KOMPAS.com — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mencatat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 175,66 triliun kepada 3,7 juta debitur usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) hingga akhir November 2024.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Bisnis Mikro BRI Supari dalam diskusi bertajuk “Menuju Satu Dekade KUR untuk Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional melalui Pembiayaan Usaha Produktif” di Jakarta, Rabu (13/11/2024).
Ia mengatakan bahwa pencapaian tersebut menunjukkan komitmen BRI sebagai bank yang menerapkan Asta Cita dalam mendukung pemberdayaan UMKM di seluruh wilayah Indonesia yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Data kajian yang dilakukan BRI dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menunjukan bahwa KUR menaikkan rata-rata pendapatan debitur sebesar 32 hingga 50 persen.
Data tersebut juga menunjukan bahwa KUR mampu meningkatkan keuntungan UMKM sekitar 34 hingga 38 persen. Data ini juga menyebutkan bahwa pelaku usaha yang mendapatkan KUR cenderung memiliki tenaga kerja 28 persen lebih banyak jika dibandingkan dengan nondebitur KUR.
“Hal ini akan mengurangi pengangguran yang akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Supari dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (9/12/2024).
Di lain sisi, lanjut Supari, debitur KUR juga menghadapi peningkatan pengeluaran melalui angsuran KUR dan biaya teknis lainnya. Meski demikian, keterampilan teknis dapat mendorong efisiensi biaya.
Selain itu, Supari juga mengatakan bahwa pencapaian itu merupakan bagian dari upaya BRI untuk memperluas akses permodalan bagi pelaku UMKM, terutama di sektor-sektor produktif, seperti pertanian, perdagangan, dan perikanan.
"Melalui KUR, kami tidak hanya menyediakan pembiayaan, tetapi juga memberdayakan UMKM agar mampu tumbuh lebih berkelanjutan," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa BRI mencatat penyaluran KUR tersebar merata di berbagai wilayah Indonesia dengan fokus pada pemberdayaan sektor produksi.
“Sektor pertanian menjadi penyumbang terbesar di antara sektor lainnya dengan porsi sebesar 39,62 persen atau senilai Rp 69,60 triliun,” tutur Supari.
Selain itu, Supari juga mengusulkan untuk membagi dua skema penyaluran KUR pada 2025, yakni mendorong inklusivitas dan graduasi atau pra-graduasi pelaku UMKM.
Menurutnya, skema berbeda penting untuk dijalankan mengingat adanya perbedaan kualifikasi penerima kredit bersubsidi dari pemerintah.