KOMPAS.com – PT Toba Pulp Lestari Tbk (TPL) Sektor Tapanuli Selatan menggandeng Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Sumatera Utara (USU) untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat di empat desa untuk menjadi peternak ayam.
Desa tersebut di antaranya adalah Desa Sanggapati, Palsabolas, Panompuan Julu, dan Panompuan Jae. Keempat desa ini menjadi desa permulaan untuk proyek perdana TPL bersama Faperta USU.
Sosial Capital Head TPL Linggom Dongoran mengatakan, pelatihan dan pembelajaran kepada masyarakat Tapanuli Selatan akan berlangsung secara bergiliran. Adapun fasilitas pelatihan disediakan oleh Toba Pulp Lestari.
"Kami membina para peternak serta memodifikasi bahan baku lokal yang ada. Kami juga belajar fisik di lapangan dan di dalam kelas di Faperta USU," ujar Linggom dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (11/12/2024).
Selain masyarakat desa, lanjut Linggom, tim dari TPL juga ikut belajar bersama-sama.
Ia berharap, ilmu di dalam kelas dapat diaplikasikan dan berhasil di lapangan. Dengan begitu, program dapat berjalan secara bergiliran untuk empat desa yang telah terdata.
"Kami akan memberikan sumber daya modal. Ini yang kami upayakan dengan memberikan 5.000 hingga 10.000 bibit ayam di awal. Mudah-mudahan semuanya bisa berjalan baik dan berkelanjutan," kata Linggom.
Pendamping Desa dan perwakilan Camat Angkola Timur, Doddy, mengaku terpukau dengan pengelolaan ternak ayam yang dikelola secara modern.
Menurut dia, pola pikir masyarakat terhadap ternak ayam ibarat bermain gim yang mana mereka harus berani menang atau mendapat untung dan berani kalah atau rugi.
"Di sini, kami studi banding dalam pengembangan masyarakat terkait corporate social responsibility (CSR) budi daya ayam dan akan diterapkan di desa. Kegiatan ini didukung penuh Toba Pulp Lestari melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)," kata Doddy.
Menurut Doddy, jika program tersebut dikelola dengan baik, angka kegagalan dapat diminimalisasi.
Namun, hal yang menjadi kendala adalah soal kompleksitas materi yang diharapkan dapat disederhanakan agar penyampaian kepada masyarakat jadi lebih mudah.
"Kendalanya ialah usaha mikro kecil dan menengah (UKM) dan BUMdes yang agak sulit (memahami materinya). Kami akan diskusi ke pihak fakultas agar menyederhanakan materi. Tujuannya, untuk memberdayakan BUMDes. Kami berharap, TPL juga dapat memberi manfaat secara langsung bagi masyarakat, tak hanya kepada pengusaha," ujarnya.