Advertorial

Cara Tepat Tahir Neuroscience Center Mayapada Hospital Tangani Stroke Sumbatan

Kompas.com - 25/09/2024, 17:44 WIB

KOMPAS.com – Strok merupakan gangguan fungsi otak yang kerap terjadi secara mendadak akibat sumbatan ataupun pembuluh darah pecah dalam otak yang disebabkan berbagai faktor risiko.

Gangguan kesehatan tersebut tak dapat dianggap sepele. Pasalnya, strok merupakan keadaan gawat darurat (brain attack) yang harus ditangani dengan cepat dan tepat. Semakin dini ditangani, risiko kerusakan otak dan komplikasi lainnya dapat diminimalisasi.

Untuk diketahui, strok akibat sumbatan atau disebutstroke infark adalah jenis strok terbanyak yang dialami penderita. Strok jenis ini disebabkan penyempitan atau penyumbatan di pembuluh darah otak atau leher.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan aliran darah ke otak berkurang drastis. Pada kasus stroke infark, dokter perlu mengembalikan aliran darah ke otak sesegera mungkin untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.

Dokter Spesialis Neurologi dari Mayapada Hospital Tangerang dr Ivan Kurnianto Prabowomukti, SpN, FINA, memberikan penjelasan terkait penanganan strok.

“Saat mendapati seseorang dengan gejala strok, meskipun tampak hilang timbul, perhatikanlah waktu mulai timbulnya gejala dan segeralah bawa ke instalasi gawat darurat (IGD) untuk segera mendapat penanganan selama periode emas (golden period),” ujar dr Ivan dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (24/9/2024).

Untuk diketahui, golden period merupakan periode ketika risiko kematian atau cacat permanen pada pasien strok dapat diminimalisasi dengan penanganan tepat dan sesegera mungkin, yakni 4,5 jam pertama sejak serangan strok terjadi.

Dalam rentang golden period, lanjut dr Ivan, standar penanganan emas untukstroke infark dilakukan dengan pemberian obat-obatan yang disebut terapi trombolitik.

“Tujuannya, untuk memperbaiki aliran darah ke jaringan otak serta mencegah kerusakan otak lebih lanjut,” terang dr Ivan.

Sementara itu, Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neuro Intervensi dari Mayapada Hospital Bandung, dr Condrad MP Pasaribu, SpN(K), FINS, menjelaskan, terapi trombolitik intravena dilakukan untuk meluruhkan gumpalan atau bekuan yang menyumbat pembuluh darah ke otak.

Hal itu dilakukan dengan cara memberikan obat pemecah gumpalan darah, seperti Alteplase atau sejenisnya melalui infus.

“Namun, khasiat obat akan berkurang seiring waktu sehingga harus diberikan sedini mungkin selama rentang waktu golden period,” jelas dr Condrad.

Faktanya, terapi trombolitik memiliki risiko yang mungkin terjadi, misalnya perdarahan di dalam otak (intraserebral).

Oleh karena itu, tim dokter yang ahli dan terlatih, didukung dengan kelengkapan fasilitas, dan alat medis canggih, diperlukan dalam memberikan penanganan kegawatdaruratan, termasuk dalam melakukan terapi trombolitik.

Seperti halnya tempat dr Condrad dan dr Ivan berpraktik, Mayapada Hospital menjadi rumah sakit (RS) yang dikenal dengan berbagai layanan unggulan berstandar internasional. Salah satunya, layanan Stroke Emergency.

Layanan tersebut dikenal memiliki tim multidisiplin dan tenaga medis kompeten yang juga terlatih dalam kasus kegawatdaruratan dengan fasilitas perawatan yang intensif, terintegrasi, dilengkapi fasilitas Catheterization Lab (Cath Lab), serta fasilitas pencitraan, seperti CT Scan dan MRI.

Bersama tim multidisiplin dan kelengkapan fasilitas yang dimiliki, Stroke Emergency Mayapada Hospital siaga 24 jam penuh dalam menangani kasus kegawatdaruratan strok. Tim tersebut berpengalaman dalam memberikan penanganan dalam golden period.

Tidak hanya itu, Stroke Emergency Mayapada Hospital telah menerapkan protokol penanganan strok internasional Door to Needle kurang dari 60 menit untuk menyelamatkan pasien dari risiko komplikasi.

Prosedur mekanikal trombektomi

Selain terapi trombolitik intravena, tindakan penanganan stroke infark lainnya adalah prosedur mekanikal trombektomi.

Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neuro Intervensi Mayapada Hospital Kuningan, dr Ricky Gusanto Kurniawan, SpN, SubspNIIO(K), FINR, mengatakan, trombektomi dilakukan di Cath Lab menggunakan kateter atau selang kecil.

Kedua sarana tersebut dimasukkan ke dalam pembuluh darah melalui lipatan paha dan dinavigasikan ke pembuluh darah yang tersumbat di otak. Metode ini dilakukan untuk menarik dan mengeluarkan sumbatan.

“Trombektomi dilakukan dengan segera dalam waktu 6 jam hingga 24 jam sejak awal gejala strok timbul. Tindakan ini akan membawa manfaat maksimal pada kondisi sumbatan pembuluh darah yang berukuran cukup besar,” jelas dr Ricky.

Ilustrasi prosedur trombektomi. Dok. Mayapada Hospital Ilustrasi prosedur trombektomi.

Sementara itu, Dokter Spesialis Neurologi Konsultan Neuro Intervensi Mayapada Hospital Surabaya, dr Dedy Kurniawan, SpN(K), FINA, menegaskan, semakin cepat trombektomi dilakukan, akan semakin besar manfaatnya dalam mencegah serta mengurangi risiko kecacatan jangka panjang akibat strok.

“Prosedur tersebut juga dapat dilakukan sebagai terapi tambahan setelah terapi trombolitik diberikan, atau apabila pasien tidak memenuhi kriteria untuk menjalani terapi trombolitik,” paparnya.

Perlu diketahui, trombektomi merupakan prosedur advanced yang hanya bisa dilakukan di RS yang memiliki fasilitas Cath Lab didukung dengan dokter saraf atau bedah saraf yang kompeten.

Adapun layanan Stroke Emergency Mayapada Hospital memiliki fasilitas Cath Lab canggih yang mendukung tim dokter dalam melakukan prosedur diagnosis serta penanganan kasus kegawatdaruratan strok melalui terapi trombolitik dan trombektomi secara minimal invasif (minim sayatan).

Stroke Emergency Mayapada Hospital merupakan bagian dari layanan Tahir Neuroscience Center sebagai layanan unggulan Mayapada Hospital. Layanan ini untuk penanganan gangguan saraf, otak, dan tulang belakang, mulai dari deteksi dini, diagnosis, tindakan neuro intervensi dan bedah saraf, hingga neuro rehabilitasi.

Tahir Neuroscience Mayapada Hospital juga telah berhasil menangani berbagai kasus kompleks dengan tindakan advanced, seperti Deep Brain Stimulation untuk penanganan parkinson, operasi saraf tulang belakang secara minimal invasif, dan operasi tumor tulang belakang.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau