KOMPAS.com - Desa Nepo di Kecamatan Malusetasi, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), menyimpan kekayaan alam yang melimpah.
Adapun hasil bumi yang biasanya dijual mentah kini diolah menjadi produk siap konsumsi berkat inovasi dari Suparman, pengusaha lokal yang memproduksi camilan "Kacang Nepo".
Kacang Nepo hadir dalam berbagai varian rasa unik, seperti kacang krispi, kacang sembunyi dengan gula pasir, kacang disko, dan kacang tempe yang menghadirkan cita rasa gurih dan renyah.
"Ide awal usahanya muncul pada 2022. Saya melihat banyak hasil bumi di desa ini dijual mentah ke luar, sehingga tercetus ide untuk mengolah agar punya nilai tambah bagi masyarakat sekitar," ujar Suparman dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Minggu (24/11/2024).
Berawal dari kemasan sederhana, produk tersebut kemudian mendapat dukungan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI melalui program Desa BRILiaN pada 2023.
Lewat program tersebut, BRI memberikan pelatihan dalam bidang pemasaran, kemasan, hingga penggunaan teknologi digital. Berkat pemberdayaan ini, produk Kacang Nepo kini tampil lebih menarik dan dikenal luas.
Program Desa BRILiaN dari BRI memberikan dampak signifikan bagi perkembangan usaha Suparman.
Pelatihan khusus dari BRI dan kolaborasi dengan Politeknik Pariwisata membantu Suparman dalam meningkatkan kualitas produk, terutama pada aspek rasa dan pengemasan, sehingga lebih kompetitif di pasar.
Selain itu, BRI juga membekali UMKM Desa Nepo dengan teknologi digital. seperti QRIS, yang memungkinkan sistem pembayaran non-tunai dan memudahkan akses ke pasar yang lebih luas.
"Untuk pemasaran di toko lokal dan supermarket, sekarang semakin mudah (transaksinya) dengan QRIS," jelas Suparman.
Ia menambahkan, penggunaan teknologi tersebut menjadikan transaksi lebih cepat dan memudahkan konsumen dalam berbelanja.
Saat ini, Kacang Nepo yang telah menghasilkan pendapatan hingga belasan juta per bulan menjadi sumber pendapatan utama bagi Suparman dan beberapa warga yang ia pekerjakan.
Seiring semakin banyaknya permintaan, Suparman berharap dapat memperluas tim dan mengajak lebih banyak warga terlibat dalam produksi.
"Harapannya, UMKM di desa kami semakin maju dan semakin banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaatnya," kata Suparman.
Suparman juga menyampaikan harapannya agar produk lokal seperti Kacang Nepo tidak hanya dikenal di lingkup lokal, tapi bisa menjadi ikon kuliner khas Desa Nepo yang dikenal lebih luas.
"Kami ingin kacang yang keluar dari desa ini dalam bentuk kemasan yang punya nilai tambah, bukan sekadar bahan mentah lagi," tegasnya.
Dengan produk yang semakin diminati, Suparman bermimpi membawa Kacang Nepo ke pasar nasional.
Pada kesempatan sama, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menegaskan komitmen BRI sebagai bank yang memiliki fokus kepada segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
“Peran BRI tidak terbatas sebagai lembaga intermediary keuangan yang memberikan value secara ekonomi, tetapi juga social value berupa aksi pemberdayaan baik kepada individu pelaku usaha maupun pemberdayaan lembaga desa,” ujarnya.
Supari melanjutkan, pemberdayaan wilayah pedesaan menjadi isu yang perlu diperhatikan, mengingat perkembangan desa di Indonesia relatif belum merata dan menjadi tantangan bersama.
“Kami berharap, program Desa BRILiaN menjadi salah satu wadah yang dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh desa-desa beserta seluruh UMKM yang ada di dalamnya sehingga mampu mendorong kemajuan desa-desa di Indonesia," kata Supari.