JAKARTA, KOMPAS.com – Sejak hadir pertama kali di Indonesia pada awal 2024, Cellbooster menuai respons positif. Berkat dukungan teknologi CHAC, skin booster ini telah dipercaya lebih dari 200 klinik estetika di Indonesia.
Sebagai informasi, Cellbooster merupakan produk perawatan kulit berbasis injeksi hyaluronic acid (HA) asal Swiss yang diklaim mampu memberikan hasil lebih optimal untuk berbagai permasalahan kulit ketimbang skin booster konvensional.
Salah satu klinik estetika yang sudah membuktikan keunggulan Cellbooster adalah Chen Clinic Aesthetic & Anti Aging yang berlokasi di Jakarta Barat. Di klinik ini, Cellbooster menjadi solusi untuk berbagai kasus, terutama kulit kusam dan masalah pigmentasi.
Praktisi estetika sekaligus pemilik Chen Clinic Aesthetic & Anti aging dr Chen Ik Cen M Biomed (AAM) mengungkapkan, Cellbooster varian Glow menjadi yang paling diminati.
"Biasanya pasien yang rutin tampil di depan kamera mengeluhkan kulit kusam karena jadwal tidur tidak teratur dan aktivitas syuting hingga larut malam. Setelah dua kali treatment Cellbooster Glow, mereka langsung merasakan perbedaannya," ungkap dr Chen dalam wawancara ekslusif di SCBD, Jakarta, Kamis (5/12/2024).
Ia mengatakan bahwa efek perawatan treatment tersebut bisa bertahan lama. Hal ini turut menjadikan produk tersebut cocok untuk pasien dengan jadwal padat sehingga mereka tak perlu datang berulang kali dalam waktu singkat.
Terlebih, untuk hasil optimal, dr Chen mengombinasikan Cellbooster dengan laser Lavieen, yakni laser thulium pertama di Indonesia yang mampu mencerahkan kulit, mengatasi melasma, dan memperbaiki tekstur kulit dengan downtime yang minimal.
"Kombinasi tersebut efektif karena laser menciptakan microchannel di kulit yang meningkatkan penyerapan Cellbooster," jelasnya.
Dokter Chen mencontohkan pengalaman menangani kasus melasma. Pasien dengan melasma biasanya memiliki gangguan pada produksi melanin.
“Kami awali dengan Cellbooster Glow untuk memperbaiki skin barrier dan kondisi kulit, baru kemudian lanjut dengan laser. Hasilnya lebih optimal jika dibandingkan langsung menggunakan laser," paparnya.
Ia juga tak menampik keberhasilan Cellbooster tidak terlepas dari teknologi CHAC yang menjadi andalannya. Pakar estetika internasional Dr Nenad Stankovic yang turut hadir menjelaskan, teknologi ini berbeda dari produk mesotherapy lain yang umumnya hanya mencampurkan bahan dalam bentuk cair.
"CHAC technology merupakan inovasi dalam bidang estetika karena menggunakan metode pencampuran bahan aktif dalam bentuk padat," ujar Nenad Stankovic.
Metode ini memungkinkan kombinasi vitamin A yang hidrofobik dengan vitamin C yang hidrofilik tetap stabil.
"Layaknya membuat roti dari berbagai jenis tepung, bahan-bahan ini dipadu dengan tekanan untuk menciptakan campuran yang solid," jelasnya.
Dengan physical pressure, bahan-bahan aktif membentuk ikatan kuat melalui hydrogen bonds dan van der Waals forces. Ini memungkinkan pelepasan bahan aktif secara perlahan selama 2-3 minggu setelah diinjeksikan ke kulit.
Sebagai produk medis kelas tiga, Cellbooster diproduksi dengan standar ketat industri farmasi Swiss dan telah mengantongi sertifikasi CE Mark serta terdaftar di Kementerian Kesehatan Indonesia.
"Swiss dikenal sebagai eksportir produk farmasi terbesar, bahkan melampaui ekspor jam tangan, cokelat, atau keju," terang Nenad Stankovic.
Dari sisi keamanan, penggunaan physical pressure menjadi keunggulan Cellbooster ketimbang produk lain yang mengandalkan chemical binding agent yang berpotensi menimbulkan efek samping setelah treatment.
Varian dan protokol
Untuk diketahui, perawatan Cellbooster hadir dalam tiga varian. Pertama, Shape untuk mengurangi akumulasi lemak dan memperbaiki drainase limfatik. Varian ini mengandung HA, vitamin C, dan L-Carnitine sehingga efektif menangani masalah kantung mata, lemak pipi, dan double chin.
Kedua, Lift yang berfungsi menghidrasi dan menstimulasi kolagen. Studi klinis menunjukkan, setelah tiga kali treatment, produk ini mampu meningkatkan hidrasi kulit hingga 40 persen dan densitas kulit sehingga tampak lebih tebal dan kenyal.
"Tingkat kepuasan pasien mencapai 80-90 persen dalam studi kami, meski tentu hasil akhir bergantung pada ekspektasi masing-masing individu," ucap Nenad Stankovic.
Terakhir, Glow yang ditujukan untuk mencerahkan dan mengatasi pigmentasi. Varian ini memiliki kandungan vitamin C dan glutathione yang efektif sekaligus mengurangi peradangan.
Untuk mendapatkan hasil optimal, dr Chen merekomendasikan injeksi Cellbooster dilakukan hingga tiga kali dengan interval 2-3 minggu. Khusus, pasien dengan masalah pigmentasi, seperti melasma, mungkin membutuhkan treatment lebih intensif.
Namun, ia melanjutkan, aturan tersebut bukanlah pakem karena perawatan disesuaikan lagi dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
"Ada yang bisa rutin dua minggu sekali, tapi ada juga yang harus diatur tiga minggu sekali karena kesibukan. Hal penting, konsistensi perawatan tetap terjaga," tuturnya.
Edukasi pasien menjadi kunci keberhasilan perawatan. Sebelum memulai treatment, dr Chen juga selalu menganalisis produk skincare yang digunakan pasien. Produk mengandung merkuri atau hydroquinone harus dihindari. Khusus pengguna produk peeling, pemakaian harus dihentikan sementara untuk mengurangi iritasi.
Selain itu, ia menekankan bahwa perawatan Cellbooster tidak direkomendasikan untuk ibu hamil dan menyusui.
"Sejauh ini, belum pernah ada kasus alergi dari penggunaan Cellbooster di klinik kami, untuk yang ingin mencoba treatment ini dapat langsung ke klinik," tegasnya.