Advertorial

Wisticy Outfit, Ketika Limbah Kain Melahirkan Inspirasi Fesyen Berkelanjutan

Kompas.com - 03/02/2025, 18:20 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com – Potongan kain sisa jahitan bisa jadi sampah bagi sebagian orang. Namun bagi Iswati, atau akrab disapa Isty, kain-kain itu adalah awal dari mimpi besarnya untuk menciptakan fesyen ramah lingkungan. Dari kegelisahan akan limbah tekstil yang terbuang sia-sia, lahirlah Wisticy Outfit.

Nama "Wisticy" bukan sekadar label. Singkatan dari "With Isty Creativity" ini menjadi cerminan tekad sang pemilik untuk mengubah cara pandang masyarakat tentang limbah tekstil.

Kisah Wisticy berawal dari hobi Isty mengoleksi kain tradisional atau wastra. Awalnya, ia hanya menggunakannya untuk crafting tanpa ada niat mendirikan brand fesyen.

Namun, saat bereksperimen mengombinasikan kain bersama seorang teman yang bisa menjahit, ia menyadari bahwa banyak potongan kain sisa terbuang begitu saja.

"Saat menjahit, kok aku merasa buang-buang kain banyak ya? Sayang banget. Dari situ aku mulai berpikir, bagaimana kalau aku coba bikin sesuatu yang enggak boros kain dan lebih ramah lingkungan?" kenang Isty dalam wawancara bersama Kompas.com, Kamis (30/1/2025).

Dari kegelisahan itu, Isty mulai belajar sendiri tentang pola dan teknik pengolahan kain. Ia mencoba berbagai metode agar limbah kain bisa dimanfaatkan sebaik mungkin.

Filosofi zero waste

Seiring waktu, ia menyadari bahwa teknik patchwork—menyatukan potongan kain menjadi motif baru—bisa menjadi solusi untuk mengurangi limbah kain. Isty menegaskan bahwa kain yang digunakan bukan kain utuh yang sengaja dipotong, melainkan kain sisa dari proses produksi yang kemudian dikombinasikan menjadi motif unik.

Pada 2018, ia pun resmi meluncurkan Wisticy Outfit dengan tagline “Locally, Less Waste, Limited”. Tagline ini menggambarkan tiga pilar utama bisnisnya, lokalitas, minim limbah, dan eksklusivitas produk. 

"Kami enggak asal potong kain utuh, tapi benar-benar memanfaatkan kain yang memang sudah tersisa. Dari situlah muncul desain patchwork khas Wisticy yang tetap bernilai seni," ujar Isty.

Filosofi zero waste ini juga diterapkan dalam setiap tahap produksi. Sisa kain yang lebih kecil lagi dimanfaatkan untuk membuat aksesori seperti bros, kalung, dan gelang. Dengan cara ini, hampir tidak ada bahan yang terbuang sia-sia.

Tak disangka, bisnis yang dijalankan tersebut juga membuka peluang kerja bagi masyarakat, utamanya, ibu-ibu penjahit lokal. Alih-alih mendirikan workshop sendiri, Isty memilih untuk berkolaborasi dengan ibu-ibu penjahit rumahan di tempat asalnya, Yogyakarta.

"Kadang ibu-ibu ini bingung cari pekerjaan karena enggak selalu ada order jahitan. Jadi, daripada mendirikan workshop sendiri, aku lebih memilih kerja sama dengan mereka supaya tetap bisa berkarya dari rumah," jelasnya.

Dengan sistem tersebut, Wisticy tidak hanya menciptakan produk berkelanjutan, tetapi juga mendukung kesejahteraan ibu-ibu penjahit lokal.

Sisa kain yang lebih kecil lagi dimanfaatkan untuk membuat aksesori seperti bros, kalung, dan gelang. Dengan cara ini, hampir tidak ada bahan yang terbuang sia-sia. KOMPAS.com/Hotria Mariana Sisa kain yang lebih kecil lagi dimanfaatkan untuk membuat aksesori seperti bros, kalung, dan gelang. Dengan cara ini, hampir tidak ada bahan yang terbuang sia-sia.

Tantangan pandemi dan kebangkitan Wisticy

Seperti banyak usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) lainnya, Wisticy sempat terpukul oleh pandemi Covid-19. Permintaan produk menurun drastis, bahkan bisnisnya nyaris berhenti.

Namun, Isty tidak tinggal diam. Ia melihat peluang di tengah krisis dengan memproduksi masker dan strap masker dari kain sisa.

"Waktu itu aku berpikir, bagaimana caranya tetap ada pemasukan. Akhirnya, aku buat masker dan strap masker dari kain-kain yang ada. Alhamdulillah, ternyata cukup diterima di pasaran," tuturnya.

Dari situ, Wisticy perlahan bangkit kembali. Begitu pandemi mereda dan masyarakat mulai berbelanja lagi, produk fesyennya pun kembali diminati.

Kini, dengan strategi pemasaran digital dan partisipasi aktif di bazar, Wisticy mencatat omzet bulanan antara Rp 15 juta hingga Rp 40 juta, dengan pelanggan yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

BRI UMKM Expo(RT), buka peluang pasar lebih luas

Kesuksesan Wisticy tidak lepas dari peran program pembinaan UMKM, salah satunya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI.

Pada 2018, Isty bergabung dengan Rumah BUMN BRI. Sejak itu, ia mulai mendapatkan akses ke berbagai program pendampingan dan bazar. Salah satunya, Brilianpreneur yang kini telah berevolusi menjadi BRI UMKM Expo(RT).

"Dari acara bazar, termasuk BRI UMKM Expo(RT), aku dapat banyak pelanggan baru. Bahkan, ada yang sampai jadi pelanggan setia dan masih belanja sampai sekarang," kata Isty.

Isty menilai, pameran tersebut menjadi ajang networking yang mempertemukan pelaku UMKM dengan calon pelanggan dan mitra bisnis. Selain itu, promo menarik dari BRI selama bazar membantu meningkatkan transaksi secara signifikan.

Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, gelaran BRI UMKM Expo(RT) tidak hanya soal transaksi, tetapi juga bagian dari upaya BRI untuk mendorong UMKM naik kelas dan menjangkau pasar global.

Dalam setiap penyelenggaraannya, BRI UMKM Expo(RT) selalu menunjukkan perkembangan mengesankan. Pada 2023, misalnya, acara diikuti 500 UMKM showcase dan 700 UMKM bazar. Tahun ini, jumlah partisipan meningkat hingga 1.000 UMKM.

Para UMKM terpilih itu dipamerkan dalam lima kategori utama, yakni Home Decor & Craft (153 UMKM), Food & Beverage (358 UMKM), Accessories & Beauty (181 UMKM), Fashion & Wastra (273 UMKM), serta Healthcare & Wellness (35 UMKM).

Adapun BRI UMKM Expo(RT) 2025 diselenggarakan di ICE BSD City, Tangerang, Kamis (30/1/2025) hingga Minggu (2/2/2025).

Selama empat hari itu, acara ini mencatatkan total transaksi Rp 38,9 miliar, melampaui target awal, sebagaimana dilansir Kontan.id, Minggu. Transaksi ini mencakup pembelian langsung di lokasi melalui EDC dan QRIS, serta transaksi online melalui e-commerce yang bekerja sama dengan BRI.

Selain itu, program business matching dalam ajang tersebut menghasilkan total realisasi kesepakatan bisnis sebesar 90,6 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun, lebih tinggi dari target awal 89,4 juta dolar AS.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang hadir saat pembukaan menekankan peran vital UMKM dalam perekonomian nasional.

"UMKM menyerap 97 persen tenaga kerja dan menyumbang lebih dari 60 persen PDB Indonesia. Inisiatif BRI yang melibatkan 1.000 UMKM ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo untuk menciptakan lapangan kerja yang berkualitas," ucap Airlangga.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengapresiasi peran BRI sebagai institusi BUMN dalam pemberdayaan UMKM. Ia menekankan pentingnya sinergi antara BUMN dan keuangan negara untuk memperkuat ekonomi nasional.

"Di tengah ketidakpastian global, ekonomi kita masih terjaga pertumbuhannya, stabil di level 5 persen. Penguatan kesejahteraan yang dilakukan BRI dengan fokus pada UMKM, bahkan di pedesaan, sangat kami hargai karena akan bersinergi dengan upaya pemerintah," ujarnya.

Meski produk Wisticy telah beberapa kali dikirim ke luar negeri, Isty mengakui bahwa pasar ekspor masih menjadi tantangan tersendiri.

"Pernah ada yang beli dari luar negeri, tapi mereka kebanyakan orang Indonesia yang kerja di sana. Aku masih ingin terus mencari cara supaya bisa menembus pasar internasional lebih luas," tuturnya.

Dengan semakin banyaknya dukungan dari program seperti BRI UMKM Expo(RT), Isty yakin bahwa bisnis fesyen berkelanjutan seperti Wisticy memiliki peluang besar untuk berkembang, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di pasar global.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau