JAKARTA, KOMPAS.com – Karya Kreatif Indonesia (KKI) kembali digelar di Jakarta Convention Center (JCC) pada Kamis (1/8/2024) hingga Minggu (4/8/2024). Kali ini, acara tersebut berkolaborasi dan bersinergi dengan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI).
Adapun FEKDI X KKI 2024 mengusung tema "Sinergi Memperkuat Ekonomi dan Keuangan Digital serta Inklusif untuk Pertumbuhan Berkelanjutan".
Di tengah hiruk-pikuk JCC, sebuah kain tenun berwarna hitam pekat dengan sentuhan benang emas berkilau menarik perhatian pengunjung KKI 2024.
Kain itu adalah songket Palembang, hasil karya tangan terampil para perempuan di bawah naungan Nirmala Songket, UMKM wastra dari Sumatera Selatan yang kini menjadi sorotan dalam KKI 2024.
Pemilik Nirmala Songket Rusmala dengan bangga memperlihatkan selendang hitam dengan aksen abu-abu yang ia pegang.
"Warna hitamnya berasal dari kulit kayu mahoni, sedangkan abu-abunya dari kulit jengkol. Semua menggunakan pewarna alami," jelasnya dengan antusias dalam Taklimat Media yang membahas Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024 di JCC, Sabtu (3/8/2024).
Songket yang biasanya identik dengan acara formal, kini hadir dalam bentuk yang lebih kasual dan ramah lingkungan, menjawab permintaan pasar yang menginginkan kain tradisional yang bisa dikenakan sehari-hari.
Inovasi ini bukan sekadar perubahan warna, melainkan hasil dari pembinaan intensif yang diterima Nirmala Songket sejak bergabung dengan program Bank Indonesia (BI) pada 2018.
"BI mempertemukan kami dengan orang-orang yang berkompeten di bidangnya untuk memberikan masukan dari segi produk. BI juga mendorong kami untuk terus berinovasi," ujar Rusmala.
Ia menambahkan bahwa BI juga membantu dalam hal manajemen keuangan melalui pengenalan Sistem Informasi Aplikasi Pencatatan Informasi Keuangan (SiApik), yang mempermudah akses ke pembiayaan perbankan.
Keunikan songket Nirmala tidak hanya terletak pada penggunaan pewarna alami, tetapi juga pada sentuhan modernnya yang tetap mempertahankan ciri khas Palembang.
Hal itu membuahkan hasil manis ketika pada 2019, Nirmala Songket berkolaborasi dengan desainer Nila Baharuddin di ajang bergengsi London Fashion Week, memperkenalkan keindahan wastra Indonesia ke panggung internasional.
Namun, di balik keindahan songket-songket itu, tersimpan kisah pemberdayaan yang menyentuh.
"Yang mengerjakan adalah ibu-ibu rumah tangga dan remaja putus sekolah. Sekitar 80 persen pembuat songket ini adalah perempuan," ungkap Rusmala.
Peran BI Berdayakan UMKM
Kisah Nirmala Songket adalah satu dari ribuan cerita sukses UMKM yang dibina oleh BI. Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menegaskan pentingnya UMKM bagi perekonomian Indonesia.
"UMKM adalah sektor yang penting dalam perekonomian Indonesia. Lebih dari itu, 80 persen UMKM digerakkan oleh perempuan. UMKM sangat banyak menyerap tenaga kerja di Indonesia dan terbukti tangguh menghadapi berbagai krisis ekonomi," ujarnya.
Di sisi lain, Kepala Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen BI Anastuty K menjelaskan program-program yang dijalankan pihaknya untuk mendorong UMKM naik kelas.
"Kami memiliki program Go Digital dan Go Global. Untuk Go Digital, kami mengenalkan UMKM pada QRIS sebagai sistem pembayaran digital, seperti QRIS. Kami juga memperkenalkan aplikasi SiApik untuk membantu UMKM membuat laporan keuangan yang berguna untuk mengakses pembiayaan," jelasnya.
Anastuty atau akrab disapa Nita melanjutkan, untuk mendukung Go Global, BI menerbitkan modul pendorong ekspor dan bekerja sama dengan kantor perwakilan BI di luar negeri serta kementerian terkait untuk membuka ruang promosi bagi produk UMKM Indonesia di pasar internasional.
Selain itu, BI juga telah mendirikan beberapa permanent showcasing di luar negeri, seperti Indonesia House of Beans yang memamerkan kopi-kopi dan cokelat Indonesia di Singapura, Malaysia, Jepang, dan Washington DC.
"Kami berharap, BI terus mendorong kami untuk berinovasi dan memberikan masukan-masukan yang membangun," ujar Rusmala mewakili harapan para pelaku UMKM.
Sementara itu, Yafet berharap, BI dapat memberikan lebih banyak pelatihan untuk petani dan pengusaha kopi, termasuk pelatihan digital marketing.
“Pasalnya, Papua masih memiliki banyak sumber daya alam lain yang perlu dikembangkan,” ucap Yafet.