KOMPAS.com - Kejahatan siber (cybercrime) yang memanfaatkan teknologi, seperti perangkat dan jaringan internet masih marak terjadi.
Saat beraksi, pelaku kejahatan siber umumnya menjalankan modus operandi dengan memanfaatkan data privasi korban.
Pada dasarnya, kejahatan siber terdiri dari banyak jenis. Namun, jenis tindakan kejahatan yang paling sering terjadi adalah peretasan.
Tindakan tersebut merupakan upaya untuk meretas sistem, mencuri data pribadi, dan data keuangan.
Selain menyebabkan kerugian berupa pencurian data pribadi, peretasan juga menimbulkan kerugian finansial.
Berkaitan dengan hal tersebut, Direktur Digital dan Teknologi Informasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI Arga M Nugraha mengatakan, keamanan data yang juga jadi bagian keamanan dana nasabah selalu menjadi fokus utama BRI.
"Kami menanggapi hal ini (peretasan) dengan sangat serius untuk mengamankan data dan dana nasabah BRI. Tentu saja, kami memiliki acuan framework yang umum untuk cyber security. Jika memang ada hal buruk terjadi, kami telah siapkan serangkaian alat dan prosedur baku. Kami bisa menjamin seluruh data nasabah tetap aman," ujar Arga dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (4/11/2024).
Arga menambahkan, BRI terus melakukan pengamanan internal secara berulang. Misalnya, BRI kerap melakukan freight monitoring.
Perseroan juga memiliki security operation center (SOC) yang beroperasi 24/7 untuk memonitor berbagai ancaman siber.
BRI pun tak lupa untuk terus melakukan audit dan asesmen yang rutin dengan pihak ketiga serta partner.
"Selain itu, kami juga memastikan keamanan dari sisi manusia (human resource) yang jadi bagian krusial. Dari sisi insan brilian, kami bangun awareness dan kehati-hatiannya. Hal yang sama juga kami lakukan kepada nasabah untuk melakukan kehati-hatian," katanya.
BRImo kuat dan aman di tengah maraknya cyber crime
Saat ini, peretasan yang dilakukan oleh pelaku kejahatan juga menyasar pada aplikasi perbankan dari berbagai bank, termasuk BRImo.
BRImo sendiri adalah super-app dari BRI yang punya lebih dari 37,4 juta pengguna nasabah aktif.
Menurut Arga, angka besar itu jelas menjadi daya tarik bagi para penjahat siber untuk melakukan serangkaian tindak kejahatan.
Meski begitu, BRImo dapat dikatakan berada dalam posisi yang cukup kuat dalam menghadapi ancaman cybercrime.
Hal tersebut tak lepas berkat investasi besar BRI dalam teknologi keamanan dan upaya edukasi yang berkelanjutan sehingga BRImo berhasil menjaga kepercayaan nasabah.
"Ini yang terus kami perkuat untuk menjaga data dan dana nasabah. Ada banyak hal yang kami lakukan untuk mengamankan aplikasi ini. Dengan aplikasi yang ditanamkan di smartphone, ada serangkaian pengamanan tentang cara kami menggunakan enkripsi demi menjamin BRImo agar lebih aman digunakan nasabah," ucap Arga.
Selain pengamanan spesifik di BRImo, BRI juga melakukan pengamanan di system back-end.
Pada upaya itu, BRI menggandeng security researchers dan institusi infosec yang bonafit serta profesional dengan pengalaman dan latar belakang keamanan siber yang kuat.
Pengamanan dilakukan mulai dari sisi network, server, dan pusat data dengan tujuan yang komprehensif serta end to end.
“Keamanan dari pemantauan juga dilakukan. Namun, bagian utamanya, kami juga meng-encourage user agar jangan sampai hal yang dianggap sederhana justru berbalik menyerang. Misalnya, jangan pernah sekali-kali menyerahkan username, password, dan OTP kepada orang lain atau pihak yang mengaku sebagai BRI sekalipun," jelas Arga.
Arga menambahkan, keamanan siber adalah perjuangan yang terus menerus dilakukan oleh perseroan.
Oleh karena itu, BRI akan terus berinovasi dan meningkatkan sistem keamanannya untuk memastikan bahwa data dan dana nasabah tetap aman.
Arga juga meminta kepada masyarakat agar selalu proaktif dalam memerangi cybercrime.
Upaya tersebut dapat dilakukan dengan selalu melakukan beberapa tip berikut.
"Jadi prinsip kehati-hatian nasabah dan praktik keamanan wajib dilakukan, seperti jangan instal APK sembarangan dan game gratisan. Kami coba mengamankan sejauh yang kami bisa, tapi device nasabah itu kan sifatnya personal. Kerahasiaan itu komitmen dua belah pihak sehingga kami tidak bisa menjaga keamanan tanpa kesadaran nasabah. Ini yang harus dijaga bersama," terang Arga.