KOMPAS.com - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya untuk menyukseskan program swasembada energi yang digaungkan dalam program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto.
Upaya tersebut coba diwujudkan dengan sejumlah langkah strategis di sektor energi, khususnya minyak dan gas bumi (migas).
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, program swasembada energi bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor energi dan meningkatkan ketahanan energi nasional.
Menurutnya, sektor hulu migas merupakan kunci dalam menyukseskan program tersebut di masa pemerintahan Presiden Prabowo.
Oleh karena itu, peningkatan lifting migas yang berkelanjutan dan optimal sangat diperlukan demi mencapai swasembada energi.
Terkait itu, salah satu langkah yang ditekankan oleh Bahlil adalah reaktivasi sumur-sumur menganggur (idle) yang tidak berproduksi.
“Potensi pada sumur-sumur yang telah lama tidak beroperasi ini sangat besar untuk meningkatkan lifting migas nasional. Maka dari itu, kami mengincar tambahan lifting migas dari sumur idle yang memiliki potensi besar," ujar Bahlil dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (25/12/2024).
Saat ini, tambah Bahlil, Indonesia memiliki 44.985 sumur migas. Dari jumlah itu, sebanyak 16.433 sumur aktif berproduksi, 16.990 sumur idle tidak berproduksi, dan 11.562 sumur lain (abandoned, injection, dry-hole).
Kemudian, terdapat juga 4.993 sumur idle yang tidak memiliki potensi hidrokarbon (HC), 4.495 sumur idle yang memiliki potensi HC, dan 7.502 sumur idle yang dalam proses reviu.
Lebih lanjut, Bahlil mengatakan, reaktivasi sumur-sumur migas idle diprediksi mampu mengembalikan produksi minyak Indonesia hingga di atas 1,5 juta barel per hari, sebagaimana pernah terjadi pada 1997.
Maka dari itu, lewat upaya reaktivasi sumur-sumur migas idle, kesenjangan antara kebutuhan dan produksi migas dalam negeri diharapkan dapat diperbaiki.
"Jadi, kondisi 1997 terbalik dengan kondisi sekarang. Dulu, kita ekspor 1 juta barel per hari. Sekarang, kita impor 1 juta barel per hari. Kebutuhan konsumsi minyak Indonesia rata-rata saat ini adalah 1,6 juta barel per hari,” kata Bahlil.
Bahlil menambahkan, selain untuk mewujudkan swasembada energi, peningkatan lifting migas bumi juga bertujuan untuk memacu investasi di sektor tersebut.
Terkait itu, Pemerintah Indonesia telah menerapkan skema baru, yaitu gross split yang lebih kompetitif. Skema ini dirancang untuk memberikan insentif yang lebih menarik bagi investor sekaligus mempercepat proses eksplorasi dan produksi migas.
"Skema gross split yang baru lebih kompetitif dan dirancang untuk menarik minat investor global. Ini diharapkan dapat mempercepat peningkatan kapasitas produksi migas dalam negeri," ucap Bahlil.
Sebagai informasi, penandatanganan Kontrak Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi (WK Migas) Central Andaman merupakan bagian dari skema gross split.
Penandatanganan kerja sama itu dilakukan oleh Kepala Satuan Kerja Khusus Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Konsorsium Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS), yakni Harbour Energy Central Andaman Ltd dan Mubadala Energy (Central Andaman) Rsc Ltd.
Kontrak WK Central Andaman sendiri jadi sejarah baru bagi investasi sektor migas karena menjadi kontrak dengan skema new gross split yang pertama. Hal ini sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri ESDM Nomor 13 Tahun 2024 tentang Kontrak Bagi Hasil Gross Split.
Dalam membantu kesepakatan tersebut, pemerintah memberikan dukungan dengan menyederhanakan proses perizinan di sektor migas.
Sementara, untuk mempercepat kegiatan eksplorasi, Kementerian ESDM telah memangkas ratusan perizinan yang selama ini menghambat proses eksplorasi migas.
“Pemerintah telah memangkas izin eksplorasi migas dari 320 menjadi hanya 140 izin untuk menarik lebih banyak investor dan mempercepat eksplorasi. Kami ingin memastikan bahwa eksplorasi migas tidak terhambat oleh birokrasi yang rumit. Kami telah memangkas ratusan perizinan untuk mempercepat eksplorasi migas di Indonesia," terang Bahlil.