Advertorial

Bantu Wujudkan Target NZE, BPSDM ESDM Adakan FGD Terkait Pengembangan CCS dan CCUS

Kompas.com - 02/09/2024, 18:13 WIB

KOMPAS.com - Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyelenggarakan focus group discussion (FGD) bertajuk “Towards Net Zero Emissions: Indonesian Project Development of CCS and CCUS” di Hotel Park Hyatt, Jakarta, Kamis (29/8/2024).

Kegiatan tersebut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Direktur Hulu Migas, Deputy Director General CCS Project Department JOGMEC, Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu, dan para pemangku kepentingan bidang energi.

FGD tersebut adalah bagian dari komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) melalui pengembangan energi terbarukan, implementasi konservasi energi, dan penerapan teknologi bersih.

Upaya tersebut penting dilakukan untuk membantu mencapai target Net Zero Emission (NZE) 2060 yang diusung oleh pemerintah.

Pada FGD tersebut, salah satu topik pembahasan difokuskan pada upaya pengembangan dan pemanfaatan carbon capture and storage (CCS) serta carbon capture utilisation and storage (CCUS).

Sebagai informasi, CCS dan CCUS adalah teknologi penangkapan emisi karbon dioksida (CO2) dari proses industri dan pembangkit listrik agar tidak terlepas ke atmosfer.

Kedua teknologi tersebut memungkinkan penggunaan bahan bakar fosil dengan emisi yang lebih rendah sehingga dapat mendukung transisi ke ekonomi rendah karbon tanpa mengorbankan keamanan energi.

Pada teknologi CCS, karbon dioksida yang tertangkap ditransportasikan dan disimpan di bawah permukaan bumi. Sementara, karbon yang tertangkap pada teknologi CCUS dimanfaatkan (utilization) untuk berbagai tujuan.

Kehadiran kedua teknologi itu penting untuk negara-negara yang masih bergantung pada bahan bakar fosil.

Meski bermanfaat dalam mengurangi CO2, pengimplementasian teknologi CCS dan CCUS di Indonesia menemui sejumlah tantangan

Tantangan tersebut di antaranya adalah perlu investasi yang signifikan, regulasi yang mendukung pengembangan dan penerapan teknologinya, serta penyesuaian SDM dan peralatan existing pendukung.

Dalam sambutannya, Kepala BPSDM ESDM Prahoro Nurtjahyo mengatakan, isu perubahan iklim menjadi salah satu tantangan global yang memerlukan perhatian dan aksi nyata dari berbagai pihak.

“Indonesia, sebagai negara yang berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK perlu mengambil langkah-langkah strategis dalam mengelola sumber daya energi dan lingkungan. Dalam konteks inilah, teknologi CCS serta CCUS jadi sangat relevan untuk kita diskusikan dan implementasikan” ujar Prahoro dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (2/9/2024).

Prahoro menambahkan, Kementerian ESDM menargetkan mayoritas dari 15 proyek CCS dan CCUS akan mulai beroperasi pada 2030.

”Potensi penyimpanan CCS di Indonesia sebesar 577,62 gigaton yang terdiri atas depleted oil and gas sebesar 4,85 gigaton dan saline aquifer sebesar 572,77 gigaton. Ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi penyimpanan karbon terbesar di dunia,” kata Prahoro.

Sebagai informasi, FGD Towards Net Zero Emissions: Indonesian Project Development of CCS and CCUS merupakan bagian dari rangkaian acara menuju Human Capital Summit ke-2 2025.

Dalam kegiatan itu, beberapa topik utama yang akan dibahas meliputi transformasi green collar workforce, penciptaan green jobs di sektor energi, dan identifikasi kebutuhan SDM untuk mendukung transisi energi di Indonesia.

Kemudian, ada juga kegiatan penandatanganan komitmen untuk kolaborasi dan sinkronisasi guna mempercepat transformasi green collar workforce di Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau