Advertorial

Beasiswa Full buat Disabilitas? UT Bikin Semua Bisa Kuliah!

Kompas.com - 15/08/2024, 13:49 WIB

KOMPAS.com – Universitas Terbuka (UT) menjadi salah satu perguruan tinggi negeri (PTN) di Tanah Air yang berhasil bermetamorfosis menjadi kampus inklusif.

Terbuka bagi semua kalangan, UT memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk mengenyam pendidikan tinggi, termasuk penyandang tunanetra.

Tak tanggung-tanggung, UT turut memberikan beasiswa penuh kepada penyandang tunanetra untuk menuntaskan pendidikan di kampus ini.

Atas upaya tersebut, UT mendapat penghargaan dari Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) karena dinilai berhasil memberdayakan generasi muda tunanetra di Tanah Air.

Penghargaan tersebut diberikan kepada Wakil Rektor UT Rahmat Budiman dalam gelaran Musyawarah Nasional (Munas) ke-X di Hotel Mega Anggrek, Jakarta Barat (Jakbar).

Adapun aksi pemberdayaan diwujudkan UT dengan memberikan beasiswa penuh kuliah di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) ini.

Rahmat mengatakan, UT berkomitmen menyediakan akses pendidikan tanpa batas kepada masyarakat.

“Terima kasih kepada Pertuni atas penghargaan yang diberikan. Sejak 2021, UT sudah memberikan beasiswa penuh buat tunanetra yang ingin kuliah. UT adalah satu-satunya perguruan tinggi yang memberikan akses tanpa batas bagi seluruh warga Indonesia, termasuk tunanetra," kata Rahmat dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (15/8/2024).

Rahmat melanjutkan, masyarakat penyandang tunanetra yang ingin mendapatkan akses perguruan tinggi berkualitas dapat bergabung ke UT.

“Kami menyediakan beasiswa penuh bagi mahasiswa tersebut. UT satu-satunya perguruan tinggi yang memberikan akses tanpa batas bagi seluruh warga Indonesia,” tambahnya.

Sebagai informasi, gelaran munas tersebut dihadiri 520 delegasi dari seluruh Indonesia membahas masa depan komunitas tunanetra.

Tiga agenda utama dibahas pada Munas Pertuni tahun ini meliputi penetapan program kerja 2024-2029, penyesuaian Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) organisasi, serta pemilihan Ketua Umum dan Ketua Dewan Pengawas Pusat Pertuni periode 2024-2029. 

Ketua Umum Pertuni Aria Indrawati mengatakan, sebagai organisasi nasional, Pertuni adalah rumah bagi 50.000 tunanetra di Indonesia, serta kendaraan untuk memperjuangkan hak-hak mereka.

“Pertuni sekaligus mewakili kurang lebih 4 juta warga negara yang menyandang tunanetra di Indonesia,” tuturnya.

Aria menjelaskan, Pertuni bergerak maju dengan semangat demokrasi yang kuat. Pertuni merupakan rumah dan kendaraan perjuangan para tunanetra anggota Pertuni di seluruh Indonesia.

“(Pertuni menjadi) rumah bagi para tunanetra belajar mengelola dan mengembangkan organisasi dengan mengedepankan semangat demokrasi, serta kendaraan yang legitimatif untuk berjuang, mendorong penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak warga negara Indonesia yang menyandang tunanetra,” terangnya.

Ke depan, lanjutnya, Pertuni bakal mengadakan berbagai kegiatan internal dan eksternal untuk mendukung anggotanya, mulai dari manajemen organisasi hingga pelatihan teknologi.

Seluruh program tersebut dirancang untuk memperkuat komunitas tunanetra di Indonesia.

“Pertuni dan UT mendukung aksi tersebut. Kami berharap, semakin banyak generasi muda tunanetra di Indonesia yang mendapatkan akses pendidikan tinggi berkualitas,” kata Aria.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau