Advertorial

Indeks Bisnis UMKM BRI Triwulan III-2024: Ekspansi Bisnis Melambat, Daya Beli Perlu Penguatan

Kompas.com - 05/11/2024, 13:30 WIB

KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI merilis Indeks Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Triwulan III-2024, Senin (4/11/2024).

Hasil survei menunjukkan ekspansi bisnis UMKM mengalami pelambatan, tercermin dari penurunan Indeks Bisnis UMKM yang berada pada level 102,6, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2024 yang mencapai 109,9.

Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa meski indeks masih di atas 100, yang mengindikasikan adanya ekspansi bisnis, tetapi pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya.

“Hal ini dipengaruhi oleh aktivitas masyarakat yang kembali normal setelah Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), seperti Idul Fitri, Waisak, dan Idul Adha, ditambah adanya libur sekolah,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (5/11/2024).

Selain itu, lanjut dia, pelambatan ekspansi bisnis UMKM juga dipengaruhi oleh peningkatan panen komoditas perkebunan, proyek-proyek pemerintah dan swasta yang meningkat menjelang akhir tahun, serta acara pesta dan aktivitas partai politik menjelang pemilihan kepala daerah (pilkada).

Penurunan ekspansi UMKM juga dipengaruhi oleh turunnya daya beli masyarakat, normalisasi permintaan setelah HBKN, penurunan produksi pertanian pascapanen raya, kenaikan harga barang input, serta persaingan yang semakin ketat.

Kelima komponen Indeks Bisnis UMKM masih mencatatkan indeks di atas 100, namun tiga komponen mengalami penurunan, yaitu volume produksi atau penjualan sebesar 94,1, nilai penjualan (96,1), dan penggunaan tenaga kerja (99,2).

Penurunan ini terkait dengan turunnya permintaan barang dan jasa pasca HBKN dan normalisasi produksi pangan pascapanen raya.

Meski harga jual rata-rata mengalami kenaikan, penurunan volume produksi dan penjualan menyebabkan nilai penjualan juga ikut tertekan.

Pada kuartal tersebut, pemesanan dan persediaan barang input masih mengalami kenaikan, meskipun lebih lambat dibandingkan kuartal II-2024, karena adanya kenaikan harga barang input dan prospek usaha yang lebih moderat.

Persediaan barang jadi juga meningkat, namun dengan laju yang lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya.

Investasi juga menunjukkan pelambatan

Investasi juga menunjukkan pelambatan, sebagian dana yang seharusnya dialokasikan untuk investasi terserap oleh naiknya harga barang input.

Sektoral beberapa sektor usaha mengalami kontraksi, terutama sektor pertanian dan sektor hotel serta restoran.

Aktivitas sektor pertanian menurun pasca panen raya dan musim kemarau yang kering di sejumlah daerah. Sementara itu, sektor hotel dan restoran terdampak oleh menurunnya permintaan jasa akomodasi pasca HBKN dan libur sekolah.

Akan tetapi, sektor-sektor lainnya seperti pertambangan, industri, perdagangan, dan pengangkutan masih menunjukkan ekspansi, meskipun melambat dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Sektor konstruksi menunjukkan angka tertinggi dengan Indeks Bisnis 116,3, didorong oleh meningkatnya aktivitas proyek pemerintah dan swasta serta cuaca yang kondusif.

Aktivitas sektor jasa juga meningkat, berkat banyaknya pesta seperti pernikahan dan peningkatan kegiatan politik menjelang pilkada.

Melihat ke depan, UMKM tetap optimistis dengan ekspansi bisnis di Q4-2024, tercermin dari Indeks Ekspektasi Bisnis yang mencapai 122,3, meskipun mengalami penurunan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Penurunan tersebut menggambarkan ekspektasi yang lebih moderat akibat melemahnya daya beli masyarakat, persaingan yang semakin ketat, dan musim tanam yang segera dimulai.

Sejalan dengan pelambatan tersebut, Indeks Sentimen Bisnis (ISB) UMKM pada kuartal III-2024 mengalami penurunan, berada pada level 115,1.

Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya komponen Indeks Situasi Sekarang (ISS) yang turun 7,5 poin menjadi 94,1, serta Indeks Ekspektasi (IE) yang turun 4,0 poin menjadi 136,0. Penurunan optimisme ini seiring dengan pelambatan pertumbuhan usaha UMKM dan tantangan ekonomi yang dihadapi.

Indeks Kepercayaan Pelaku UMKM kepada Pemerintah (IKP) juga menunjukkan penurunan, dengan melemahnya hampir semua komponen.

Indeks IKP pada kuartal III-2024 tercatat 125,9, turun 4,6 poin dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Pebisnis UMKM memberikan penilaian tertinggi terhadap kemampuan pemerintah dalam menciptakan rasa aman dan menyediakan infrastruktur.

Sementara itu, penilaian terendah diberikan terkait kemampuan pemerintah menstabilkan harga barang dan jasa, yang dianggap semakin memberatkan usaha UMKM akibat naiknya harga barang input.

"Hal ini tampaknya terkait dengan terus meningkatnya harga barang input yang menggerus keuntungan usaha, sehingga menjadi beban yang cukup berat bagi sebagian pelaku bisnis UMKM," jelas Supari.

Informasi tentang survei

Survei Kegiatan Usaha dan Sentimen Bisnis UMKM BRI melibatkan lebih dari 7.084 responden UMKM yang tersebar di berbagai sektor ekonomi di 33 provinsi di Indonesia.

Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode stratified systematic random sampling, yang memungkinkan representasi yang akurat dari sektor usaha, provinsi, dan skala usaha yang berbeda.

Survei tersebut dilaksanakan oleh BRI Research Institute dari 20 September hingga 2 Oktober 2024.

Untuk menjamin keakuratan data, wawancara dilakukan melalui telepon dengan pengawasan mutu yang ketat, memastikan hasil yang valid dan dapat diandalkan.

Informasi yang dikumpulkan mencakup persepsi pelaku usaha UMKM terhadap perkembangan dan prospek perekonomian secara umum, kinerja sektor usaha responden, serta proyeksi kinerja usaha mereka ke depan.

Data tersebut digunakan untuk menyusun Indeks Bisnis UMKM (IB), ISB, dan Indeks IKP terhadap pemerintah. Indeks-indeks ini melengkapi survei serupa yang disusun oleh Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, yang mencakup pelaku usaha kategori menengah dan besar.

Selain itu, survei tersebut juga memberikan informasi tentang kondisi usaha responden untuk kebutuhan pemantauan dan sebagai sistem peringatan dini (early warning system) terkait keberlangsungan usaha debitur UMKM.

Responden dalam survei tersebut menjawab berbagai pertanyaan dengan tiga pilihan jawaban, positif (lebih tinggi atau lebih baik), negatif (lebih rendah atau lebih buruk), dan netral (sama saja atau tetap).

Indeks difusi dihitung dengan cara mengurangi persentase jawaban negatif dari persentase jawaban positif, kemudian menambahkannya dengan angka 100. Jawaban netral tidak dihitung dalam perhitungan ini.

Nilai tengah indeks difusi adalah 100, dengan rentang antara 0 hingga 200. Jika semua responden memberikan jawaban negatif, indeks difusi akan bernilai 0.

Sebaliknya, jika semua responden memberikan jawaban positif, indeks difusi akan bernilai 200. Indeks difusi di atas 100 menunjukkan bahwa jawaban positif lebih banyak daripada negatif, sedangkan nilai di bawah 100 menunjukkan sebaliknya, bahwa jawaban negatif lebih dominan daripada positif.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau