Advertorial

Alasan Banyak CEO Pilih Terapkan Mode Kerja Hybrid

Kompas.com - 17/11/2024, 14:30 WIB

KOMPAS.com – Dunia kerja terus berevolusi dan menghadirkan beragam cara bekerja. Salah satu perubahan signifikan dalam konteks ini dan menjadi tren global adalah penerapan metode kerja hybrid. Bahkan seiring waktu, metode ini semakin populer penerapannya di kalangan perusahaan besar.

Lantas, apa yang membuat para pemimpin bisnis begitu yakin menerapkan metode kerja hybrid? Survei terbaru dari International Workplace Group (IWG) mengungkap alasan di balik fenomena ini.

Salah satu temuan paling mencolok dari survei itu adalah 90 persen chief of executive (CEO) mengaku berhasil menekan biaya operasional perusahaan lewat penerapan metode kerja hybrid. Penghematan ini berasal dari berkurangnya kebutuhan ruang kantor fisik karena tidak semua karyawan perlu hadir di kantor setiap hari.

Bahkan, beberapa perusahaan melaporkan potensi penghematan hingga 50 persen. Ini merupakan langkah signifikan dalam efisiensi biaya di tengah kompetisi bisnis yang semakin ketat.

Lebih dari sekadar efisiensi biaya

Manfaat penerapan kerja hybrid tidak hanya terbatas pada pengurangan biaya operasional. Model ini juga memberikan keuntungan dari sisi sumber daya manusia, terutama dalam menarik dan mempertahankan talenta terbaik.

Menurut riset IWG, 59 persen CEO melaporkan bahwa mereka melihat peningkatan dalam hal perekrutan dan retensi karyawan berkat fleksibilitas yang ditawarkan oleh model kerja tersebut.

Eric Severson selaku Chief People and Belonging Officer di Neiman Marcus, membenarkan hal ini. Ia menuturkan terjadi peningkatan 31 persen dalam kecepatan mengisi posisi kosong, sejak diterapkan kebijakan remote-first.

Tidak hanya itu, kerja hybrid juga membuka peluang bagi perusahaan untuk menjaring talenta dari area geografis lebih luas. Hampir setengah dari CEO yang disurvei mengakui bahwa perluasan talent pool ini telah memberikan nilai signifikan bagi bisnis.

Lebih dari itu, calon pencari kerja pun kini semakin menilai fleksibilitas kerja sebagai prioritas utama dalam mencari perusahaan. Jika perusahaan Anda menerapkannya, ini berarti perusahaan Anda punya daya tarik kompetitif di pasar tenaga kerja.

-Dok. IWG -

Keseimbangan kehidupan kerja dari perspektif para pemimpin perusahaan

Keseimbangan kehidupan kerja (work life balance) menjadi fokus utama bagi banyak CEO dalam beberapa tahun terakhir. Sebab, hal ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi karyawan, tetapi juga bagi kesuksesan perusahaan secara keseluruhan.

Dengan fleksibilitas yang ditawarkan dari penerapan kerja hybrid, karyawan dapat lebih leluasa mengatur waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan produktivitas.

Dari perspektif kepemimpinan, CEO tidak hanya melihat produktivitas yang meningkat, tetapi juga kebahagiaan karyawan yang lebih tinggi. Sebanyak 72 persen CEO melaporkan bahwa karyawan mereka lebih bahagia sejak perusahaan mengadopsi model kerja hybrid.

Hal itu sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya stres akibat perjalanan harian yang panjang dan meningkatnya waktu yang bisa dihabiskan bersama keluarga atau untuk diri sendiri.

Pernyataan itu juga diperkuat oleh ahli kesehatan dr Sara Kayat. Ia menyatakan bahwa metode kerja hybrid dapat memberikan dampak positif pada kesehatan mental dan fisik karyawan.

“Mengurangi perjalanan harian yang panjang memungkinkan individu untuk memiliki lebih banyak waktu untuk tidur, berolahraga, dan menjaga pola makan yang lebih sehat,” ujar Kayat dalam riset IWG.

