KOMPAS.com - Pemerintah Indonesia merespons penurunan produksi minyak dan gas bumi (migas) yang terjadi secara alami dengan mempercepat pemanfaatan teknologi.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menekankan pentingnya intervensi teknologi untuk meningkatkan kapasitas produksi migas nasional.
Menurut Bahlil, pencapaian swasembada energi di Indonesia memerlukan peningkatan produksi migas yang berkelanjutan.
Salah satu langkah yang diambil Kementerian ESDM untuk mencapai visi tersebut adalah mendorong Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk memanfaatkan teknologi guna mengoptimalkan produksi migas, termasuk ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) yang mengelola Blok Cepu.
“KKKS yang mempunyai produksi minyak bumi bagus, saya lihat itu ExxonMobil. ExxonMobil 25 persen dari total lifting nasional. Kami minta untuk bisa ada intervensi teknologi agar dapat meningkatkan lifting,” ujar Bahlil dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Senin (23/12/2024).
Bahlil menambahkan, Blok Cepu yang awalnya hanya mampu menghasilkan 100.000 barel per hari, kini telah mampu meningkatkan kapasitas produksinya menjadi 163.000 barel per hari berkat penggunaan teknologi yang lebih efisien.
Salah satu teknologi yang dianggap vital dalam mendorong peningkatan produksi adalah enhanced oil recovery (EOR).
Kementerian ESDM bersama Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) kini tengah menjajaki kemungkinan kebijakan insentif untuk implementasi EOR.
Sebelumnya, Bahlil mengungkapkan tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam sektor migas, yakni ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi.
“Indonesia saat ini hanya mampu memproduksi 600.000 barel per hari (BOPD), sedangkan kebutuhan konsumsi nasional mencapai 1,5 hingga 1,6 juta BOPD,” kata Bahlil.
Percepatan eksplorasi migas
Untuk mengatasi ketimpangan tersebut, Bahlil menyatakan bahwa pihaknya terus mempercepat eksplorasi migas dengan menggandeng KKKS melalui kerja sama joint study.
“Kami mengundang KKKS untuk melakukan eksplorasi melalui joint study guna menemukan potensi cadangan migas baru,” tuturnya.
Kerja sama tersebut bertujuan untuk menggali potensi cadangan migas yang belum tereksplorasi di Indonesia.
Sebagai bagian dari strategi untuk mengurangi ketergantungan pada impor migas, pemerintah juga berupaya mengurangi defisit neraca perdagangan migas.
“Strategi kami adalah meningkatkan produksi migas dalam negeri untuk menekan impor dan menciptakan swasembada energi,” tambah Bahlil.
Untuk mendukung penguatan sektor energi, pemerintah juga tengah menjalankan program untuk menawarkan 60 blok migas kepada investor hingga 2028. Program ini bertujuan untuk mempercepat penemuan cadangan migas baru yang dapat meningkatkan produksi dalam negeri.
Bahlil juga menekankan bahwa meski sektor migas masih menjadi andalan utama, pemerintah juga berfokus pada transisi menuju energi baru terbarukan (EBT) sebagai bagian dari strategi jangka panjang.
Ia menyatakan bahwa swasembada energi Indonesia tidak hanya akan bergantung pada migas, tetapi juga akan mencakup pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan.
“Kami ingin menjadikan Indonesia sebagai negara yang tidak hanya mandiri dalam migas, tetapi juga di sektor energi terbarukan,” kata Bahlil.
Dalam beberapa tahun ke depan, lanjut dia, pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas energi terbarukan yang lebih besar.
Hal itu sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mendukung transisi energi global menuju sumber energi yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
Melalui serangkaian kebijakan dan upaya strategis, pemerintah Indonesia berharap dapat mewujudkan swasembada energi berkelanjutan. Tidak hanya mengandalkan sumber daya fosil, tetapi juga mengembangkan potensi energi terbarukan.
"Peningkatan lifting migas, optimalisasi blok migas, serta pengembangan energi terbarukan diharapkan dapat membawa Indonesia menuju kemandirian energi yang lebih kuat dan berkelanjutan," imbuh Bahlil.