Advertorial

Ikut Pemberdayaan BRI, Klaster Usaha Telur Asin Abinisa Raih Omzet Ratusan Juta Per Bulan

Kompas.com - 10/09/2024, 12:07 WIB

KOMPAS.com – Telur asin yang berasal dari Desa Sujung, Kabupaten Serang, Banten telah lama menjadi primadona. Di balik kelezatannya, terdapat kisah sukses dari sebuah inisiatif yang bernama Klaster Telur Asin Abinisa.

Klaster itu berhasil meningkatkan kapasitas usaha masyarakat Desa Sujung dan memperkuat kerja sama antarpelaku usaha.

Berkat klaster itu, para pembuat telur asin kini dapat memproduksi produk dengan kualitas lebih baik dan jumlah lebih banyak.

Selain itu, mereka juga memiliki akses pasar yang lebih luas, baik lokal maupun nasional. Hal ini berdampak positif pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Desa Sujung.

Klaster yang dibentuk sejak 2018 itu awalnya berfokus pada produksi telur asin. Namun, setelah setahun berjalan, usaha ini mengembangkan produk baru yaitu egg roll.

Selain egg roll, klaster tersebut juga memiliki produk unggulan lain seperti salted egg dan telur asin omega.

Produk tersebut awalnya hanya dipasarkan di sekitar Kabupaten Serang. Kini, berkat kualitas produk yang terjaga dan inovasi yang terus dilakukan, produk-produk tersebut berhasil membuat usaha ini menembus pasar lokal.

Saat ini, mayoritas penjualan produk dipasarkan secara online melalui berbagai platforme-commerce.

Berkat keberhasilan yang dicapai, Klaster Usaha Desa Sujung berhasil diundang BRI dalam acara Brilian Indepence Week 2024 yang diselenggarakan di Kantor Pusat BRI, Jakarta Pusat.

Salah satu kunci kesuksesan Klaster Telur Asin Abinisa adalah menjaga konsistensi kualitas produk. Saat ini, Klaster Telur Asin Abinisa bisa memiliki omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan.

Penggunaan kepala udang sebagai pakan bebek merupakan inovasi yang membedakan telur asin yang dihasilkan klaster ini dengan produk sejenis. Namun, ketersediaan bahan baku kepala udang terkadang menjadi tantangan tersendiri.

Pemilik usaha mikro kecil menengah (UMKM) Abinisa Susi Rahwati mengatakan, tantangan bagi usahanya adalah ketersediaan bahan baku kepala udang.

"Kami mendapatkan pasokan kepala udang dari supplier, tetapi terkadang terjadi keterlambatan pengiriman dapat mengganggu produksi," ujarnya dalam siaran pers.

Pendampingan BRI

Lebih lanjut, Susi Rahwati mengatakan bahwa untuk mengembangkan usahanya, Klaster Telur Asin Abinisa mendapatkan program pembiayaan dan pendampingan usaha dari BRI.

“BRI sering memberikan arahan atau pendampingan untuk UMKM kelompok kami,” kata Susi.

Berkat dukungan BRI tersebut, Klaster Telur Asin Abinisa dapat mengembangkan usaha dan memperluas pasar.

Selain dukungan finansial, BRI juga memberikan pelatihan-pelatihan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan usaha, seperti pelatihan pemasaran digital dan pengembangan produk.

Pemberdayaan klaster usaha merupakan pemberdayaan kepada kelompok usaha yang terbentuk berdasarkan kesamaan usaha dalam satu wilayah.

Dengan begitu, klaster tersebut menciptakan tercipta keakraban dan kebersamaan dalam peningkatan maupun pengembangan usaha para anggotanya.

Hingga akhir Juli 2024, BRI telah memiliki 31.488 klaster usaha yang tergabung dalam program Klasterku Hidupku. BRI juga telah menyelenggarakan 2.184 pelatihan dalam program Klasterku Hidupku.

Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan, program Klasterku Hidupku merupakan salah satu bentuk strategi yang mengutamakan pemberdayaan.

Dia menyebutkan, secara umum, strategi bisnis mikro BRI pada 2024 berfokus pada pemberdayaan berada di depan pembiayaan.

“BRI sebagai bank yang berkomitmen kepada pelaku UMKM telah memiliki kerangka pemberdayaan yang dimulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi," jelas Supari.

 

 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau