TANGERANG, KOMPAS.com - Inspirasi usaha bisa datang dari mana saja, termasuk dari tugas kuliah yang tampak sederhana. Begitulah kisah di balik lahirnya Gelap Ruang Jiwa, sebuah jenama aksesori lokal yang baru saja ikut tampil di BRI UMKM EXPO(RT) 2025.
Gelap Ruang Jiwa sendiri merupakan merek lokal yang memproduksi aksesori, seperti anting-anting, cincin, bros, kalung, dan tusuk sanggul.
Runa menceritakan, Gelap Ruang Jiwa didirikan pada 2019. Mulanya, inspirasi untuk mendirikan merek ini berawal dari mata kuliah Fashion Aksesoris di Jurusan Kriya di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 2014.
Mata kuliah tersebut mengajarkan mahasiswa untuk mengeksplorasi dan mengeksperimenkan berbagai macam material menjadi fashion aksesori.
Dari sana, ia jatuh cinta dengan teknik dan bentuk karya yang telah diciptakan. Saat itu, Runa optimistis karya yang telah dibuat dapat disempurnakan menjadi sebuah produk, bahkan brand.
“Akhirnya, kami mengeluarkan koleksi pertama pada 2019,” kata Runa saat ditemui Kompas.com dalam BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (30/1/2025).
Runa juga menjelaskan filosofi nama Gelap Ruang Jiwa. Nama ini lahir dari kegemarannya menulis sebagai bentuk ekspresi dan merilis emosi. Menurutnya, Gelap Ruang Jiwa memiliki makna bahwa setiap orang memiliki titik terendah dalam hidupnya dan berjuang untuk menghadapi kondisi tersebut.
Nama tersebut merupakan gambaran tiap orang yang berusaha untuk keluar dari ruang gelap dan menemukan titik terang dalam menemukan jalannya.
“Melalui filosofi tersebut, saya menggabungkan teknik yang saya buat dengan tulisan atau konsep yang saya punya. Akhirnya, tercetuslah nama tersebut,” tuturnya.
Terkait keunggulan produk, Runa menjelaskan bahwa aksesori buatannya memiliki desain yang berbeda dengan aksesori pada umumnya.
Dalam mendesain produk, Gelap Ruang Jiwa mengeksplorasi benda-benda yang kerap diabaikan, seperti sampah plastik atau sisa-sisa kabel. Benda-benda ini tampak tidak memiliki nilai estetika. Selanjutnya, benda-benda tersebut kami bentuk dan transformasikan menjadi kerajinan dari perunggu.
“Hasil kerajinan Gelap Ruang Jiwa memiliki bentuk yang sudah menjadi ciri khas, yakni abstrak sekaligus bertekstur,”ujar Runa.
Runa menjelaskan alasan Gelap Ruang Jiwa menggunakan perunggu sebagai material karyanya. Menurutnya, perunggu dapat menghasilkan warna silver sesuai keinginannya.
Sementara itu, dari aspek teknis, transformasi dari eksplorasi bahan dasar ke logam sangat rumit. Material perunggu dipilih karena dapat menyeimbangkan tingkat kesulitan dan biaya ongkos produksi. Terlebih, Gelap Ruang Jiwa ingin memiliki harga yang ramah di kantong. Dengan demikian, produknya bisa dijangkau banyak kalangan.
Meski demikian, Gelap Ruang Jiwa juga menerima pembuatan aksesori dengan material perak atau emas untuk konsumen tertentu.
“Saya mendesain produk ini supaya bisa digunakan untuk menemani keseharian gaya sampai acara penting konsumen,” ujarnya.
Tantangan internal
Terkait tantangan, Runa menjelaskankan bahwa Gelap Ruang Jiwa menghadapinya dari sisi artisan atau perajinnya sendiri dalam menghasilkan perhiasan. Pasalnya, desain aksesori Gelap Ruang Jiwa memiliki bentuk abstrak dan tampak kasar. Terlebih, perhiasan merek ini diproduksi secara satu per satu.
Untuk bisa menghasilkan karya tersebut, perajin harus terus meningkatkan skill agar bisa menghasilkan produk yang sesuai visi brand.
Selain itu, Runa juga menerapkan standar quality control (QC) yang ketat dan teliti untuk memastikan kualitas produk tetap terjaga.
“Di sisi lain, kami juga ingin memperlebar usaha untuk memperbanyak jumlah produksi. Melalui inisiatif ini, kami bisa menambah perajin sekaligus membuka lapangan pekerjaan,” kata Runa.
Untuk harga, Runa menjelaskan bahwa Gelap Ruang Jiwa menjual perhiasan mulai Rp 300.000-an hingga Rp 3 juta untuk produk retail. Menurutnya, harga perhiasan ini ditentukan berbagai faktor, seperti ukuran, besar, serta tingkat kerumitan dalam pembuatan.
Terkait omset, Gelap Ruang Jiwa bisa mendapatkan Rp 80 juta hingga Rp 200 juta per bulan. Omset yang didapat tergantung pada acara atau aktivasi yang berlangsung.
Runa mengaku, Gelap Ruang Jiwa memang belum melakukan ekspor. Meski demikian, jenama ini sudah melayani pembelian di luar negeri.
“Untuk pembelian dari luar, mayoritas dari Singapura dan Malaysia,” paparnya.
Dukungan BRI
Runa merasa beruntung Gelap Ruang Jiwa bisa mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) 2025. Ini merupakan kali pertama merek ini mengikuti pameran dari BRI.
Selain pameran, Gelap Ruang Jiwa juga mendapatkan kesempatan menambah ilmu melalui kelas online untuk memperluas pasar global.
Melalui BRI UMKM EXPO(RT) 2025, ia jadi tahu bahwa BRI memiliki banyak layanan untuk mempermudah UMKM melakukan transaksi.
“Dengan berbagai manfaat yang diberikan, BRI UMKM EXPO(RT) 2025 menjadi wadah yang berharga bagi UMKM,” kata Runa.
Selama mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) 2025, Runa mengaku amat terkesan dengan fasilitas pembelajaran online. Menurutnya, jika tidak mengikuti expo ini, mungkin ia tidak akan terpikir bahwa UMKM yang ingin menembus pasar global membutuhkan ilmu di bidang ekspor.
“Ilmu tersebut membuat saya termotivasi untuk memperluas pasar sekaligus bangga menjadi produk buatan Indonesia,” tuturnya.
Runa berterima kasih atas kesempatan yang diberikan BRI untuk mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) 2025. Ia merasa terhormat karena Gelap Ruang Jiwa terpilih dalam kurasi dan bisa mengikuti acara ini.
Ia berharap, Gelap Ruang Jiwa dapat mengikuti acara lain yang diselenggarakan BRI untuk dapat tumbuh. Hal ini selaras dengan visi dan misi BRI untuk memajukan UMKM.
“Melalui dukungan BRI, saya berharap Gelap Ruang Jiwa dapat konsisten membawa nilai atau inspirasi Indonesia melalui ciri khas dan identitas karya,” ujarnya.
Dukung UMKM mendunia
Pada kesempatan sama, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa BRI fokus kepada bisnis UMKM serta konsisten menumbuhkembangkan dan memberdayakan pelaku UMKM di Tanah Air.
Pada tahun ini, BRI UMKM EXPO(RT) 2025 diikuti 1.000 UMKM terbaik yang berhasil lolos seleksi ketat. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya hanya 700 UMKM Bazaar.
“BRI menargetkan sales volume tahun ini mencapai Rp 38 miliar setelah melihat pertambahan dari sisi peserta UMKM,” kata Sunarso.
Adapun jumlah pengunjung eksibisi diproyeksikan menembus 50.000 orang. Angka ini naik signifikan dibandingkan penyelenggaraan tahun sebelumnya dengan 26.315 pengunjung.
BRI juga menargetkan business matching senilai 89,4 juta dollar AS sepanjang 2025 atau setara Rp 1,44 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian 81,3 juta dollar AS pada 2023.
Tahun ini, jumlah pembeli dan negara yang berpartisipasi dalam business matching diproyeksikan meningkat menjadi 94 buyers dari 33 negara, dibandingkan 86 buyer dari 30 negara pada tahun lalu.
Sebagai perbandingan, pada penyelenggaraan perdana di 2019, business matching mencatat nilai 33,5 juta dollar AS dengan 16 buyer dari 7 negara. Nilai ini meningkat menjadi 57,5 juta dollar AS pada 2020, melibatkan 26 buyer dari 11 negara.
Tren positif tersebut berlanjut dengan pencapaian 81,3 juta dollar AS pada 2023. BRI juga berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan untuk mengadakan business matching secara rutin sebanyak dua kali dalam sebulan. Hal ini guna memperluas akses pasar ekspor bagi UMKM binaan BRI.
Informasi lebih lanjut terkait gelaran tersebut dapat diakses melalui https://briumkmexport.com/.