KOMPAS.com - Human Initiative menggagas Local Champion Forum 2024 di kawasan Senggigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (16/8/2024). Acara ini diikuti 25 orang aktor lokal penggerak masyarakat dari sejumlah wilayah di Indonesia.
Perjalanan Human Initiative selama 25 tahun dalam kerja kemanusiaan tidak terlepas dari kolektif kebaikan mitra kolaborasi.
Human Initiative bersama mitra kolaborasi mendorong inovasi, peran vital pemerintah dalam mengatur kebijakan, dan aktor lokal penggerak masyarakat dalam merealisasikan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Kolaborasi ini diwujudkan dalam berbagai program sosial dan kemanusiaan melalui pendekatan dan semangat pemberdayaan.
Presiden Human Initiative Tomy Hendrajati mengatakan, peran 25 orang aktor lokal pada program Local Champion Forum 2024 sangat sentral untuk membangun pemberdayaan di masyarakat.
Pihak yang berkolaborasi dengan Human Initiative untuk menggerakkan masyarakat telah berhasil menguatkan masyarakat.
“Dengan demikian, masyarakat bisa bertahan, bahkan mengembangkan diri untuk bertumbuh, baik secara ekonomi, pendidikan, maupun kesehatan," terang Tomy, Senin (19/8/2024).
Kedua puluh lima orang aktor lokal berasal dari berbagai wilayah Indonesia, seperti Aceh, Bengkulu, Kepulauan Riau, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur (NTT), NTB, Sumatera Selatan, serta Pulau Jawa.
Mereka dipertemukan dalam Local Champion Forum untuk memperkuat jejaring dan membangun kolaborasi antaraktor penggerak dari daerah lain. Dengan demikian, mereka bisa saling memberikan masukan.
“Dengan berjejaring, mereka bisa saling memberikan dorongan untuk menumbuhkan masyarakat," tuturnya.
Tomy menjelaskan, saat ini sudah ada 25 orang aktor lokal yang sebelumnya mendapat pendampingan dari Human Initiative. Kini, mereka telah berhasil mengembangkan diri dan masyarakat.
Kolaborasi yang dilakukan bersama Human Initiative telah memberikan dampak keberlanjutan bagi pemegang hak program. Hal ini ditandai dengan kemandirian yang mulai terlihat di berbagai wilayah sasaran program.
Human Initiative senantiasa mendukung pembangunan berkelanjutan dengan meluncurkan berbagai program pemberdayaan. Hal ini dilakukan melalui kolaborasi multipihak yang melibatkan instansi pemerintah, donatur, institusi pendidikan, pelaku usaha, praktisi, dan organisasi kemanusiaan lain.
Dalam perjalanan tersebut, Human Initiative berupaya merancang pendekatan efektif yang dimulai dari gagasan pembentukan Indonesia Village Care (IVC) pada 2009. Selanjutnya, program ini disempurnakan melalui program Klaster Berdaya pada 2017. Pada tahun ini, program tersebut kembali diperbarui menjadi Integrated Sustainability Program (ISP).
Tomy menjelaskan, ISP merupakan produk yang dibentuk sebagai ikhtiar untuk menghadapi tantangan global dengan membangun peningkatan kualitas hidup dan kemampuan masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara berkelanjutan.
Program tersebut dijalankan dengan membangun tiga pilar, yakni Kampung Berdaya, Keluarga Berdaya, dan Pemuda Berdaya.
Program tersebut mendorong setiap wilayah mengembangkan modal sumber daya manusia, fisik, sosial, dan finansial untuk mendukung pembangunan wilayah berkelanjutan. Dengan demikian, wilayah itu dapat menjadi Kampung Berdaya.
“Ranah Klaster Berdaya di tingkat keluarga dilakukan dengan intervensi program untuk dipantau perkembangan kesejahteraan masyarakat dari berbagai aspek, meliputi ekonomi, kesehatan, dan pendidikan untuk mencapai tingkat kualitas hidup yang lebih baik," ujar Tomy.
Peran pemuda sebagai level terkecil dalam Kampung Berdaya, lanjut Tomy, sangatlah penting. Pasalnya, inisiatif mereka akan menentukan keberlanjutan program.
Para pemuda dibina untuk mengenali dan mengembangkan potensi lokal serta menjadi aktor kunci dalam perencanaan dan pengorganisasian kegiatan kemasyarakatan. Mereka juga didorong untuk berkomunitas serta menjaga keberlanjutan di wilayah masing-masing.
Tomy menilai, kunci pemberdayaan berkelanjutan di lingkungan masyarakat adalah keterlibatan aktor-aktor lokal. Oleh karena itu, berbagai pihak sudah seharusnya memberikan dukungan kepada mereka.
“Aktor lokal paling cepat membantu wilayah mereka dalam mengatasi masalah. Kami hadir untuk mendukung dan mendampingi agar mereka jauh lebih kuat," paparnya.
Pada kesempatan tersebut, Tomy juga berterima kasih kepada pihak yang telah mendukung aktivitas program berkelanjutan, baik individu maupun mitra institusi dari dalam dan luar negeri. Ia juga berterima kasih kepada aktor lokal Human Initiative yang menjadi ujung tombak penyelenggaraan program hingga sampai kepada masyarakat.
Human Initiative, lanjutnya, merupakan lembaga kemanusiaan yang punya tanggung jawab untuk memastikan setiap amanah dapat terwujud sesuai harapan.
“Untuk itu, kami berkomitmen menjadi inspirasi bagi kampung-kampung para lokal aktor. Hari ini, kami menginspirasi Indonesia dan akan menginspirasi dunia pada tiga hingga lima tahun ke depan," tutur Tomy.
Aktor lokal
Haerul Warid merupakan salah satu pemuda berdaya dari Desa Kekait, Dusun Batu Butir, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Ia telah berhasil menekuni usaha gula semut dengan nama Kekait Palm Sugar.
"Saya di sini selaku fasilitator Human Initiative sebagai penggerak utama dalam pemberdayaan masyarakat di Desa Kekait yang bertani gula aren," kata Haerul.
Haerul menceritakan, sebelum ada pendampingan, petani di Desa Kekait hanya membuat gula merah biasa atau gula batangan yang penjualan terbatas di pasar tradisional.
Ia pun mendapatkan pendampingan dari Human Initiative dengan program Bangun Industri Desa (BID) gula semut pada 2018.
Human Initiative bersama Haerul Warid berhasil meningkatkan keterampilan para petani untuk memproduksi gula semut aren dan gula briket yang memiliki nilai jual lebih tinggi serta pasar lebih luas hingga ke luar daerah.
Haerul mengatakan, kini produksi gula semut dari Desa Kekait sudah bisa dipasarkan hingga Bogor.
"Produk kami adalah gula aren atau gula semut Kekait Palm Sugar. Berkat pendampingan Human Initiative, produk kami dipasarkan hingga Bogor. Gula semut memiliki cita rasa yang berbeda," kata Haerul.
Human Initiative juga melakukan pendampingan dengan program Peduli Pendidikan.
Salah satu guru di Dusun Sumpal, Musi Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), Febriyanti, juga mendapat pendampingan dari Human Initiative. Menurutnya, program bantuan pendidikan memberikan dampak besar terhadap dirinya dan masyarakat Dusun Sumpal.
Sebelum Human Initiative datang ke Dusun Sumpal, pendidikan di sana sangat memprihatinkan. Hanya ada tiga bangunan seadanya dari masyarakat dengan menggunakan bekas kandang ayam.
Pada 2007, pihaknya mengajukan bantuan gedung sekolah pada perusahaan di sekitar Dusun dan disetujui dengan bangunan permanen kayu. Saat itu, masyarakat di Dusun Sumpal belum sadar akan pentingnya pendidikan.
"Karena belum sadar, kalau musim hujan atau musim hajatan, sekolah libur karena tidak ada murid. Menurut mereka, pendidikan belum terlalu penting," kata Febriyanti.
Human Initiative kemudian memberikan pendampingan dalam bentuk latihan tenaga pendidik, bantuan media belajar, dan bahan ajar.
Dengan pendampingan tersebut, Febriyanti telah lulus sebagai guru Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan berperan aktif dalam memprakarsai pendirian SMPN 15 Bantu Lincir dalam upaya meningkatkan akses pendidikan di Dusun Sumpal.
Minat masyarakat untuk sekolah pun semakin tinggi dengan peningkatan jumlah murid di SDN Simpang Bondon.
"Setelah datang Human Initiative, 50 dari 178 siswa berstatus negeri, bukan sekolah jauh lagi," tutur Febriyanti.