KOMPAS.com – KOMPAS.com – Baru-baru ini, PT Bank BTPN Tbk (BTPN) melakukan rebranding dengan mengganti nama menjadi PT Bank SMBC Indonesia Tbk atau SMBC Indonesia.
SMBC Indonesia merupakan hasil merger antara Bank BTPN dengan PT Bank Sumitomo Mitsui Indonesia (SMBCI) dari Japan Financial Sector Authority (JFSA) pada 2019.
Perubahan tersebut telah tercatat dalam Surat Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nomor S-236/PB/02/2024 pada tanggal 25 September 2024 perihal Keputusan Penetapan Penggunaan Izin Usaha (Perubahan Nama) PT Bank SMBC Indonesia Tbk.
“Pada 18 November 20204, kami resmi memperkenalkan identitas baru sebagai SMBC Indonesia. Momen bersejarah ini dirayakan secara langsung di kantor pusat maupun online dari berbagai cabang di seluruh Indonesia,” tulis SMBC Indonesia di unggahan Instagram @smbc.indonesia.
Executive Director of Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, transformasi merek, seperti yang dilakukan Bank BTPN menjadi SMBC Indonesia, bukan hanya sekadar perubahan kosmetik terhadap logo atau slogan.
Lebih dari itu, transformasi tersebut merupakan hasil pemikiran komprehensif terkait berbagai aspek, seperti tujuan, nilai, dan target pelanggan, yang diharapkan bisa mengubah persepsi masyarakat terhadap suatu perusahaan.
“Tujuannya adalah menciptakan identitas merek yang lebih relevan, menarik, dan membedakan diri dari pesaing. Praktik transformasi merek ini merupakan langkah yang umum dilakukan oleh berbagai industri dan institusi bisnis untuk terus berkembang,” terang Faisal melalui keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (3/12/2024).
Sejumlah studi, lanjutnya, menunjukkan bahwa rebranding atau perubahan merek pada entitas perbankan merupakan tahapan berkelanjutan yang menyeimbangkan antara identitas warisan dan inovasi merek baru yang dapat diterima oleh semua pemangku kepentingan.
Strategi perubahan merek semakin umum dilakukan usai terjadi merger dan akuisisi. Transformasi diberlakukan untuk menggabungkan kekuatan dan nilai dari dua atau lebih entitas menjadi satu kesatuan.
Meski demikian, imbuh Faisal, rebranding setelah merger dan akuisisi merupakan proses multidimensi yang harus diintegrasikan dengan hati-hati untuk memastikan keberhasilannya.
Proses integrasi dan penciptaan merek baru harus bisa memadukan identitas, menyelaraskan budaya perusahaan, dan mengembangkan visi terpadu untuk pengembangan perusahaan dalam jangka panjang.
Tak kalah penting, transformasi merek juga harus memberikan nilai tambah bagi pelanggan melalui produk dan layanan yang semakin relevan dengan kebutuhan pelanggan.
“Hal itu dapat memperkuat posisi bisnis serta membuka peluang pasar baru baik domestik maupun global,” kata Faisal.
Keberhasilan perubahan merek
Faisal pun mencontohkan keberhasilan merek baru dari gabungan SunTrust Banks, Inc (“SunTrust”) dan BB&T Corporation (“BB&T”) menjadi Truist Financial Corporation (“Truist”) di Amerika Serikat (AS) pada 2019.
Dengan identitas merek baru yang menekankan stabilitas, kepercayaan, dan jangkauan global, jelas Faisal, Truist kini menjadi bank komersial terbesar keenam di AS serta memosisikan sebagai pemain terdepan dalam industri ini.
Terkait SMBC Indonesia, Faisal menilai, baik Bank BPTN maupun SMBCI pada dasarnya memiliki portofolio produk dan layanan yang berbeda.
SMBCI merupakan bagian dari bank Jepang dengan jaringan global yang luas. Sementara Bank BTPN, sebelum berubah menjadi SMBC Indonesia, telah memiliki reputasi yang kuat sebagai bank yang fokus pada inklusi keuangan dan melayani segmen yang beragam.
“Melalui merger BTPN dan SMBCI yang terjadi pada 2019, Bank BTPN mulai memiliki akses ke sumber daya dan jaringan global SMBC yang memungkinkan ekspansi ke segmen pelanggan yang lebih luas,” imbuh Faisal.
Faisal menjelaskan, perubahan merek Bank BTPN menjadi SMBC Indonesia dapat mendukung strategi ekspansi ini dengan menyelaraskan penawaran produk dan layanan yang beragam dengan tetap menjalankan dan memperkuat komitmen yang sudah ada.
“Hal itu dapat memberikan nilai tambah bagi pelanggan dan memperkuat loyalitas pelanggan,” paparnya lagi.
Tidak hanya itu, transformasi merek juga dapat memengaruhi persepsi pasar dengan menciptakan citra baru yang positif di mata nasabah, investor, dan pemangku kepentingan lainnya.
“SMBC Indonesia diharapkan dapat menjadi kekuatan baru di industri perbankan Indonesia yang dapat menghadapi tantangan ekonomi yang dinamis dan terus berkembang,” kata Faisal.
Mampu mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi
Seiring penetapan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen oleh pemerintahan baru, dibutuhkan berbagai upaya terobosan untuk mendorong sumber-sumber pertumbuhan ekonomi.
Upaya tersebut, lanjut Faisal, membutuhkan dukungan dari para pemain besar industri.
“Entitas perbankan yang terus berinovasi dan melakukan transformasi sebagaimana SMBC Indonesia berpotensi untuk berperan lebih besar dalam mendukung pembiayaan untuk sektor riil, khususnya sektor-sektor yang menjadi prioritas pemerintah,” terangnya.
Dengan akses terhadap sumber daya dan jaringan global, SMBC Indonesia tidak hanya akan memperluas basis nasabahnya, tetapi juga dapat meningkatkan akses terhadap sumber pembiayaan domestik.
“Artinya, dukungan pembiayaan untuk menggerakkan sektor-sektor andalan, seperti sektor pertanian, industri manufaktur, ataupun UMKM dapat dimaksimalkan untuk mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang ditargetkan oleh pemerintah,” kata Faisal.