Advertorial

Mahasiswa Performing Arts Angkatan Ke-25 LSPR Sukses Adakan Drama Musikal ''2AM: The Musical''

Kompas.com - 27/08/2024, 12:01 WIB

KOMPAS.com - Mahasiswa Kelas Performing Arts Angkatan Ke-25 Program Studi (Prodi) Komunikasi dan Bisnis London School of Public Relations (LSPR) yang tergabung dalam manajemen produksi Waka Waka Production mengadakan drama musikal bertajuk “2AM: The Musical” di Teater Besar, Taman Ismail Marzuki, Sabtu (24/8/2024), pukul 19.00 WIB.

Acara tersebut dihadiri oleh para dosen, dekan, teman, dan keluarga mahasiswa LSPR serta didukung oleh Andrea Miranda–putri dari musisi legendaris Indonesia Purwa Caraka.

Sebagai informasi, pagelaran drama musikal “2AM: The Musical” merupakan salah satu syarat kelulusan untuk mata kuliah Perencanaan dan Produksi pada semester 6 di bawah bimbingan dosen Mikhael Yulius Cobis MSi, MM.

Sementara bagi Waka Waka Production, kegiatan itu jadi penanda debut mereka dalam memproduksi karya seni komersial di Tanah Air.

Rangkaian acara “2AM: The Musical” sebelumnya telah dipentaskan sebanyak dua kali sejak Februari 2024, yakni saat ujian akhir semester (UAS) mata kuliah Manajemen Acara dan MICE serta pada Malam Penganugerahan LSPR Theatre Festival Ke-30.

Konsep drama musikal “2AM: The Musical” pun terinspirasi dari berbagai aliran musikal broadway di seluruh dunia.

Drama tersebut menggabungkan unsur emosi, alam bawah sadar, dan spiritualitas dalam kehidupan manusia.

Fokus pada kisah gadis disabilitas

Cerita drama musikal “2AM: The Musical” merupakan karya orisinal Waka Waka Production yang mengangkat tema utama tentang disabilitas.

Kisah tersebut berfokus pada Brielle atau akrab disapa Bri, seorang gadis berusia 19 tahun yang tinggal di Manhattan, Amerika Serikat (AS), pada 2000.

Karakter Bri digambarkan sebagai seorang penyintas disabilitas akibat kecelakaan. Insiden tersebut juga disebutkan merenggut nyawa kedua orangtuanya.

Diam-diam, Bri memendam impian untuk menjadi bintang broadway. Namun, karena ketidakmampuan dalam menggunakan kedua kakinya, ia terpaksa harus merelakan cita-citanya tersebut.

Tak hanya itu, trauma akibat kehilangan orangtua juga membuat Bri menjauh dan menolak cinta serta kasih sayang dari orang-orang di sekitarnya. Ia pun menolak terapi dan memilih menyendiri karena takut akan kegagalan.

Pada suatu malam, Bri bermimpi dan secara ajaib berubah menjadi seorang pemain broadway dengan kedua kaki yang normal.

Dalam mimpi tersebut, ia bertemu teman-teman baru. Bahkan, ia juga menemukan cinta pertamanya.

?2AM: The Musical? bercerita tentang penyandang disabilitas yang bercita-cita ingin menjadi pemain broadway. Dok. LSPR ?2AM: The Musical? bercerita tentang penyandang disabilitas yang bercita-cita ingin menjadi pemain broadway.

Namun, perjalanan Bri di dunia mimpi nyatanya tidak semulus yang diharapkan. Sebab, ia harus menghadapi berbagai rintangan dan ancaman untuk dapat kembali ke dunia nyata.

Produser “2AM: The Musical” Cathleen Rebecca mengatakan, fokus utama dalam pertunjukan ini adalah untuk menyampaikan pesan melalui musik dan tari.

Drama musikal tersebut diisi oleh empat pemeran utama, enam pemeran pendukung, dan 10 ensemble dengan 15 lagu orisinal.

Tajuk “2AM: The Musical” dipilih untuk menggambarkan kisah Bri yang selalu duduk di kursi roda yang menunggu memasuki dunia mimpi untuk dapat meraih cita-citanya sebagai seorang pemain broadway.

“Dengan mengangkat tema disabilitas, kelas kami memiliki misi untuk memberikan harapan bagi teman-teman penyintas disabilitas bahwa kondisi fisik tidak akan menghalangi mereka untuk terus berkarya dan bersaing dengan karya-karya di luar sana,” ujar Cathleen dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (26/8/2024).

Cathleen juga berharap, produksi drama tersebut dapat berkontribusi pada pertumbuhan industri seni pertunjukan di Indonesia dengan menghasilkan karya-karya yang membanggakan hingga tingkat dunia.

Sementara itu, Mikhael yang juga bertanggung jawab sebagai produser eksekutif menjelaskan bahwa tahapan perencanaan pagelaran drama musikal adalah fondasi dari segalanya.

Pada tahap itu, ide-ide kreatif dikumpulkan dan dipadukan menjadi satu visi yang kohesif. Selama latihan dan persiapan intensif, kekompakan dan kerja sama tim pun semakin terasa.

Setiap anggota tim, baik pemain maupun kru, berkontribusi dengan bakat dan dedikasi mereka sehingga dapat menciptakan sinergi unik yang tak tergantikan.

Saat pertunjukkan berlangsung, Mikhael pun merasa bangga karena hasil kerja keras berbulan-bulan dari semua mahasiswa dapat diwujudkan dalam penampilan yang memukau penonton.

“Saya berharap, setiap proses produksi dapat menjadi tempat berkembangnya bakat-bakat baru dan menjadi ajang pembelajaran yang berharga. Semoga pertunjukan-pertunjukan yang dihasilkan dapat menginspirasi dan meninggalkan kesan yang mendalam,” ucap Mikhael.

 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau