KOMPAS.com - Selama empat tahun terakhir, pemerintah Indonesia gencar menggaungkan Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) untuk mendongkrak belanja produk industri dalam negeri.
Pemerintah pun tak henti mengajak masyarakat untuk membeli, menggunakan, mengonsumsi, serta mempromosikan produk-produk lokal. Utamanya, buatan industri kecil dan menengah (IKM) agar sektor industri di Tanah Air semakin tumbuh dan berkembang.
Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza mengatakan, pemerintah sejak 2023 telah menyinergikan Gernas BBI dengan Gerakan Nasional Bangga Berwisata di Indonesia (Gernas BBWI) karena gerakan belanja produk lokal selaras dengan promosi dan ajakan untuk berwisata di Indonesia.
Hal itu dikatakan Faisol pada puncak Acara Harvesting Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia Ite Begawe Fest 2024 di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Minggu (8/12/2024).
Dengan begitu, pasar-pasar produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terbuka semakin lebar bersamaan dengan peluang dan potensi perekonomian yang didorong oleh sektor pariwisata.
“Gerakan Bangga Buatan Indonesia bukan sekadar slogan. Ini adalah panggilan untuk mencintai, mendukung, dan membanggakan hasil karya kita sendiri,” ujar Faisol dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Selasa (10/12/2024).
Faisol mengungkapkan, di tengah kondisi ekonomi global yang tidak menentu, perlu upaya memperkuat fondasi perekonomian nasional dengan cara memenuhi segala kebutuhan sektor industri di Indonesia, termasuk pasokan bahan baku. Hal ini guna mendukung kelancaran produktivitas.
“Salah satu yang menjadi perhatian pemerintah adalah sektor IKM yang selama ini terbukti menjadi penyanggah dan penyelamat bagi perekonomian nasional dari tekanan atau ancaman ketidakpastian ekonomi global,” paparnya.
Faisol menambahkan, dalam menyikapi situasi ekonomi global saat ini, pemerintah juga ingin mengambil kesempatan untuk membangun kekuatan industri dalam negeri.
Tujuannya, untuk menciptakan kemandirian ekonomi nasional dan membuka peluang peningkatan investasi di Tanah Air.
“Hilirisasi dan industrialisasi adalah dua hal yang tidak bisa kita pisahkan. Melalui strategi ini, kami optimistis ekonomi nasional siap menyongsong visi Indonesia Emas tahun 2045,” imbuhnya.
Terlebih, sektor industri pengolahan nonmigas dalam negeri masih menunjukkan kinerja positif sebagai penggerak utama perekonomian nasional.
Hal itu terlihat dari capaian indikator makro, seperti sektor industri pengolahan nonmigas pada triwulan III 2024 yang tumbuh positif sebesar 4,84 persen dengan nilai pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 4,95 persen.
Adapun kontribusi industri pengolahan nonmigas terhadap produk domestik bruto (PDB) pada triwulan III 2024 mencapai 17,18 persen dan merupakan angka tertinggi di antara sektor ekonomi lain.
Selain itu, nilai ekspor industri pengolahan nonmigas hingga September 2024 mencapai 142,24 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau berkontribusi sebesar 73,76 persen terhadap total ekspor nasional yang menembus angka 192,85 miliar dollar AS.
Sementara, realisasi investasi di sektor industri pengolahan nonmigas periode kumulatif Januari-September 2024 berkontribusi sebesar Rp 515,7 triliun atau 40,9 persen.
“Capaian positif dari sektor industri pengolahan nonmigas menjadi pilar dalam upaya menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Faisol.
Selaras program P3DN
Di sisi lain, komitmen pemerintah dalam peningkatan penggunaan produk dalam negeri ini juga ditunjukkan dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 2 Tahun 2022.
Inpres tersebut mengamanatkan pemerintah pusat, pemerintah daerah (pemda), serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Desa (BUMD) untuk merencanakan, mengalokasikan, dan merealisasikan paling sedikit 95 persen dari nilai anggaran belanja barang/jasa untuk menggunakan Produk Dalam Negeri (PDN) dan 40 persen di antaranya untuk menggunakan produk usaha mikro kecil dan koperasi.
“Hal tersebut membuka pasar yang lebih luas bagi produk-produk IKM, selain pasar konvensional yang menjangkau masyarakat umum, juga menjangkau pasar pengadaan barang atau jasa pemerintah,” tuturnya.
Untuk mendukung target pembelian PDN pada 2024, Kemenperin menerbitkan sertifikat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebagai jaminan bahwa produk yang dihasilkan adalah produksi lokal.
Melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 46 Tahun 2022, sertifikasi TKDN untuk Industri Kecil (TKDN-IK) dibuat sederhana, gratis, dan cepat. Hingga 7 Desember 2024, 24.061 sertifikat TKDN-IK untuk 27.064 produk telah diterbitkan.
Lahirkan IKM dengan omzet meroket
Selanjutnya, melalui penyelenggaraan Gernas BBI dan BBWI tahun 2024, pemerintah menargetkan sebanyak 30 juta UMKM/IKM dapat bertransformasi masuk ke pasar digital.
Adapun transaksi penjualan UMKM/IKM yang menjadi target pembinaan dapat mencapai minimal Rp 50 miliar per daerah, serta tercapainya 1,2 - 1,5 miliar perjalanan wisata di Indonesia.
Tahun ini, Kemenperin sebagai campaign manager dalam Gernas BBI dan BBWI 2024 menjalin kerja sama dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB serta para top brands dan sponsor dalam menyelenggarakan puncak acara Harvesting Gernas BBI dan BBWI bertajuk “Ite Begawe Fest 2024”.
“NTB dikenal memiliki kekayaan sumber daya alam sehingga punya potensi dalam menumbuhkan perekonomian sektor kreatif. Hal ini terlihat dari produk-produk industri kerajinan di NTB yang inovatif dan kompetitif. Bahkan, sebagian sudah ada yang diekspor ke beberapa negara,” tutur Wamenperin.
Rangkaian kegiatan Harvesting BBI dan BBWI di NTB diselenggarakan pada Jumat (6/12/2024) hingga Minggu (8/12/2024) di Halaman NTB Mall yang berada di komplek Islamic Center Kota Mataram, NTB.
Sebagai campaign manager Gernas BBI dan BBWI Provinsi NTB Ite Begawe Fest 2024, Kemenperin memberikan dukungan penuh dalam rangka meningkatkan daya saing produk dan kualitas SDM sektor IKM di NTB.
“Dukungan tersebut meliputi fasilitasi dan pendampingan, seperti penguasaan teknologi e-business melalui Program e-Smart IKM, integrasi ke dalam e-katalog Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP), edukasi, dan konsultasi usaha,” terang Faisol.
Selain itu, lanjut dia, ada pula literasi digital, penyelenggaraan webinar, pendaftaran merek IKM, pendampingan sertifikasi TKDN-IK, desain serta pencetakan kemasan, serta promosi dan publikasi melalui media sosial.
Dalam gelaran Gernas BBI/BBWI Ite Begawe Fest 2024, Kemenperin menggandeng Pemprov NTB, Dekranas Provinsi NTB, dan tenaga ahli mengkurasi 1.041 IKM asal NTB yang mendaftar melalui e-Smart IKM.
Kurasi tahap pertama menghasilkan 100 IKM yang dikurasi kembali melalui tahapan wawancara sehingga tersisa 30 IKM terpilih.
Tiga puluh IKM BBI tersebut diberikan pendampingan intensif sepanjang September-November, dengan fokus pendampingan mengenai manajemen perusahaan, branding serta pemasaran offline dan online.
Pada akhir pendampingan, capaian peningkatan dari 30 IKM BBI tersebut dinilai untuk menentukan lima IKM Champion yang mengalami persentase peningkatan omset terbesar. Adapun total penjualan 30 IKM
BBI NTB 2024 baik secara online maupun offline selama periode pendampingan tercatat sebesar Rp 8,01 miliar.
Sebanyak lima IKM Champion diumumkan saat Harvesting atau Puncak Acara Gernas BBI/BBWI NTB Ite Begawe Fest 2024. Adapun lima IKM Champion dengan peningkatan omset terbesar tersebut adalah Semeleto Indonesia, Riles Lestary, Riana Meilia Lombok NTB Pearls, Sate Rembiga Goyang Lidah, dan PT Karya Iwin Insani.
IKM Champion tersebut berhasil mengangkat kearifan lokal NTB melalui produk kosmetik, perhiasan, pangan, serta songket dan tenun.
Pihaknya pun mengapresiasi kegigihan IKM Champion yang telah membuktikan kemampuan mereka dalam mengembangkan potensi bisnis dengan mengangkat produk-produk khas NTB.
“Semoga IKM Champion terpilih semakin semangat untuk naik kelas dan mengembangkan pasarnya tak hanya di level provinsi dan nasional, tetapi juga semakin berani untuk ekspor dan menjadi acuan bagi IKM lain agar ekosistem IKM di NTB semakin maju secara positif dan membangkitkan perekonomian provinsi ini,” kata Faisol.
Pada rangkaian acara Harvesting Gernas BBI/BBWI NTB 2024, 30 IKM terbaik diberikan kesempatan untuk memamerkan produk unggulannya di lokasi acara.
Komoditas produk yang dipamerkan di antaranya berupa tenun, kriya, perhiasan, pangan, kosmetik, serta produk herbal.
Selain 30 IKM tersebut, terdapat 95 peserta pameran lainnya yang ikut berpartisipasi dalam Harvesting BBI/BBWI NTB ini.
Selama tiga hari, gelaran Harvesting juga berisi berbagai kegiatan, seperti kompetisi bakat antar pelajar, pentas seni dan musik, talkshow, kegiatan olahraga, serta fashion show dan fashion street dengan tema mengangkat kekayaan budaya Indonesia.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka, Reni Yanita, mengungkapkan, sebelum puncak acara tersebut Ditjen IKMA Kemenperin telah menggelar berbagai kegiatan pembinaan IKM di Provinsi NTB sejak April hingga Desember 2024.
“Kegiatan pembinaan tersebut di antaranya berupa Sosialisasi dan Fasilitasi Sertifikasi TKDN IK, Pendampingan Sertifikasi Kekayaan Intelektual, Fasilitasi Mesin Peralatan WUB IKM Tenun di Kabupaten Lombok Tengah, Bimtek dan Bantuan Alat Komoditi Minyak Goreng Kelapa, Workshop Peningkatan Kemampuan SDM IKM Reparasi Mesin Kapal Penunjang Wisata, Bimbingan Teknis Produksi dan Kewirausahaan IKM Batako Berbasis Limbah Batu Bara, serta Pendampingan Diversifikasi Produk bagi Sentra IKM Logam di NTB,” papar Reni.
Penjabat (Pj) Gubernur Nusa Tenggara Barat, Hassanudin menyampaikan, Gernas BBI dan BBWI Ite Begawe Fest 2024 telah menjadi platform yang penting untuk mempromosikan produk-produk unggulan Indonesia serta memperkuat kemitraan antara pelaku industri, pemerintah, dan masyarakat.
“Program dan event ini diharapkan dapat membuka peluang baru bagi pengembangan industri kreatif dan manufaktur di daerah, serta meningkatkan daya saing produk-produk lokal di pasar domestik maupun internasional,” ujarnya.
Hassanudin turut mengungkapkan besarnya peran IKM bagi perekonomian masyarakat NTB.
“Di NTB, IKM bukan hanya menjadi penyokong ekonomi lokal, tetapi juga telah membuka peluang bagi masyarakat untuk terus berinovasi dan meningkatkan kualitas hidup. Bahkan, kehadiran IKM di NTB telah memperlihatkan kemampuan bersaing di pasar nasional dan internasional,” kata Hassanudin.