KOMPAS.com – Era digital yang semakin berkembang membawa dampak positif dan negatif bagi bisnis. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah risiko siber yang dapat menyebabkan kerugian finansial, merusak reputasi perusahaan, dan mengganggu operasi bisnis.
Menurut Laporan Risiko Global 2024, cyber insecurity atau ketidakamanan siber merupakan salah satu aspek kekhawatiran utama dalam jangka pendek dan panjang.
Insiden “CrowdStrike Software Update” yang menyebabkan pemadaman fungsi software dan berdampak pada lumpuhnya kegiatan operasional bisnis jutaan orang di seluruh dunia menjadi contoh nyata bahwa bisnis dari berbagai sektor industri rentan terhadap paparan risiko siber.
Untuk mengatasi insiden siber, perusahaan perlu melakukan tiga langkah strategis berikut.
Pertama, melakukan penilaian risiko yang menyeluruh dengan evaluasi, kuantifikasi, dan pengukuran paparan risiko siber, serta implementasi sistem keamanan yang sesuai, seperti firewall, enkripsi, dan kontrol akses. Langkah ini akan membantu mengidentifikasi dan mengurangi potensi risiko siber.
Kedua, perusahaan perlu mempersiapkan strategi menghadapi insiden siber dengan menanamkan risiko siber ke dalam strategi manajemen risiko perusahaan secara keseluruhan.
Hal tersebut juga termasuk memberikan pelatihan kepada karyawan tentang praktik terbaik keamanan siber dan mengembangkan rencana tanggap insiden yang komprehensif untuk menangani potensi insiden siber secara efektif.
Ketiga, melakukan pemantauan dan transfer risiko. Perusahaan dapat menggunakan alat pemantauan untuk mendeteksi berbagai potensi ancaman siber.
Selain itu, perusahaan perlu memiliki strategi mitigasi risiko yang kuat dengan transfer risiko menggunakan asuransi siber demi mengurangi kerugian finansial akibat insiden siber.
Mitigasi risiko siber
Mitigasi risiko siber dapat dilakukan dengan transfer risiko menggunakan asuransi. Kepemilikan asuransi siber membantu perusahaan mengurangi potensi kerugian finansial yang mungkin timbul akibat insiden siber, termasuk biaya pemulihan dan tanggung jawab hukum.
Untuk menentukan dan memastikan cakupan asuransi yang tepat sesuai dengan profil risiko bisnis, perusahaan dapat berkonsultasi dengan penasihat risiko dan broker asuransi.
Sebagai penasihat dan konsultan risiko, tugas broker asuransi tidak hanya sebatas merekomendasikan polis asuransi, tetapi juga memberikan saran dan analisis mendalam terkait manajemen risiko.
Bermitra dengan broker asuransi yang tepat akan membantu perusahaan memperoleh proteksi yang optimal bagi bisnis dari berbagai potensi ancaman serangan siber.
Sebagai salah satu broker asuransi terkemuka di dunia dan Indonesia, Marsh telah menjadi mitra tepercaya bagi ribuan perusahaan di Indonesia selama lebih dari 40 tahun dalam mengelola risiko bisnis, termasuk risiko siber.
Jadi, segera manfaatkan jasa broker asuransi Marsh Indonesia untuk membangun ketahanan bisnis dan mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.