkau desa
Selain melalui BUMDesa, transaksi keuangan juga terasa lebih mudah karena adanya AgenBRILink. Layanan perbankan dari BRI ini sangat menjangkau masyarakat, terutama di daerah pedesaan atau pelosok.
Melalui layanan ini, warga bisa melakukan transaksi perbankan secara real-time online dengan konsep sharing fee. Dengan demikian, masyarakat tak perlu ke kantor cabang BRI untuk melakukan transaksi tersebut.
“Adanya AgenBRILink memudahkan masyarakat, apalagi mereka yang tidak memiliki rekening bank. Mau transfer, kirim uang jadi mudah tanpa harus ke ATM yang jaraknya lumayan jauh. Jadi, hemat waktu dan biaya kan,” ujarnya.
Ketut Sukarta mengaku, masyarakat Bongan saat ini masih cenderung menyimpan dan bertransaksi dengan uang tunai. Sebagian besar dari mereka belum sepenuhnya memahami dan beralih ke transaksi elektronik, seperti pembayaran dengan transfer ataupun melalui QRIS.
Menurut dia, kehadiran AgenBRILink sangat membantu warga memahami kemudahan transaksi melalui elektronik. Oleh karena itu, dia berupaya agar warga perlahan bisa adaptif dengan teknologi layanan perbankan.
Transformasi tersebut penting dilakukan, mengingat Desa Bongan harus siap ketika semakin banyak nantinya wisatawan yang berkunjung ke desa. Maka, sistem transaksi juga harus semakin baik, tidak harus transaksi dengan uang tunai, cukup melalui transfer atau lewat QRIS.
“Ke depan, kami mengajak warga agar mulai memahami teknologi, terutama untuk UMKM, homestay atau usaha lain. Jadi, mereka bisa paham tentang transaksi elektronik bisa lewat aplikasi, tanpa harus bayar tunai. Ini bagian dari digitalisasi keuangan juga,” ujarnya.
Harapan ini sejalan dengan visi misi “Bongan MANIS: Mandiri, Aman, Nyaman, Indah dan Sejahtera”. Ketut Sukarta menilai masyarakat di desanya memiliki tujuan sama untuk memajukan Bongan sehingga dapat berdampak terhadap kesejahteraan masyarakat desa.
Desa Anda juga bisa seperti Desa Bongan atau desa lain yang menjadi pemenang Program Desa BRILiaN 2023. Tingkatkan terus potensi desa Anda dan raih kesempatan menjadi peserta Desa BRILiaN 2024.
Informasi lebih lengkap mengenai Desa BRILiaN, Anda bisa kunjungi atau hubungi kantor BRI dan mantri BRI yang ada di desa Anda. Jadikan desa Anda sebagai Desa BRILiaN selanjutnya!