KOMPAS.com – Pemerintah Indonesia terus mendorong penguatan sektor pertanian sebagai bagian dari fondasi pembangunan nasional.
Sejalan dengan upaya tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI berkomitmen untuk memberdayakan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), khususnya di sektor pertanian, melalui Program Klasterku Hidupku.
Salah satu kisah sukses yang menginspirasi datang dari Klaster Usaha binaan BRI, Pusbikat Ungaran, sebuah klaster budi daya alpukat yang terletak di Desa Baran Gembongan, Semarang, Jawa Tengah.
Ketua Klaster Pusbikat, Agus Riyadi menjelaskan bahwa nama "Pusbikat" merupakan singkatan dari Pusat Pemasaran dan Edukasi Budidaya Alpukat.
“Klaster ini dimulai dengan hanya satu rukun tetangga (RT) di sebuah lingkungan. Kemudian kini berkembang menjadi satu kampung yang melibatkan 20 petani alpukat,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (21/11/2024).
Pernyataan tersebut disampaikan Agus saat mengikuti Bazaar Klasterku Hidupku di Taman BRI, Jakarta, Jumat (15/11/2024).
Para petani di Desa Baran Gembongan dikenal mampu menghasilkan alpukat unggulan lokal dengan kualitas tinggi.
Buah alpukat dari desa tersebut memiliki tekstur daging yang lembut, rasa gurih, dan kandungan gizi yang sangat baik.
Agus menceritakan bahwa pada awalnya, ia hanya menanam dua pohon alpukat pada 2011. Setelah berhasil panen, banyak tetangganya tertarik untuk ikut menanam alpukat.
Agus pun berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat alpukat serta memberikan informasi mengenai cara budi daya dan perawatan tanaman yang tepat.
Kisah Agus bersama BRI dimulai pada 2020 ketika ia mengakses Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk memperluas usahanya.
Dengan modal tersebut, Agus mulai mengembangkan usaha budidaya alpukatnya, mempelajari semua tahapan dari menyiapkan biji, menanam, merawat tanaman, hingga memasarkan hasil panen.
Berkat usaha dan kerasnya, hasil panen alpukat dari pohon yang dikelolanya pun berlimpah, meskipun hasil panen tidak selalu dapat diprediksi.
Harga jual alpukat di pasaran bervariasi antara Rp 30.000 hingga Rp 40.000 per kilogram (kg). Dalam kondisi baik, Agus bisa panen hingga 1 sampai 2 ton per hari, dengan panen terjadi tiga kali dalam setahun.
Setelah mengikuti program Klasterku Hidupku dari BRI, Agus mengaku mendapat banyak manfaat, terutama dalam hal memperluas jaringan bisnis.
"Kami mendapat banyak pengalaman, relasi, dan semakin termotivasi. Keuntungan tidak hanya berupa uang, tetapi juga promosi dan branding produk yang dapat membuka lebih banyak koneksi untuk keberlanjutan usaha kami," ucapnya.
Ke depan, Agus berencana terus mengembangkan Klaster Pusbikat dengan memperluas mitra, baik dari pengusaha lokal maupun petani-petani lainnya di daerah.
"Tujuan kami adalah untuk mengangkat ekonomi masyarakat dengan mengajari mereka budidaya alpukat yang bisa dilakukan di pekarangan rumah, tanpa perlu skala besar," tuturnya Agus.
Ia juga berharap agar BRI terus memberikan dukungan kepada para petani, terutama dalam hal permodalan, sehingga dapat mempermudah distribusi produk alpukat ke berbagai daerah di Indonesia.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan bahwa BRI berkomitmen untuk terus mendampingi pelaku UMKM, tidak hanya dengan modal usaha, tetapi juga melalui pelatihan dan berbagai program pemberdayaan lainnya agar UMKM bisa tumbuh lebih tangguh.
"Kehadiran program Klasterku Hidupku sangat bermanfaat bagi kelompok usaha dalam mendapatkan dukungan dan membangun daya saing. Semoga kisah sukses ini bisa menjadi inspirasi bagi kelompok usaha lainnya di berbagai daerah," ujarnya.