KOMPAS.com - PT Kereta Api Indonesia (KAI) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang punya peranan penting bagi masyarakat Indonesia.
Pasalnya, KAI merupakan salah satu tulang punggung transportasi nasional yang telah menghubungkan banyak masyarakat dan berbagai daerah.
Lebih dari itu, sebagai moda transportasi massal yang telah melayani jutaan penumpang, KAI juga berperan penting dalam mengerek roda perekonomian di Tanah Air. Tak heran, kehadiran KAI kini menjadi tumpuan bagi banyak pihak.
Dalam acara Beginu yang tayang di kanal Youtube Kompas.com, Selasa (29/10/2024), Direktur Utama (Dirut) KAI Didiek Hartantyo bercerita tentang upaya transformasi berkelanjutan KAI agar dapat terus memberikan pelayanan terbaik.
“Kereta api adalah pelayan masyarakat dalam bertransportasi. Makanya, kami berkomitmen terus bertransformasi dalam melayani masyarakat sekaligus membangun sistem transportasi yang berkelanjutan,” ujar Didiek saat berbincang dengan pembawa acara Beginu, Wisnu Nugroho.
Meski memiliki latar belakang di industri perbankan, Didiek mengaku tak merasa canggung saat dirinya diberikan jabatan strategis dalam ekosistem KAI.
Menurut penuturannya, hal tersebut tak menjadi masalah berarti lantaran dirinya memiliki DNA kereta api dari sang ayah yang pernah menjadi kepala stasiun di Semarang.
Sebagai pribadi yang cepat belajar, Didiek pun membuktikan kemampuannya itu.
Saat dirinya masih menjabat sebagai Direktur Keuangan, KAI berhasil meraih rating Triple A dari Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) pada 2017 dan berhasil menerbitkan obligasi sebesar Rp 2 triliun dengan orderbook hingga lima kali lipat.
Tantangan transformasi
Bagi setiap lembaga seperti KAI, transformasi adalah sebuah keniscayaan. Ini diperlukan agar mereka dapat terus memberikan pelayanan terbaik sembari berjalan beriringan dengan perkembangan zaman.
Namun, bukan rahasia lagi bahwa setiap upaya transformasi juga kerap diiringi dengan berbagai hambatan, tak terkecuali untuk KAI.
“Salah satu tantangan terbesar dalam bertransformasi datang saat pandemi Covid-19 melanda pada 2020. Namun, ini juga jadi momentum KAI dalam mempercepat langkah perubahan menuju transportasi berkelanjutan yang inklusif,” ucap Didiek.
Saat pandemi, tambah Didiek, pendapatan KAI dari sektor penumpang mengalami penurunan dari Rp 9,6 triliun pada 2019 menjadi Rp 2,8 triliun pada 2020 dan Rp 2,6 triliun pada 2021.
Tak hanya itu, KAI juga mencatat kerugian Rp 1,7 triliun pada 2020 dan Rp 400 miliar pada 2021.
Meski demikian, di masa krisis itu, Didiek yang diangkat sebagai Dirut pada Mei 2020 dituntut untuk bisa mengambil keputusan strategis demi mempertahankan layanan paripurna dari KAI.
Terkait itu, KAI di bawah pimpinan Didiek pun menerapkan tiga strategi utama untuk menghadapi pandemi.
Pertama, melindungi keselamatan pelanggan dan pegawai tanpa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) meski perusahaan merugi.
Kedua, menjaga kesehatan perusahaan dengan mendapatkan standby modal kerja hingga Rp 8,5 triliun.
Ketiga, melakukan efisiensi hingga Rp 6-7 triliun dan mencari sumber pendapatan alternatif, termasuk mengoptimalkan angkutan logistik untuk kebutuhan pokok seperti telur, beras, dan sayuran.
Selain tiga strategi itu, Didiek juga melakukan berbagai transformasi penting agar KAI dapat terus berjalan secara berkelanjutan.
“Transformasi digital juga menjadi fokus utama di masa pandemi. Kami juga meningkatkan kecepatan kereta dari 100 km per jam menjadi 120 km per jam dengan tetap mengutamakan keselamatan. Hasilnya, waktu tempuh Jakarta-Surabaya yang semula 9 jam bisa ditempuh dalam 8 jam dan Jakarta-Yogyakarta dari 7 jam menjadi 6 jam,” terang Didiek.
Tak hanya itu, digitalisasi juga diterapkan pada sektor pengadaan barang untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi.
Melalui sistem digital, KAI dapat mengontrol harga dan pemasok dengan lebih baik sekaligus menghilangkan perbedaan harga untuk barang yang sama di berbagai tingkatan.
Hal tersebut juga berdampak positif pada proses pengadaan suku cadang dan pemeliharaan armada.
Penataan Balai Yasa
Selain mempercepat digitalisasi, transformasi juga dilakukan oleh KAI dengan melakukan sejumlah peningkatan signifikan pada enam Balai Yasa yang menjadi pusat perawatan kereta api.
Enam fasilitas yang berlokasi di Pulubrayan Medan, Lahat, Manggarai, Tegal, Yogyakarta, dan Surabaya Gubeng, ditata ulang dengan standar yang lebih tinggi untuk memastikan kualitas perawatan armada.
Sistem perawatan di fasilitas itu pun kini mengikuti manufacture instruction dengan jadwal berkala yang ketat.
Perawatan dilakukan setiap 24 bulan (P24), 48 bulan (P48), dan 72 bulan (P72) menggunakan komponen baru untuk menggantikan praktik kanibal atau penggunaan suku cadang bekas di masa lalu.
“Kami tidak lagi menggunakan praktik kanibal dalam perawatan. Semua komponen harus baru untuk menjamin keselamatan dan kenyamanan pelanggan," terang Didiek.
Transformasi Balai Yasa juga mendukung pengembangan layanan baru KAI. KRL Yogyakarta-Solo, misalnya, kini melayani 25.000 penumpang per hari.
Angka tersebut meningkat lima kali lipat dari awalnya 5.000 penumpang. Rutenya juga bertambah dari tujuh menjadi 13 stasiun.
Balai Yasa Manggarai juga mencatatkan prestasi dengan memproduksi kereta kompartemen dalam waktu tiga bulan.
Kereta premium tersebut dilengkapi sistem audio berkualitas tinggi dan berhasil mendapat sambutan positif dari pasar. Ini terlihat dari banyaknya jumlah penumpang yang menaiki transportasi itu
Adapun tingkat okupansi yang tinggi membuktikan bahwa inovasi kereta premium tersebut tepat sasaran.
Pada 2022, KAI juga meluncurkan kereta panoramic dengan fitur kaca ganda untuk keamanan dan sistem AC khusus.
Peluncuran itu dilakukan menyusul kesuksesan empat unit pertama sehingga mendorong penambahan empat unit baru untuk memenuhi permintaan pasar.
Transformasi ramah lingkungan dan layanan inklusif
Sebagai moda transportasi unggulan, KAI terus bertransformasi untuk mewujudkan visi transportasi berkelanjutan yang ramah lingkungan, efisien, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
"Kalau kita belajar dari negara-negara modern, transformasi yang berkelanjutan adalah kereta api. Karena kereta api itu yang paling efisien, ramah lingkungan, dan harganya terjangkau oleh masyarakat," ujar Didiek.
Komitmen terkait ekosistem yang ramah lingkungan itu coba diwujudkan melalui beberapa inisiatif.
Salah satu inisiatif itu adalah dibuktikan melalui pemasangan panel surya di 40 stasiun dan dua Balai Yasa. Jumlah ini ditargetkan bertambah di 25 stasiun dan dua Balai Yasa pada 2024.
Untuk mengurangi sampah plastik, KAI juga telah memasang water station di stasiun-stasiun besar, seperti Gambir sebanyak empat unit dan Pasar Senen sebanyak lima unit.
“Program penghijauan juga menjadi prioritas KAI. Kami telah menanam ratusan ribu pohon di area stasiun. Di sektor energi, KAI menggunakan biodiesel B35 dengan rencana peningkatan ke B40 untuk mengurangi emisi karbon,” kata Didiek
Selain aspek lingkungan, KAI juga terus berupaya untuk memastikan layanan yang inklusif untuk semua kalangan.
Meski 95 persen penumpangnya dari kelas ekonomi, KAI tetap menjaga standar layanan dengan menghadirkan sejumlah fasilitas unggulan.
Untuk diketahui, Stasiun Pasar Senen kini dilengkapi AC dan 10 eskalator. Gerbong restorasi kelas ekonomi juga akan ditingkatkan setara eksekutif, lengkap dengan tempat ibadah.
“Demi memudahkan akses, KAI pun mengembangkan konektivitas di lima stasiun utama, yaitu Tanah Abang, Pasar Senen, Juanda, Sudirman, dan Palmerah. Upaya itu merupakan hasil kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi (DKI) Jakarta dan berbagai pemangku kepentingan transportasi demi membuka akses yang lebih baik bagi masyarakat,” tuturnya.
Tak hanya itu, inovasi terkini yang dihadirkan oleh KAI adalah keberadaan kereta cepat Whoosh yang sanggup melaju hingga 350 km/jam. Ini menjadi yang pertama di Asia Tenggara.
"Semua itu bagian komitmen dari transformasi KAI, Kami ini kan menghubungkan masyarakat dan upaya kami ini adalah flow of happiness. Kalau kita bekerja tidak sungguh-sungguh, itu betul-betul mencederai (etos kerja)," tegas Didiek.
Bagi yang ingin menyaksikan wawancara lengkap Didiek di acara Beginu, silakan klik tautan berikut.