KOMPAS.com – Universitas Negeri Malang (UM) mengembangkan sistem penerangan jalan umum (PJU) hibrida yang mengombinasikan energi matahari dan angin.
Inovasi itu lahir dari riset gabungan antara Direktur Inovasi sekaligus Dosen Fisika UM Prof Dr Nandang Mufti SSi MT di bidang pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan Prof Alfian di bidang pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB).
Implementasi awal inovasi tersebut dilakukan di lingkungan UM atas inisiasi Rektor UM. Langkah ini menjadi wujud dukungan nyata UM terhadap pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Selain itu, sistem PJU hibrida juga selaras dengan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya tujuan ke-7 untuk memastikan akses energi bersih, terjangkau, dan berkelanjutan.
Nandang mengatakan, sistem tersebut dirancang untuk mengoptimalkan pemanfaatan energi terbarukan. Utamanya, di daerah dengan potensi energi matahari dan angin yang melimpah, seperti kawasan pantai atau jalan tol.
“Inovasi ini dilatarbelakangi kelemahan PJU berbasis PLTS yang hanya dapat menyerap energi di siang hari. Sebaliknya, energi angin cenderung lebih stabil, terutama pada malam hari. Dengan menggabungkan keduanya, sistem ini memanfaatkan sumber energi secara maksimal,” ujar Nandang dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (4/12/2024).
Secara teknis, PJU itu akan mengonversi energi matahari menjadi listrik melalui panel surya untuk kemudian disimpan dalam baterai. Sementara, energi angin dihasilkan melalui low-speed generator.
“Keunggulan sistem ini adalah efisiensinya yang tinggi karena dapat menyimpan energi 24 jam dari dua sumber sekaligus. Namun, biaya produksinya relatif lebih mahal dan kompleks dibandingkan PJU konvensional,” ucap Nandang.
Untuk menyempurnakan PJU itu, UM menyatakan siap mendukung penuh pengembangan sistemnya melalui pendanaan riset berkelanjutan dan kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) penyedia komponen serta lembaga penelitian untuk mengukur efisiensi energi.
“Ke depan, kami akan menyempurnakan sistem ini agar lebih murah, tahan lama, dan meningkatkan tingkat komponen dalam negeri (TKDN),” tambah Nandang.
Menurut Nandang, institusi pendidikan seperti UM harus menjadi contoh dalam transisi energi bersih, termasuk dengan mengintegrasikan teknologi energi baru terbarukan (EBT) ke dalam kurikulum. Langkah ini penting untuk membekali generasi muda dengan keterampilan praktis di sektor energi terbarukan.
"Dengan fasilitas yang memadai dan jaringan mitra UMKM yang luas, UM siap meningkatkan kapasitas produksi PJU hibrida sesuai permintaan pasar serta menghadirkan solusi energi terbarukan yang berdaya guna dan ramah lingkungan,” ucap Nandang.
Nandang berharap, pemerintah juga dapat terus mendorong penerapan EBT melalui insentif dan kebijakan strategis untuk mendorong lebih banyak inovasi.
Sebagai informasi, inovasi PJU hibrida dari UM telah menarik perhatian berbagai institusi. Salah satunya, Kementerian Perhubungan, khususnya di lingkungan Ditjen Perhubungan Laut yang berencana mengaplikasikannya di wilayah pelabuhan yang belum terjangkau listrik PLN.