KOMPAS.com - Bandung merupakan salah satu kota bersejarah di Indonesia. Kota ini menjadi saksi perjuangan kemerdekaan Indonesia lewat peristiwa Bandung Lautan Api pada 23 Maret 1946.
Ibu Kota Jawa Barat itu juga menjadi saksi kolaborasi dan kebangkitan bangsa-bangsa yang baru merdeka lewat Konferensi Asia Afrika pada 1955. Semangat solidaritas negara-negara ketiga untuk bangkit tersebut dikenal sebagai Bandung Spirit.
Gelora Bandung Spirit masih dibawa hingga hari ini. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) membawa semangat tersebut ke Bali lewat penyelenggaraan High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024 dan Indonesia-Africa Forum (IAF) Ke-2.
Dua agenda kolaboratif yang berlangsung pada Minggu (1/9/2024) hingga Selasa (3/9/2024) tersebut menghasilkan 32 kerja sama bisnis dengan nilai lebih dari 3,5 miliar dollar AS.
HLF MSP 2024 diprakarsai oleh Kementerian PPN/Bappenas dengan mengangkat tema "Strengthening Multi-Stakeholder Partnerships: Towards a Transformative Change".
Di kegiatan tersebut, para pemangku kepentingan dari pemerintah, sektor swasta, organisasi internasional, akademisi, serta masyarakat sipil dipertemukan untuk membahas berbagai isu krusial, seperti perubahan iklim, ketimpangan sosial-ekonomi, dan transformasi digital.
Sementara itu, IAF Ke-2 diselenggarakan Kemenlu dan mengambil tema “Bandung Spirit for Africa's Agenda 2063”. Penyelenggaraan acara ini diharapkan dapat semakin memperkuat hubungan dagang dan investasi antara Indonesia-Afrika.
Kerja sama kedua belah pihak juga diharapkan bisa membuka peluang baru di sektor yang lebih luas dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Perkuat negara-negara berkembang
HLF MSP 2024 dan IAF Ke-2 telah menghasilkan kesepakatan dan kerja sama yang saling menguntungkan bagi pihak yang terlibat. Selain itu, kedua forum ini menekankan pentingnya kolaborasi dalam menghadapi isu dan krisis di tengah dinamika global secara berkelanjutan.
Solidaritas dan kolaborasi negara-negara dalam HLF MSP 2024 dan IAF Ke-2 dibutuhkan untuk menghadapi krisis iklim dan dinamika global.
Saat memberikan pembekalan para menteri Kabinet Merah Putih 2024-2029, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto juga menyebut bahwa kondisi geopolitik dan geoekonomi dunia begitu dinamis. Oleh karena itu, kolaborasi ini sangat penting bagi Indonesia dalam menghadapi dinamika tersebut.
Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Urusan Ekonomi dan Sosial Li Junhua menjelaskan, HLF MSP 2024menjadi momen krusial untuk merefleksikan reformasi, terutama dalam tiga area tematik, yaitu pembiayaan inovatif, ekonomi berkelanjutan, dan kerja sama Selatan-Selatan.
Konferensi tersebut menghasilkan tiga poin rekomendasi. Pertama, perlunya sistem pembiayaan yang berfokus pada dampak pembangunan yang dapat membuka sumber daya baru untuk investasi dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs).
Kedua, selain melindungi lingkungan, pembangunan ekonomi berkelanjutan juga harus bermanfaat ekonomi untuk semua pihak tanpa mengorbankan masa depan.
Ketiga, pentingnya memperkuat aliran kerja sama Selatan-Selatan di tingkat nasional, regional, dan global karena sudah menunjukkan potensinya.
Direktur Afrika, Direktorat Jenderal Asia, Pasifik dan Afrika, Kementerian Luar Negeri Dewi Justicia Meidiwaty menjelaskan, terdapat 40 perusahaan Indonesia yang menjalin kerja sama strategis dengan mitra dari Afrika di IAF 2024.
Perusahaan tersebut terdiri dari badan usaha milik negara (BUMN), perusahaan nasional, perusahaan swasta, serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Adapun BUMN yang menunjukkan komitmennya dalam IAF Ke-2 adalah PT Pertamina (Persero) di sektor energi, termasuk gas, dan geotermal; Defend ID di sektor industri strategis dan pertahanan; PT Pindad (Persero) di sektor industri strategis; PT Biofarma (Persero) di sektor kesehatan dan transfer teknologi; PT Perkebunan Nusantara III (PTPN III) di sektor pertanian; serta PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk sektor infrastruktur gas.
Mengawal implementasi lewat edukasi
HLF MSP 2024 dan IAF Ke-2 telah menghasilkan kesepakatan bisnis dan kerja sama yang menguntungkan perusahaan Indonesia dengan mitra dari Afrika.
Kesepakatan-kesepakatan tersebut perlu dikawal untuk memastikan efektivitas implementasinya sehingga dapat berdampak bagi masyarakat Indonesia.
Salah satu inisiatif yang dapat dilakukan adalah menyebarkan informasi dan edukasi terkait perkembangan hasil HLF MSP 2024 dan IAF Ke-2.
Direktur Jenderal (Dirjen) Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Prabunindya Revta Revolusi menyampaikan, keberhasilan penyelenggaraan HLF MSP 2024 dan IAF Ke-2 menunjukkan komitmen Indonesia dalam memajukan pembangunan berkelanjutan selain menjadi refleksi citra Indonesia di mata dunia.
"Dukungan dari seluruh elemen bangsa sangat diperlukan. Pasalnya, kedua forum tersebut menjadi taruhan besar bagi reputasi dan citra Indonesia di dunia internasional," kata Prabu dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (11/11/2024).
Selain pemerintah, masyarakat diharapkan ikut terlibat dalam berbagai diskusi, memberi gagasan, serta menyebarkan informasi terkait pentingnya mengawal kerja sama Indonesia dengan berbagai pihak.
Selain itu, generasi muda diharapkan ikut peduli pada berbagai isu global dan mendukung pencapaian SDGs. Salah satunya dengan menggaungkan semangat Bandung Spirit yang menekankan solidaritas negara-negara berkembang.