Advertorial

BTN Bukukan Kinerja Positif pada Kuartal III 2024, Kredit dan DPK Naik Tajam

Kompas.com - 28/11/2024, 21:37 WIB

KOMPAS.com – Di tengah kondisi biaya dana yang mahal dan sejumlah tantangan makroekonomi, penyaluran kredit PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk atau BTN pada kuartal III 2024 tetap meningkat. 

Peningkatan tersebut ditopang oleh tingginya permintaan kredit pemilikan rumah (KPR) subsidi dan nonsubsidi, serta pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang tercatat di atas rata-rata industri perbankan nasional. Capaian ini menunjukkan core business perusahaan terus bertumbuh secara sehat dan solid.

BTN menyalurkan kredit dan pembiayaan sebesar Rp 356,1 triliun hingga akhir September 2024. Jumlah ini naik 11,9 persen secara tahunan (year-on-year atau yoy) dari periode yang sama pada 2023.

Pertumbuhan itu pun masih tercatat lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan kredit industri perbankan nasional yang mencapai 10,9 persen yoy.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengatakan bahwa 2024 merupakan tahun yang penuh tantangan, terutama karena pertumbuhan konsumsi rumah tangga nasional stagnan dan daya beli masyarakat melemah. 

Meski begitu, Nixon optimistis, pihaknya tetap mampu menjaga pertumbuhan kredit sesuai dengan target 10–11 persen pada 2024.

“Di tengah tantangan yang terjadi sepanjang 2024, fungsi intermediasi BTN tetap berjalan optimal. Hal ini menunjukkan bahwa BTN mampu menjalankan salah satu tugas utamanya, yaitu menggerakkan ekonomi dan membuka akses pembiayaan bagi masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah dan menengah,” ujar Nixon dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Kamis (28/11/2024).

Dominasi KPR subsidi dan permintaan KPR nonsubsidi

Nixon menyebut, pertumbuhan kredit BTN ditopang oleh tingginya permintaan KPR, terutama KPR subsidi. Ini mengingat kebutuhan akan perumahan yang layak dan terjangkau di Indonesia masih tinggi. 

Saat ini, terdapat 24,6 juta rumah yang masih tergolong tidak layak huni, dengan backlog kepemilikan rumah nasional mencapai 9,9 juta unit.

KPR subsidi menjadi kontributor terbesar terhadap keseluruhan portofolio kredit BTN. Hingga September 2024, perusahaan menyalurkan KPR Subsidi senilai Rp 172,7 triliun atau meningkat 9,5 persen yoy dari periode yang sama tahun lalu. 

Menariknya, 75 persen debitur KPR Subsidi BTN adalah generasi milenial yang berada dalam kategori usia produktif 21–35 tahun.

“Generasi muda, khususnya yang berpenghasilan rendah dan menengah, masih melihat rumah sebagai kebutuhan utama. Tren ini diperkirakan akan terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional,” tambah Nixon.

BTN juga mencatat prospek cerah di KPR nonsubsidi, terutama di segmen emerging affluent dengan nilai tiket di atas Rp 750 juta. Hingga Oktober 2024, perusahaan telah mengoperasikan sembilan sales center, termasuk di kawasan menengah ke atas, seperti Pantai Indah Kapuk, Pondok Indah, dan Cibubur. 

Nasabah sales center memiliki rata-rata saldo tabungan tiga kali lipat lebih tinggi ketimbang nasabah nonsubsidi lainnya, dan berkontribusi lebih dari 20 persen terhadap total penyaluran KPR Non-Subsidi BTN.

“Kami berencana menambah jumlah sales center hingga 15 lokasi pada akhir 2025 untuk memaksimalkan potensi pasar,” kata Nixon.

Kredit bermargin tinggi dan mitigasi risiko

Selain KPR, BTN mencatat pertumbuhan signifikan pada kredit bermargin tinggi (high-yield loan), yang naik 20,1 persen yoy menjadi Rp 15,9 triliun pada September 2024. Kredit Usaha Rakyat (KUR) melonjak 68,1 persen yoy, Kredit Ringan (KRING) tumbuh 18,1 persen yoy, dan Kredit Agunan Rumah (KAR) meningkat 10,9 persen yoy.

Sejalan dengan peningkatan kredit, BTN tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dan mitigasi risiko yang ketat. Rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) gross BTN turun menjadi 3,2 persen pada September 2024 dari periode sama tahun lalu yang berjumlah 3,5 persen. 

Nixon berkata, BTN akan menyelesaikan bulk asset sales senilai Rp 1,1 triliun hingga Rp 1,5 triliun pada Desember 2024 yang diharapkan dapat menurunkan NPL lebih lanjut.

Pertumbuhan DPK lampaui industri

Di sisi pendanaan, penghimpunan DPK BTN tetap tumbuh positif, meskipun secara nasional terdapat penurunan tabungan masyarakat dengan saldo di bawah Rp 100 juta. 

Hingga September 2024, total DPK BTN mencapai Rp 370,7 triliun atau tumbuh 14,5 persen yoy dari Rp 323,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Angka ini jauh di atas rata-rata pertumbuhan DPK industri perbankan yang hanya 7,04 persen.

Peningkatan DPK didukung oleh dana murah berupa giro dan tabungan (Current Account Saving Account/CASA) yang menyumbang 51 persen dari total DPK BTN. 

BTN juga mencatatkan lonjakan pada pengguna aplikasi BTN Mobile yang mencapai 1,9 juta pengguna per September 2024. Total transaksi BTN Mobile naik 167,1 persen yoy menjadi Rp 60,1 triliun.

“Strategi jangka panjang kami sebagai bank transaksional mulai terlihat. Kami fokus pada pendanaan berbiaya murah, didukung oleh transformasi digital dan pengembangan segmen Emerging Affluent,” ucap Nixon.

Kinerja BTN Syariah yang solid

Di sisi lain, BTN Syariah juga mencatat kinerja cemerlang dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 33,6 persen yoy menjadi Rp 535 miliar pada kuartal III 2024. 

Penyaluran pembiayaan BTN Syariah meningkat 19,3 persen yoy menjadi Rp 42,7 triliun, sementara penghimpunan DPK tumbuh 31,5 persen yoy menjadi Rp 47,6 triliun. Total aset BTN Syariah mencapai Rp 57,7 triliun, tumbuh 19,2 persen yoy.

“BTN Syariah menunjukkan performa yang konsisten dan mengokohkan posisinya di pasar pembiayaan perumahan berbasis syariah,” terang Nixon. 

Hingga kuartal III 2024, BTN mencatat pertumbuhan kredit, DPK, dan aset yang solid di tengah tantangan makroekonomi. Total aset BTN meningkat 11,1 persen yoy menjadi Rp 455,1 triliun, sementara laba bersih mencapai Rp 2,08 triliun.

“Dengan prospek makroekonomi yang lebih kondusif di 2025 dan dukungan Program Tiga Juta Rumah, BTN optimistis dapat memperkuat posisinya sebagai pemimpin di sektor pembiayaan perumahan,” tutur Nixon.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau