KOMPAS.com – Universitas Terbuka (UT) Bandung melaksanakan program Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dengan fokus pada Membangun Desa di wilayah Sumedang, Provinsi Jawa Barat.
Program tersebut melibatkan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di bawah naungan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV Jawa Barat, dan berlangsung selama empat bulan, mulai dari 17 Februari hingga 17 Juni 2024.
Program Membangun Desa 2024 merupakan bentuk implementasi kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) terkait program MKBM.
UT Bandung mengirimkan 15 mahasiswa sebagai perwakilan yang berkontribusi dalam berbagai kegiatan di desa. Para mahasiswa memperoleh pengalaman berharga, menggali potensi diri, dan belajar cara menyelesaikan masalah di masyarakat sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-masing.
Pelaksanaan program tersebut tidak hanya bergantung pada individu, tetapi juga membutuhkan kerja sama yang kuat antara mahasiswa dan masyarakat untuk mencapai hasil yang optimal.
Mahasiswa UT Bandung secara aktif berdiskusi dengan dosen pembimbing lapangan dan tokoh masyarakat secara langsung, serta melaksanakan program kerja di tengah masyarakat. Diskusi juga dilakukan dengan aparatur desa dan tokoh masyarakat untuk menggali informasi serta mencari solusi atas permasalahan yang ada di desa.
Program MBKM Membangun Desa 2024 berhasil memberikan dampak positif bagi para mahasiswa, yang mencakup perluasan wawasan, peningkatan pengalaman, serta pengembangan kemampuan berpikir kritis dan pengambilan keputusan.
Program itu juga menumbuhkan sikap kepedulian sosial dan tanggung jawab terhadap kemajuan masyarakat. Mahasiswa diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam pendampingan perencanaan, pelaksanaan program pembangunan, serta memecahkan masalah yang ada di masyarakat.
Selain itu, mereka juga mendorong pembaruan yang diperlukan dalam pembangunan daerah dan membantu membentuk kader-kader pembangunan yang dapat menjamin kesinambungan pembangunan.
Program MBKM Membangun Desa 2024 berfokus pada lima indikator utama atau key performance indicators (KPI), yaitu Literasi Masyarakat Miskin Ekstrem, Zero New Stunting, Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos), One Village One Product (OVOP), dan One Village One Innovation (OVOI).
Mahasiswa memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pengelolaan keuangan dengan tujuan memperkuat ekonomi individu dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Program ini hadir untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya literasi keuangan dan mengubah pola pikir dalam mengelola keuangan agar mampu keluar dari garis kemiskinan.
Penyuluhan diberikan dalam bentuk pelatihan literasi keuangan yang membantu masyarakat merencanakan dan mengelola keuangan dengan lebih strategis dan teratur.
Tengkes atau stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak yang biasanya disebabkan oleh pola makan dan asuh yang tidak baik sehingga standar kesehatan anak tidak terpenuhi.
Dalam program ini, mahasiswa berpartisipasi dalam kegiatan posyandu di desa dan kelurahan untuk memantau tumbuh kembang anak. Mereka juga memberikan edukasi seputar stunting guna meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pencegahan dan penanganan stunting.
Dengan begitu, kasus stunting di desa diharapkan bisa menurun. Sementara itu, desa juga aktif dalam memberikan makanan tambahan bagi anak stunting.
Mahasiswa UT Bandung bergerak ke seluruh penjuru desa untuk memberikan edukasi tentang pencegahan dan penanganan stunting melalui penyuluhan yang dilakukan di setiap posyandu yang sudah terjadwal setiap bulannya.
Puskesos adalah lembaga yang dibentuk oleh desa atau kelurahan untuk memudahkan masyarakat miskin dan rentan miskin dalam menjangkau layanan perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan yang dikelola oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten atau kota.
Mahasiswa fokus membentuk serta merintis sekretariat Puskesos di desa. Fasilitas ini nantinya berfungsi sebagai pusat pengaduan serta informasi bagi masyarakat terkait kesejahteraan sosial.
OVOP adalah salah satu indikator capaian yang dirancang oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang. Bekerja sama dengan LLDIKTI Wilayah IV, inisiatif ini bertujuan untuk membantu meningkatkan potensi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar memiliki daya saing kuat dan berdampak positif pada kemajuan desa di bidang kewirausahaan.
Dalam kegiatan ini, mahasiswa berperan aktif membantu masyarakat yang memiliki keterampilan di bidang kewirausahaan, tetapi belum memahami cara pengelolaan yang baik. Mereka memberikan bantuan dalam pembuatan merek dagang (branding), termasuk pembuatan label, logo produk, serta inovasi dalam rasa atau bentuk produk yang dihasilkan.
Selain itu, mereka juga mendukung pemasaran produk secara online dan langsung kepada konsumen.
Tidak hanya itu, mahasiswa juga terlibat langsung dalam proses pengolahan produk yang nantinya akan dikemas dan dipasarkan.
Melalui kolaborasi dengan tiga desa, tim mahasiswa UT Bandung berhasil menciptakan inovasi produk, seperti pembuatan opak dengan rasa dan kemasan baru di Desa Conggeang Kulon, inovasi pada rengginang mini serta makanan tradisional sagon di Desa Bojongloa, dan pembuatan opak mini dengan berbagai rasa di Desa Buahdua.
OVOI adalah program yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan desa dalam bersaing dan berkontribusi, serta mendorong potensi desa di bidang ekonomi, sosial, pendidikan, budaya, dan pariwisata di tingkat regional, lokal, atau nasional.
Dalam program ini, mahasiswa merancang berbagai inisiatif yang bertujuan untuk memberikan manfaat nyata bagi masyarakat desa.
Salah satu inisiatif tersebut adalah program bimbingan belajar bagi anak-anak di luar sekolah yang mencakup keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
Selain itu, mahasiswa juga memperkenalkan tanaman hidroponik bayam sebagai sarana untuk berkebun secara modern dan ramah lingkungan, serta memberikan solusi penerangan jalan dengan memasang lampu panel surya yang otomatis menyala saat sore hari.
Mereka juga membantu dalam pembuatan gapura sebagai identitas dusun yang bertujuan untuk meningkatkan rasa bangga dan kepemilikan warga.
Di samping itu, mereka pun berinisiatif membuat plang nama dan gapura di setiap gang yang belum memiliki nama, bekerja sama dengan warga setempat.
Tidak hanya itu, mereka juga memperkenalkan konsep koperasi syariah kepada ibu-ibu Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) serta memasang tugu pembatas untuk kelurahan yang belum memiliki pembatas guna memberikan informasi batas wilayah yang jelas bagi para pengendara.