KOMPAS.com - Buah melon berwarna kuning emas bergelantungan di sebuah kebun hidroponik di Desa Tanjung Karangan, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Melon berjenis golden premium ini dapat dijual dengan harga di atas rata-rata.
Melon golden premium hanya salah satu tanaman yang dibudidayakan di lahan seluas 1,5 hektare (ha). Lahan ini merupakan Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) Pembibitan yang dibina PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Sebelum diberdayakan, tempat tersebut merupakan lahan tidur yang tidak bermanfaat. Kini, tanah itu menjadi tempat usaha pembibitan yang menghidupi penduduk sekitar. Salah satu warga desa yang merasakan manfaat dari hasil budidaya buah melon golden premium ini adalah Suwarno.
Dahulu, Suwarno bekerja sebagai kuli di pertambangan tanpa izin (PETI) di sekitar Desa Tanjung Karangan. Selain melanggar hukum, pekerjaan ini penuh risiko dan berbahaya bagi kesehatan.
Suwarno merasa lega karena tidak lagi menghadapi bahaya longsor, ancaman hukuman, serta risiko kesehatan. Hal ini membuat keluarganya di rumah menjadi lebih tenang.
"Sebelum bekerja di sini, kami bekerja di PETI. Gali, angkut pakai karung, naikkan ke truk. Dengan bekerja di sini, tenaga tidak terkuras, badan sehat, keluarga senang," kata Suwarno dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (5/12/2024).
Untuk diketahui, SIBA Pembibitan diinisiasi oleh local hero Desa Tanjung Karangan, Zailani, dengan dukungan PTBA.
SIBA Pembibitan mendorong budi daya tanaman berbasis automasi ramah lingkungan untuk mendukung program penghijauan dan reklamasi. Selain itu, inisiasi ini juga dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan sayur dan buah masyarakat sekitar.
Berkat kehadiran SIBA Pembibitan, masyarakat setempat memiliki alternatif mata pencarian yang berkelanjutan. Para pekerja SIBA Pembibitan berasal dari keluarga prasejahtera dan mantan pekerja PETI.
Budi daya burung puyuh
PTBA juga mendorong transformasi di Desa Seleman yang berjarak sekitar 15 kilometer (km) dari Tanjung Karangan.
Warga Desa Seleman, Tonidi, menuturkan bahwa banyak penduduk sekitar yang bekerja di PETI, termasuk dirinya.
Ia mengaku tidak tenang bekerja di PETI. Hatinya was-was terkena razia. Belum lagi risiko kecelakaan kerja.
"Awalnya, kami bekerja di PETI. Namun, kami menyadari bahwa kami harus keluar dan mencari mata pencarian lain," kata Tonidi.
Bersama kawan-kawannya, Tonidi mendirikan Kelompok Bangsal Pematang yang beranggotakan 15 orang. Dengan dukungan PTBA, mereka memulai usaha budi daya burung puyuh pada April 2024.
"Kami mendapat bantuan 200 ekor indukan burung puyuh yang siap bertelur, kandang, pakan, pelatihan, dan sebagainya dari Bukit Asam," ujarnya.
Dalam sehari, Kelompok Bangsal Pematang bisa memperoleh 8-9 butir telur burung puyuh. Omzet dari usaha ini mencapai kurang lebih Rp 10 juta per bulan.
Selain telur, kotoran burung puyuh juga bernilai ekonomi. Kelompok Bangsal Pematang memasok kotoran burung tersebut ke SIBA Pembibitan untuk diolah menjadi pupuk organik.
"Kami kerja sama dengan kelompok (SIBA) Pembibitan untuk suplai kotoran burung. Kotoran burung tersebut dimanfaatkan untuk pupuk," tutur Tonidi.
Budi daya ikan gabus
Sementara di Desa Tanjung Agung, PTBA mendukung pengembangan usaha budi daya ikan gabus sebagai alternatif sumber penghasilan baru yang berkelanjutan bagi masyarakat di sekitar area PETI.
Mitra binaan PTBA, Kelompok Ikan Gabus Putra Susukan, sukses memanen 150 kilogram (kg) ikan gabus pada panen perdana, Jumat (19/7/2024).
Ketua Kelompok Ikan Gabus Putra Susukan, Putra Zaman, berharap, budi daya ikan gabusnya bisa semakin berkembang.
“Kami juga ingin mengajak anggota kami untuk terus belajar bersama-sama tentang budi daya ikan gabus ini mengingat potensi ekonominya yang sangat tinggi," kata Putra.
Untuk pakan ikan, Kelompok Ikan Gabus Putra Susukan mendapat pasokan magot dari Kelompok Usaha Magot Tanjung Agung (KUMATA) yang juga dibina oleh PTBA.
Program berkelanjutan
SIBA Pembibitan, Kelompok Bangsal Pematang, serta Kelompok Ikan Gabus Putra Susukan merupakan mitra binaan PTBA. Ketiganya merupakan bagian dari Program Dorong Ekonomi Sektor Agrikultur dengan Inovasi Menuju Pengelolaan Lingkungan Berkelanjutan (DESA IMPIAN).
Vice President (VP) Sustainability PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Dedy Saptaria Rosa menjelaskan, program tersebut bertujuan untuk menciptakan alternatif pekerjaan yang berkelanjutan bagi kelompok rentan di sekitar wilayah operasi perusahaan. Program ini juga mendukung Program Ketahanan Pangan dan Penanganan Stunting yang dijalankan pemerintah.
Dengan energi tanpa henti, Bukit Asam berupaya mendorong transformasi desa melalui inisiatif yang inovatif dan berkelanjutan.
“Kami mengajak para pembawa perubahan, yakni para local hero, untuk membangun peradaban demi masa depan lebih baik," kata Dedy.
Melalui inovasi sosial DESA IMPIAN, PTBA berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya lokal secara bijak dan berkelanjutan.
Sebagai informasi, DESA IMPIAN telah dijalankan di enam desa/kelurahan yang merupakan wilayah ring 1 perusahaan, yaitu Desa Tanjung Agung, Tanjung Karangan, Seleman, Tanjung Lalang, Keban Agung, dan Kelurahan Pasar Tanjung Enim.
Total penerima manfaat program tersebut mencapai 80 orang yang berasal dari mantan pekerja PETI, masyarakat berpenghasilan rendah, dan ibu rumah tangga dari keluarga prasejahtera.