Kayat juga menekankan bahwa keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik membantu dalam mengelola stres dan memperkuat koneksi sosial, yang semuanya berkontribusi pada kesehatan mental yang lebih baik.

Selain itu, penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa pengurangan perjalanan harian bahkan dapat meningkatkan produktivitas karyawan hingga 3–4 persen. Ini menunjukkan bahwa dengan lebih sedikit waktu yang dihabiskan untuk perjalanan, karyawan cenderung lebih fokus dan efisien dalam bekerja.

Para CEO sendiri juga telah mengadopsi gaya kerja hybrid. Rata-rata, mereka menghabiskan tiga hari seminggu bekerja di lingkungan kantor, dengan sisa waktu digunakan untuk bekerja jarak jauh.

-Dok. IWG -

Peran IWG dalam mendukung metode kerja hybrid

Seiring dengan tren kerja hybrid yang semakin kuat, kebutuhan akan ruang kerja fleksibel pun meningkat. Di sinilah peran IWG, salah satu penyedia ruang kerja fleksibel berskala global, menjadi krusial.

Dengan jaringan lebih dari 4.000 lokasi di lebih dari 120 negara, IWG menawarkan solusi ruang kerja yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan berbagai jenis bisnis. Tidak mengherankan jika banyak perusahaan ternama global telah memanfaatkan layanan mereka.

Di Indonesia sendiri, IWG telah hadir di 32 lokasi yang tersebar di 7 kota besar. Angka ini diproyeksikan akan bertambah menjadi 45 lokasi pada akhir 2024, menandakan komitmen kuat IWG dalam mendukung perkembangan kerja hybrid di Tanah Air.

IWG hadir dengan beragam merek yang menyasar segmen berbeda. Signature, misalnya, menawarkan pengalaman kerja premium dengan fasilitas setara hotel berbintang dan lokasi strategis, cocok bagi para eksekutif yang menginginkan kenyamanan sekaligus prestise.

Sementara itu, Regus unggul dalam hal aksesibilitas dengan lokasi yang tersebar dan mudah dijangkau. Bagi startup dan freelancer yang menginginkan efisiensi dan produktivitas maksimal, HQ menjadi pilihan ideal dengan dukungan teknis dan administratif yang komprehensif.

Kehadiran IWG dengan beragam solusi ruang kerjanya tidak hanya menjawab kebutuhan fleksibilitas, tetapi juga mendukung terciptanya keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi. Hal ini terutama berdampak positif bagi para wanita karir yang kini memiliki lebih banyak pilihan dalam mengelola peran ganda mereka.

Dengan demikian, adopsi kerja hybrid yang didukung oleh solusi ruang kerja fleksibel seperti yang ditawarkan IWG, membuka jalan menuju dunia kerja yang lebih inklusif dan mendukung keseimbangan hidup bagi semua kalangan pekerja.

Kerja hybrid bukan hanya tren sementara, tetapi telah menjadi model kerja yang diadopsi secara luas oleh CEO di seluruh dunia. Melalui penghematan biaya, peningkatan kesejahteraan karyawan, serta dukungan teknologi yang tepat, model ini terbukti efektif dalam menghadapi tantangan ekonomi saat ini.

Menariknya, survei IWG juga mengungkapkan bahwa 74 persen CEO memperkirakan bahwa mereka masih akan menerapkan model kerja hybrid lima tahun dari sekarang. Hal ini menunjukkan bahwa para pemimpin bisnis tidak hanya melihat keuntungan jangka pendek, tetapi juga menganggap kerja hybrid sebagai bagian integral dari strategi bisnis jangka panjang.

Ingin tahu lebih banyak tentang cara IWG membantu Anda dan perusahaan Anda dalam menerapkan sistem kerja hybrid yang fleksibel? Kunjungi iwgplc.com untuk informasi lengkapnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau