KOMPAS.com - Desa Maron yang terletak di tengah perbukitan Probolinggo, Jawa Timur, menyimpan cerita tentang keberhasilan bisnis buah dari usaha kerja keras. Desa yang memiliki tanah subur ini merupakan rumah bagi rimbunnya pohon-pohon alpukat dari tangan para petani di Desa Maron.
Salah satu ceritanya adalah Dodik Handoko yang merupakan Ketua Klaster Alpukat Probolinggo.
Klaster itu juga menjadi bagian dari Klasterku Hidupku yang diinisiasi pada program pemberdayaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI dalam mendukung pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk terus berkembang.
Melalui Klaster Alpukat Probolinggo, Dodik pun sukses memberdayakan usahanya di Desa Maron melalui penjualan buah alpukat.
Dodik bercerita, usaha yang dilakoninya itu bermula dari menjual 100 kilogram alpukat lokal Probolinggo ke pasar-pasar kecil. Namun seiring waktu, jumlahnya mengalami peningkatan, dari hanya mampu membeli 1 ton, kini ia mampu memasok 30 hingga 40 ton alpukat ke berbagai pasar di Indonesia.
Alpukat Probolinggo pun dikenal hingga ke Pasar Induk Jakarta, Cikopo, Cibitung, dan Kramat jati. Saat ini, alpukat itu pun telah menjadi ikon buah unggulan Probolinggo.
Tak hanya memasarkan dan dikenal di Pulau Jawa, Dodik juga memasok alpukat ke Medan, Sumatera Utara, terutama ketika stok alpukat lokal di Medan sedang habis.
“Kalau di Medan kekurangan, kami kirimkan alpukat dari Probolinggo. Sebaliknya, jika di Jawa tidak ada stok, kami suplai dari Medan. Jadi, kami saling melengkapi,” ujar Dodik dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (31/12/2024).
Dodik menjelaskan, harga alpukat yang dijual pun bervariasi dan tergantung pasar yang akan dituju.
”Untuk supermarket, dihargai sekitar Rp 30.000 per kilogram. Jika di pasar tradisional, mulai dari Rp 10.000 sampai Rp 17.000 per kilogram,” tambah Dodik.
Sebagai komoditas unggulan Desa Maron, alpukat dari Klaster Alpukat Probolinggo turut hadir di Bazar UMKM BRIlian yang berlangsung di Area Taman BRI, Jakarta, Kamis (16/12/2024). Produk ini sukses menarik minat pengunjung hingga terjual habis dalam acara tersebut.
Dodik mengungkapkan bahwa Bazar UMKM BRIlian yang diinisiasi oleh BRI sangat membantu klasternya dalam memperkenalkan alpukat Probolinggo ke pasar yang lebih luas. Ia berharap, kegiatan ini dapat meningkatkan pendapatan petani lokal.
“Bazar UMKM BRIlian sangat membantu kami. Semoga program ini bisa menginspirasi para pelaku UMKM lain, bukan hanya dari daerah kami, tetapi menyebar ke seluruh Indonesia,” ujar Dodik.
Pada 2015, saat pertama kali berkenalan dengan BRI, Dodik mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp 50 juta sebagai modal awal. Berkat dukungan tersebut, usahanya kini berkembang pesat. Ia juga mampu memasarkan alpukat hingga puluhan ton setiap musim.
“Alhamdulillah, kami kembangkan dari modal KUR Rp 50 juta. Dengan modal ini, sampai sekarang (usaha) sudah berkembang pesat dan mendapat keuntungan,” jelas Dodik.
Seiring dengan ekspansi usahanya, Dodik meningkatkan pinjaman KUR hingga Rp 150 juta dan ia selalu melunasi pinjaman tersebut tanpa kendala.
Dodik mengungkapkan bahwa bermitra dengan BRI menjadi salah satu faktor utama yang menjaga kestabilan usahanya hingga saat ini.
“Dengan dukungan BRI, kami tak bingung cari pinjaman ke mana. Alhamdulillah, pembayaran juga lancar. Kami sangat terbantu dari BRI,” tambah Dodik.
Ia pun berharap bermitra dengan BRI dapat terus berjalan, terutama dalam mendukung perkembangan para pelaku UMKM, seperti usaha alpukat miliknya.
“Semoga ke depan usaha kami tambah sukses, tambah maju, dan semakin jaya,” jelas Dodik.
Direktur Bisnis Mikro BRI Supari menjelaskan bahwa, program Klasterku Hidupku adalah upaya pemberdayaan kelompok usaha yang dibentuk berdasarkan kesamaan usaha di satu wilayah, sehingga tercipta keakraban dan kebersamaan dalam peningkatan maupun pengembangan usaha para anggota.
Ia menambahkan, program tersebut menjadi salah satu bentuk strategi yang mengutamakan pada pemberdayaan.
Strategi bisnis mikro BRI, lanjut Supari, akan fokus pada pemberdayaan yang berada di depan pembiayaan BRI.
“Sebagai bank yang berkomitmen kepada para pelaku UMKM, BRI telah memiliki kerangka pemberdayaan, mulai dari fase dasar, integrasi, hingga interkoneksi,” tutur Supari.