Advertorial

Perkembangan Pesat Kabupaten Kutai Timur, dari Desa Tertinggal Hilang hingga Dapat Respons Positif Warga

Kompas.com - 26/11/2024, 16:58 WIB

KOMPAS.com - Berbagai indikator menunjukkan perkembangan pesat Kabupaten Kutai Timur (Kutim) dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini mencerminkan keberhasilan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutim dalam menjalankan amanah dari masyarakatnya dengan baik.

Ketua RT 15 RW 04 Desa Singa, Kabupaten Kutai Timur, Wellem Paladan, memberikan tanggapan positif atas pencapaian yang diraih di wilayah tempat tinggalnya.

Wellem berharap, seiring dengan meningkatnya capaian Kabupaten Kutim, Pemkab Kutim juga terus meningkatkan kenyamanan bagi warganya. Ia menekankan bahwa hal tersebut perlu selaras dengan kebahagiaan yang dirasakan masyarakat.

Maka dari itu, ia tidak menampik untuk tetap terlibat dalam pembangunan di Kutai Timur di masa mendatang.

Ia juga mengaku, siap terlibat untuk bergotong-royong membangun daerah tempat tinggalnya agar lebih baik lagi.

“Saya berharap, ke depannya Kutai Timur bakal lebih aman, nyaman, dan bahagia. Saya juga siap bergotong-royong membangun kota ini menjadi lebih baik lagi. Saya cinta Kutai Timur,” ujar Wellem dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (26/11/2024).

Wellem Paladan, Ketua RT 15 RW 04 Desa Singa, Kabupaten Kutai Timur, mengapresiasi capaian tempat tinggalnya dan ia memiliki harapan agar kenyamanan masyarakat terus meningkat.Dok. Pemkab Timur Wellem Paladan, Ketua RT 15 RW 04 Desa Singa, Kabupaten Kutai Timur, mengapresiasi capaian tempat tinggalnya dan ia memiliki harapan agar kenyamanan masyarakat terus meningkat.

Pegiat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Nuraida memiliki harapan serupa.

Ia mengatakan, ingin berkontribusi lebih dalam membangun daerah Kutai Timur menjadi daerah yang maju.

Kontribusinya, lanjut Nuraida, dilakukan dengan mengisi kekosongan pangan melalui catering yang dijualnya.

Ia pun berkeinginan kemajuan Kutai Timur berangkat dari warganya untuk bergotong royong dalam membangun kota tersebut.

“Saya siap menjadi bagian dari perkembangan Kutai Timur ke depan. Saya ingin kota ini lebih maju. Saya cinta Kutai Timur,” jelas Nuraida.

Pegiat UMKM di bidang makanan Nuraida, ingin berkontribusi lebih dalam pembangunan daerah Kutai Timur. Dok. Pemkab Timur Pegiat UMKM di bidang makanan Nuraida, ingin berkontribusi lebih dalam pembangunan daerah Kutai Timur.

Sebagai informasi, perkembangan Kutai Timur memiliki tujuh pembangunan yang menjadi indikator keberhasilan daerah tersebut.

Pertama, perkembangan ekonomi di Kutim, dapat dilihat dari laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pada 2019, nilainya sebesar Rp 95,81 triliun dan pada 2023 nilainya mencapai Rp 104,66 triliun.

Kedua, pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) indikator komposit dari pembangunan sektor pendidikan, kesehatan, dan daya beli masyarakat yang meningkat pada 2023 sebesar 75,33 persen dibandingkan 2018 yang hanya 72,45 persen.

Ketiga, indeks kedalaman kemiskinan mengalami penurunan, yakni pada 2021 sebanyak 1,640 dan 2023 hanya 1,200. Hal ini menunjukkan peningkatan rata-rata pendapatan penduduk, mengindikasi penurunan kesenjangan pengeluaran dari penduduk miskin terhadap garis kemiskinan.

Keempat, indikator kesehatan masyarakat Kabupaten Kutim dengan Angka Harapan Hidup (AHH) meningkat, pada 2018 sebanyak 72,51 persen dan 2023 menjadi 73,57 persen. Angkat tersebut menempatkan daerah tersebut sebagai salah satu kabupaten dengan AHH tertinggi di Kalimantan Timur (Kaltim).

Kelima, indikator pendidikan masyarakat Kabupaten Kutim dengan angka rata-rata lama sekolah mengalami peningkatan dari 9,06 persen pada 2018 menjadi 9,45 persen pada 2023.

Keenam, bidang pembangunan infrastruktur terutama jalan terus mengalami peningkatan, yakni panjang jalan di Kabupaten Kutim pada 2017 sebesar 1.105,76 kilometer menjadi 1.680,77 kilometer pada 2023.

Adapun peningkatan lain pada luas irigasi, pada 2018 dalam kondisi baik mencapai 57,416 persen pada 2023 mengalami peningkatan sebesar 65,28 persen.

Ketujuh, pada 2017 Kabupaten Kutim memiliki 12 desa tertinggal, hingga 2023, tidak ada lagi desa tertinggal di wilayah tersebut. Hal ini menunjukkan kemajuan signifikan dalam pembangunan daerah.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau