Advertorial

Inovasi Terapi Sel T CAR Jadi Alternatif untuk Pengobatan Limfoma

Kompas.com - 04/12/2024, 10:00 WIB

KOMPAS.com - Kanker merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia, termasuk di Indonesia. Oleh karena itu, tak heran jika penyakit kanker sering kali meninggalkan luka mendalam bagi keluarga penderita.

Berdasarkan data Global Cancer Observatory (Globocan) pada 2022, terdapat lebih dari 400.000 kasus kanker baru dan 242.000 kematian yang diakibatkan oleh penyakit tersebut [1].

Seperti diketahui, ada beberapa jenis kanker, di antaranya kanker payudara, usus besar, dan paru-paru yang cukup banyak ditemukan sehingga cukup familier di telinga banyak orang.

Selain ketiga jenis kanker itu, ada pula jenis lainnya, seperti kanker darah. Meski jumlah kasusnya tergolong rendah dibanding penyakit kanker lain, tapi kanker darah juga perlu diwaspadai.

Kanker darah terjadi ketika sel-sel abnormal dalam darah dan sumsum tulang tumbuh di luar kendali. Ini jadi mengakibatkan fungsi sel-sel normal yang melawan infeksi jadi terganggu [2].

Kanker darah sendiri terdiri dari lebih dari 100 jenis [3]. Adapun jenis kanker darah yang paling banyak ditemukan adalah limfoma, leukemia, dan myeloma [4].

Masih berdasarkan laporan Globocan, subtipe limfoma non-Hodgkin (NHL) disebutkan menempati peringkat ke-7 sebagai jenis kanker paling umum di Indonesia dengan 16.175 kasus baru dan 9.440 kematian pada 2022 [1].

Kondisi tersebut diperparah oleh temuan studi epidemiologi dari 13 pusat hematologi yang menunjukkan bahwa 68,2 persen pasien NHL di Indonesia didiagnosis dengan diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL) [5], salah satu subtipe kanker darah paling agresif [6].

Jenis pengobatan kanker limfoma

Awal tahun ini, dengan komitmen Indonesia untuk meningkatkan fasilitas pengobatan kanker darah [7], ada kebutuhan untuk menyediakan pilihan pengobatan modern dan berbagai langkah intervensi terapeutik personal, yang komprehensif, dan mutakhir bagi pasien.

Umumnya, pengobatan kanker limfoma dimulai dengan radioterapi dan kemoterapi.

Seperti diketahui, radioterapi merupakan proses pengobatan yang dilakukan menggunakan sinar-X berkekuatan tinggi untuk membunuh sel kanker [8].

Sementara, kemoterapi melibatkan obat-obatan oral atau intravena (IV) dosis tinggi [8].

Selain kedua jenis pengobatan itu, ada juga pengobatan terapi target (biologis) untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh pasien dalam melawan kanker [8].

Salah satu metode pengobatan andalan lainnya adalah transplantasi sel punca yang bertujuan untuk menggantikan sumsum tulang yang rusak dengan sel punca sehat dari donor yang cocok [8].

Meski telah tersedia berbagai opsi pengobatan, penanganan kanker darah masih menemui sejumlah tantangan. Utamanya, pada pasien yang tidak merespons terapi dengan baik.

Pada kasus DLBCL, misalnya, sebanyak 50 persen pasien masih mengalami kondisi refrakter [9].

Situasi tersebut adalah kondisi saat kanker tidak merespons pengobatan awal atau masih kambuh setelah menunjukkan respons awal yang baik [9].

Hal itu mencerminkan kebutuhan mendesak untuk pengembangan terapi yang lebih efektif dan memenuhi kebutuhan medis yang belum terpenuhi secara signifikan [9].

Meski begitu, dunia medis Indonesia terus menunjukkan komitmen untuk meningkatkan fasilitas pengobatan kanker darah pada awal 2024 [10].

Langkah tersebut diwujudkan melalui penyediaan terapi modern yang mengutamakan pendekatan lebih personal, komprehensif, dan mutakhir demi meningkatkan kualitas perawatan bagi pasien [11].

Metode pengobatan terapi sel T CAR

Kekambuhan limfoma sering menjadi tantangan besar yang menakutkan bagi pasien dan keluarga mereka [13].

Pada kasus limfoma yang kambuh setelah pengobatan awal, transplantasi kerap menjadi langkah lanjutan yang direkomendasikan dalam protokol pengobatan [13].

Namun, kemajuan inovasi, seperti terapi sel T CAR, mampu jadi alternatif karena membawa perubahan besar dalam penanganan limfoma [13].

Alhasil, pendekatan itu jadi opsi baru bagi pasien karena dinilai punya potensi hasil yang lebih baik dalam menangani kekambuhan penyakit [13].

Terapi sel T CAR berbeda dari terapi biologis konvensional karena melibatkan pemanfaatan sel T pasien, sejenis limfosit yang matang di kelenjar timus untuk melawan kanker [14].

Dalam metode tersebut, sel T akan dipanen dan dimodifikasi secara genetik di laboratorium sehingga mampu mengekspresikan reseptor khusus yang dirancang untuk mengenali serta menghancurkan sel kanker dengan presisi [14].

Dengan memperkuat mekanisme pertahanan tubuh, terapi sel T CAR jadi menawarkan pendekatan yang lebih personal dan efektif dalam memerangi limfoma [14].

Sel-T yang dimodifikasi dengan reseptor untuk menargetkan dan menghancurkan sel kanker. Dok. Istimewa Sel-T yang dimodifikasi dengan reseptor untuk menargetkan dan menghancurkan sel kanker.

Oleh karena itu, metode pengobatan terapi sel T CAR dinilai mampu membuka dimensi baru dalam penanganan limfoma sekaligus memberikan harapan baru dalam perjalanan melawan penyakit ini [14].

Adapun pendekatan yang dipersonalisasi mencerminkan perubahan paradigma dalam pengobatan kanker darah karena lebih mengedepankan solusi yang spesifik dan efektif.

Seiring kemajuan pada bidang onkologi, terapi inovatif seperti terapi sel T CAR dapat menjadi titik terang.

Terapi itu juga menawarkan optimisme dan peluang bagi pasien untuk mencapai hasil pengobatan yang lebih baik.

Jika Anda atau orang terkasih didiagnosis dengan limfoma atau jenis kanker darah lainnya, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai pilihan terapi yang tersedia.

Disclaimer: Terapi sel T CAR mungkin tidak cocok untuk semua individu dan umumnya direkomendasikan bagi pasien dengan jenis kanker darah tertentu yang tidak merespons terapi lain. Seperti prosedur medis lainnya, terapi ini juga memiliki potensi risiko dan efek samping yang perlu dipertimbangkan. Oleh karena itu, konsultasi mendalam dengan profesional kesehatan yang berpengalaman sangat penting untuk menentukan apakah terapi sel T CAR adalah pilihan pengobatan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.

Referensi:

[1] WHO Global Cancer Observatory. 360 Indonesia Factsheet. Tersedia di: https://gco.iarc.who.int/media/globocan/factsheets/populations/360-indonesia-fact-sheet.pdf Terakhir diakses: 24 Okt 2024.

[2] Blood Cancer. Cleveland Clinic (cancercenter.com). Tersedia di: https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22883-blood-cancer. Terakhir diakses: 24 Okt 2024

[3] Blood cancer facts. Blood Cancer UK. Tersedia di: https://bloodcancer.org.uk/news/blood-cancer-facts/. Terakhir diakses: 24 Okt 2024

[4] Blood cancer. Macmillan Cancer Support. Tersedia di: https://www.macmillan.org.uk/cancer-information-and-support/blood-cancer. Terakhir diakses: 24 Okt 2024

[5] Reksodiputro A H Multicentre epidemiology and survival study of B Cell Non Hodgkin lymphoma patients in Indonesia. J Blood Disorders Transf. 2015; 6: 257. Tersedia di https://www.walshmedicalmedia.com/open-access/multicentre-epidemiology-and-survival-study-of-b-cell-non-hodgkin-lymphoma-patients-in-indonesia-2155-9864-1000257.pdf Terakhir diakses: 24 Okt 2024.

[6] Flowers CR, et al. New challenges in the management of diffuse large B-cell lymphoma. Treat Strateg Hematol. 2012;2:68-73. Terakhir diakses: 24 Okt 2024

[7] Kompas. Starting This Year, Community Health Centers Receive Early Cancer Detection Equipment. Tersedia di: https://lestari.kompas.com/read/2024/02/29/170000186/mulai-tahun-ini-puskesmas-dapat-alat-deteksi-dini-kanker. Terakhir diakses: 20 Nov 2024.

[8] Lymphoma Treatment Options. National University Cancer Institute Singapore. Tersedia di: https://www.ncis.com.sg/Cancer-Information/About-Cancer/Pages/Lymphoma-Treatment-Options.aspx. Terakhir diakses: 24 Okt 2024.

[9] Crump M, et al. Outcomes in refractory diffuse large B-cell lymphoma: results from the international SCHOLAR-1 study. Blood. 2017;130(16):1800-1808. Tersedia di: https://ashpublications.org/blood/article/130/16/1800/36474/Outcomes-in-refractory-diffuse-large-B-cell. Terakhir diakses: 24 Okt 2024.

[10] Kemenkes. The Ministry of Health Targets Each Province to Have a Major Cancer Treatment Hospital. Tersedia di: https://kemkes.go.id/id/rilis-kesehatan/kementerian-kesehatan-target-tiap-provinsi-miliki-rumah-sakit-utama-layanan-kanker. Terakhir diakses: 20 Nov 2024

[11] Kemenkes. Comprehensive Cancer Management Strategy in Indonesia: The 2024-2034 National Cancer Plan. Tersedia di: https://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/strategi-komprehensif-penanganan-kanker-di-indonesia-rencana-kanker-nasional-2024-2034. Terakhir diakses: 20 Nov 2024

[12] Cappell KM, et al. Long-term follow-up of anti-CD19 chimeric antigen receptor T-cell therapy. J Clin Oncol. 2020;38(32):3805-3815. Tersedia di: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33021872/. Terakhir diakses: 24 Okt 2024.

[13] CAR T-cell Therapy. Rutgers Cancer Institute and RWJ Barnabas Health. Tersedia di: https://www.cinj.org/patient-care/car-t-cell-therapy. Terakhir diakses: 24 Okt 2024.

[14] Cappell, K.M., Kochenderfer, J.N. Long-term outcomes following CAR T cell therapy: what we know so far. Nat Rev Clin Oncol 20, 359–371 (2023). Tersedia di https://doi.org/10.1038/s41571-023-00754-1. Terakhir diakses: 24 Okt 2024.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau