Advertorial

Indonesia Bidik Produksi Migas Seperti Era 1997, Ini Strateginya

Kompas.com - 26/12/2024, 16:16 WIB

KOMPAS.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan produksi minyak dan gas bumi (migas) Indonesia bisa kembali ke level 1,5 juta barrel per hari seperti pada 1997.

Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengatakan, target tersebut merupakan bagian dari upaya mewujudkan swasembada energi dan hilirisasi yang menjadi salah satu program Asta Cita di sektor ESDM yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

"Kondisi pada 1997 terbalik dengan situasi sekarang. Kalau dulu kita ekspor satu juta barrel per hari, sekarang kita impor satu juta barrel per hari," ujar Bahlil dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Rabu (25/12/2024).

Menurut Bahlil, Indonesia saat ini memiliki 44.985 sumur migas dengan rincian 16.433 sumur aktif berproduksi, 16.990 sumur idle tidak berproduksi, dan 11.562 sumur lain-lain (abandoned, injection, dry-hole).

Dari jumlah sumur idle tersebut, lanjut dia, terdapat 4.993 sumur yang tidak memiliki potensi hidrokarbon (HC), 4.495 sumur memiliki potensi HC, dan 7.502 sumur masih dalam peninjauan.

Bahlil meyakini, intervensi teknologi dapat mendongkrak kapasitas produksi minyak nasional. Ia mencontohkan, Blok Cepu yang dikelola ExxonMobil.

"Awalnya, (Blok Cepu) hanya menemukan 100.000 barrel minyak per hari. Dengan adanya teknologi, (Blok Cepu) mampu menaikkan kapasitas produksi menjadi 163.000 minyak barrel per hari," kata dia.

Dalam upaya mencapai target tersebut, Kementerian ESDM juga menjalin kerja sama dengan Uni Emirat Arab (UEA) untuk memperkuat hubungan bilateral di sektor energi dan sumber daya mineral.

Kerja sama tersebut dituangkan dalam memorandum saling pengertian (MSP) yang ditandatangani Bahlil dan Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Mohammed Faraj Al Mazrouei.

Cakupan kerja sama itu meliputi pertukaran informasi dan kebijakan, kolaborasi antarbadan usaha, pembiayaan proyek, transfer teknologi bersih, hingga pengembangan sumber daya manusia.

"Kami percaya, dengan sinergi yang apik, Indonesia dan UEA dapat menjadi pionir dalam mentransformasi energi global," ucap Bahlil.

Melalui dukungan UEA, imbuhnya, Indonesia dapat mengakselerasi pengembangan sektor energi dengan pemanfaatan teknologi inovatif dan pengelolaan sumber daya mineral secara berkelanjutan.

"Melalui MSP, kita tidak hanya mempererat persahabatan, tetapi juga menciptakan solusi konkret dalam mengatasi tantangan energi di dalam negeri dan global," kata Bahlil.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau