Advertorial

Sulaman Ade, Bordir Minang yang Siap Mendunia lewat BRI UMKM EXPO(RT) 2025

Kompas.com - 01/02/2025, 15:12 WIB

TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Zulfahmi masih ingat betul momen ketika ia pertama kali menyadari potensi besar dalam industri bordir.

Saat itu, ia hanya menjual produk perajin lain secara daring, berusaha mencari nafkah di tengah persaingan yang ketat. Namun, di balik layar laptopnya, muncul pertanyaan besar di benaknya: Mengapa ia tidak membuat sendiri dengan memberdayakan tangan-tangan terampil di kampungnya?

Dengan tekad yang kuat, Zulfahmi memulai perjalanan barunya. Ia tidak hanya ingin berjualan, tetapi juga membangun sesuatu yang lebih berarti.

"Awalnya saya hanya menjual produk orang lain secara online, tetapi saya berpikir bahwa saya bisa membuat sendiri dan sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu di kampung (Sumatera Barat)," ujar Zulfahmi kepada Kompas.com dalam BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (30/1/2025).

Pada 2017, ia mendirikan Sulaman Ade, yakni usaha bordir yang menggabungkan kearifan tradisional Sumatera Barat dengan sentuhan modern. Tak sekadar bisnis, Sulaman Ade menjadi rumah bagi banyak perempuan di desanya yang kini punya penghasilan dari keterampilan mereka.

Salah satu produk unggulan Sulaman Ade adalah selendang bordir tangan yang membutuhkan waktu pengerjaan sekitar satu bulan untuk satu item. Produk tersebut dijual dengan harga sekitar Rp 4,5 juta per potong, mencerminkan nilai seni dan kerja keras para perajinnya.

Selain itu, ada pula mukena dengan goresan aksen bordir yang diminati kaum hawa. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari Rp 500.000 hingga Rp 700.000.

"Bordiran tangan memiliki daya tarik tersendiri karena lebih otentik dan memiliki nilai seni tinggi. Itu alasannya produk ini lebih diminati pelanggan," tambah Zulfahmi.

Salah satu produk unggulan brand UMKM "Sulaman Ade" adalah selendang bordir tangan yang membutuhkan waktu pengerjaan sekitar satu bulan untuk satu item. Produk ini dijual dengan harga sekitar Rp 4,5 juta per potong, mencerminkan nilai seni dan kerja keras para perajinnya.Dok. KOMPAS.com/Yakob Arfin Salah satu produk unggulan brand UMKM "Sulaman Ade" adalah selendang bordir tangan yang membutuhkan waktu pengerjaan sekitar satu bulan untuk satu item. Produk ini dijual dengan harga sekitar Rp 4,5 juta per potong, mencerminkan nilai seni dan kerja keras para perajinnya.

Dari kampung ke pasar global

Seiring berkembangnya usaha, Sulaman Ade semakin dikenal sebagai produsen bordir berkualitas. Produk-produknya dipasarkan secara online dan melalui toko-toko di Bukittinggi serta Padang.

Bahkan, banyak pelanggan dari luar daerah, terutama perantau Minang di Jakarta, yang membeli produk ini untuk mempertahankan identitas budaya mereka.

"Kami mengandalkan bahan berkualitas tinggi dan tenaga perajin terampil. Saat ini, kami memberdayakan sekitar 100 orang pekerja, mulai dari tukang potong, penjahit, hingga bagian packing," jelas Zulfahmi.

Dengan semakin banyaknya permintaan, Sulaman Ade kini mampu menghasilkan omzet sekitar Rp 250 juta hingga Rp 350 juta per bulan.

Namun, bukan berarti bisnis yang dijalani mulus-mulus saja. Kenyataannya, bisnis ini juga menghadapi tantangan, terutama dalam hal permodalan dan pemasaran.

Biaya produksi yang tinggi dan kebutuhan akan stok bahan baku sering kali menjadi kendala dalam pengembangan usaha.

"Modal sering tertahan di bahan baku karena kami membeli dalam jumlah besar untuk memastikan kualitas tetap terjaga. Inilah tantangan terbesar dalam menjalankan usaha ini," ungkapnya.

Dalam perjalanan bisnisnya, Zulfahmi mendapatkan dukungan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI sebagai bagian dari program pembinaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Sejak tiga tahun terakhir, Zulfahmi telah mendapatkan berbagai manfaat dari kerja sama tersebut, termasuk pelatihan pemasaran secara digital dan akses permodalan.

"BRI memberikan pelatihan dalam pemasaran digital dan cara menjual produk secara online. Selain itu, kami juga mendapatkan pinjaman modal sebesar Rp 100 juta yang sangat membantu dalam pengadaan bahan baku," kata Zulfahmi.

Selain mendapatkan akses pendanaan, ia juga berkesempatan mengikuti berbagai pameran yang diselenggarakan BRI di Sumatera Barat (Sumbar). Lewat pameran ini, produk-produknya semakin dikenal luas dan jaringan pemasaran semakin berkembang.

Saat ini, Sulaman Ade juga tengah mempersiapkan diri untuk memasuki pasar ekspor, meski masih dalam tahap pelatihan.

"Kami sedang mengikuti pelatihan ekspor yang difasilitasi oleh BRI. Ini menjadi peluang besar bagi kami untuk memperluas pasar ke luar negeri," katanya optimistis.

Ke depan, Zulfahmi berharap ada lebih banyak dukungan dari BRI, baik dalam bentuk tambahan modal maupun akses ke pasar yang lebih luas.

Dengan semangat dan dedikasi yang kuat, Sulaman Ade terus melangkah untuk mengembangkan industri bordir tradisional sambil memberdayakan para perajin lokal. Melalui dukungan yang tepat, usaha ini tidak hanya akan menjadi kebanggaan daerah, tetapi juga bisa bersaing di pasar global.

"Kalau bisa, ada tambahan pinjaman modal agar kami bisa meningkatkan produksi dan memenuhi permintaan pelanggan yang terus meningkat. Selain itu, kami juga berharap bisa mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk memperkenalkan produk ini di pasar internasional," harapnya.

Upaya BRI dorong UMKM tembus pasar global

Direktur Utama BRI Sunarso dalam gelaran BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (30/1/2025).Dok. BRI Direktur Utama BRI Sunarso dalam gelaran BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (30/1/2025).

Pada kesempatan sama, Direktur Utama BRI Sunarso menegaskan bahwa BRI berkomitmen dalam pengembangan bisnis UMKM di Indonesia.

Perusahaan konsisten dalam mendorong pertumbuhan serta pemberdayaan pelaku UMKM agar mampu bersaing di tingkat global.

Tahun ini, ajang BRI UMKM EXPO(RT) 2025 diikuti oleh 1.000 UMKM terbaik yang telah melalui proses seleksi ketat. Jumlah peserta ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 700 UMKM Bazaar.

“Melihat pertumbuhan jumlah peserta, BRI menargetkan pencapaian sales volume hingga Rp 38 miliar tahun ini,” ujar Sunarso.

Sementara itu, jumlah pengunjung pameran juga diperkirakan mengalami lonjakan hingga 50.000 orang, meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu yang mencatat 26.315 pengunjung.

BRI juga memiliki target nilai business matching sebesar 89,4 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,44 triliun sepanjang 2025, lebih tinggi dari capaian 2023 yang mencapai 81,3 juta dolar AS.

Selain itu, jumlah pembeli dan negara yang terlibat dalam business matching juga diperkirakan bertambah menjadi 94 buyer dari 33 negara, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat 86 buyer dari 30 negara.

Sebagai catatan, pada gelaran perdana pada 2019, business matching mencatat transaksi senilai 33,5 juta dolar AS dengan partisipasi 16 buyer dari 7 negara. Nilai ini terus meningkat menjadi 57,5 juta dolar AS pada 2020, dengan melibatkan 26 buyer dari 11 negara. Tren positif ini berlanjut hingga 2023 dengan total nilai business matching mencapai 81,3 juta dolar AS.

Sebagai bentuk dukungan lebih lanjut, BRI juga menggandeng Kementerian Perdagangan untuk mengadakan sesi business matching secara rutin, sebanyak dua kali dalam sebulan, guna memperluas akses pasar ekspor bagi UMKM binaannya.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai acara ini, silakan kunjungi https://briumkmexport.com/.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau