Advertorial

Urgensi Penyadartahuan Tantangan dan Upaya Menghadapi Krisis Iklim

Kompas.com - 26/08/2024, 19:06 WIB

KOMPAS.com – Krisis iklim telah menjadi perbincangan publik sehingga menjadi salah satu isu global. Pasalnya, dampak krisis iklim mulai dirasakan, seperti kenaikan suhu dan perubahan cuaca ekstrem.

Sektor ekonomi pun turut terdampak oleh perubahan iklim. Hal ini turut berpengaruh pula terhadap pola ekonomi dan perilaku manusia.

Jika dibiarkan, krisis iklim akan berdampak terhadap keberlangsungan hidup masyarakat. Oleh karena itu, respons terhadap krisis tersebut makin diperlukan.

Salah satu respons yang bisa dilakukan adalah aksi nyata guna memitigasi dampak perubahan iklim dari berbagai pihak, baik pemerintah, lembaga penelitian atau akademisi, hingga praktisi dan dunia usaha.

Meski begitu, perlu kajian lebih lanjut guna menyelisik apakah aksi-aksi tersebut sudah sampai kepada masyarakat secara luas. Hal ini dinilai penting untuk menumbuhkan kesadaran kolektif dalam aksi mitigasi perubahan iklim.

Pemerintah sendiri telah menyerahkan dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2016. Dokumen ini berisi komitmen Indonesia dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 29 persen dengan usaha mandiri dan 41 persen dengan bantuan Internasional.

Pada 2022, pemerintah merevisi target penurunan emisi GRK menjadi 31,89 persen dengan usaha sendiri dan 43,20 persen dengan bantuan dunia internasional.

Perubahan itu diharapkan dapat membantu Indonesia mencapai net zero emission (NZE) pada 2060.

Kolaborasi serta partisipasi aktif seluruh pihak secara konkret dan holistik pun diperlukan guna mencapai target tersebut.

Dalam upaya menuju target penurunan emisi GRK, tak sedikit tantangan dihadapi seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat.

Pada masyarakat sendiri tantangan terbesar adalah mendapatkan akses informasi dan validasi informasi tentang perubahan iklim yang beredar.

Pendekatan lebih intensif kepada masyarakat, khususnya kalangan muda, perlu digelorakan lebih luas. Dengan demikian, tercipta generasi yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan.

Serangkaian aktivitas guna memberikan edukasi serta menumbuhkan optimisme telah dilakukan. Upaya tersebut diharapkan dapat membangun kesadaran (awareness) serta mengedukasi masyarakat tentang krisis iklim yang tengah terjadi.

Salah satu upaya tersebut adalah penyelenggaraan kegiatan “Indonesia Climate Change Expo & Forum (ICCEF)” yang sudah diinisiasi sejak 2011.

Untuk diketahui, ICCEF merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk mengajak seluruh pemangku kepentingan memiliki kesadaran tentang krisis iklim.

Kegiatan tersebut digelar untuk menjawab kebutuhan akan medium informasi kepada masyarakat yang lebih luas tentang aksi-aksi mitigasi iklim yang telah dan akan dilakukan.

Pada 2024, ICCEF akan diselenggarakan di E-Walk Mall, Balikpapan Super Blok, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim), Jumat (20/9/2024) hingga Minggu (22/9/2024).

Kegiatan tersebut berisi serangkaian acara, mulai dari talk show, forum pemuda, lomba-lomba, hingga eksibisi, guna memberikan edukasi kepada masyarakat tentang perubahan iklim.

Adapun kegiatan tersebut juga berkaitan dengan Paviliun Indonesia pada konferensi perubahan iklim COP Ke-29 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang berlangsung di Kota Baku, Azerbaijan, November 2024.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau