TANGERANG, KOMPAS.com – Any Avriani tak pernah menyangka bahwa perjalanannya di dunia fesyen akan membawanya ke panggung internasional. Lewat brand Adia Lavani, ia menghadirkan eco-fashion yang tak hanya memikat mata, tetapi juga ramah lingkungan.
Saat ditemui di BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di ICE BSD City, Tangerang Selatan, Kamis (30/1/2025), Any berbagi kisah perjalanannya.
Ia mengenang bagaimana inspirasi bisnis ini datang saat bekerja di United Nations Development Programme (UNDP) pada 2016. Berada di lingkungan yang menaruh perhatian pada isu keberlanjutan, Any terdorong untuk menciptakan produk fesyen yang minim dampak lingkungan.
Selain mengurangi dampak lingkungan, pakaian ramah lingkungan juga menghadirkan peluang bisnis yang menjanjikan.
Any menyadari, pakaian atau fesyen ramah lingkungan memang tengah digemari saat ini. Meski demikian, memproduksi produk eco-fashion bukan tugas mudah.
Selain memberikan dampak positif bagi lingkungan, produk yang dibuat juga harus nyaman digunakan dan memiliki motif yang menarik.
“Tak hanya itu, pakaian eco-fashion biasanya dibuat menggunakan tangan atau handmade, seperti yang kami lakukan di Adia Lavani,” ujar Any.
Any menjelaskan, Adia Lavani merupakan brand fesyen yang mengusung konsep eco-fashion ke pasar. Jenama ini mengutamakan produksi menggunakan bahan ramah lingkungan untuk koleksinya.
Dalam mendesain pakaian, Adia Lavani memadukan desain minimalis dengan motif menarik. Dengan demikian, pakaian ini cocok digunakan dalam berbagai kesempatan, baik formal maupun informal.
Selain handmade, keunikan produk Adia Lavani dibuat menggunakan pewarna alam, yakni daun indigofera.
“Desain produk Adia Lavani juga tidak pasaran karena berbeda dengan produk lain,” tuturnya.
Dalam menjalankan usaha, Any mengaku dibantu suaminya yang berperan sebagai desainer tekstil. Nama Adia Lavani sendiri merupakan gabungan nama Any dan suaminya.
Karena dibuat menggunakan tangan, Any menjelaskan Adia Lavani hanya mampu memproduksi 300 pakaian setiap bulan.
“Saat ini, Adia Lavani memiliki 10 pegawai. Adapun sebagian besar pegawainya merupakan ibu-ibu yang berdomisili di sekitar rumahnya.
Untuk harga, pakaian di Adia Lavani dijual Rp 379.000 hingga Rp 879.000. Menurutnya, rentang harga ini relatif terjangkau untuk konsumen yang ingin memiliki pakaian atau produk fesyen ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Terkait omset, Any mengaku dapat menghasilkan Rp 1 miliar dalam setahun atau Rp 150 juta per bulan. Dalam sebulan, ia bisa menjual 200 sampai 300 potong pakaian di delapan outlet yang memajang produknya.
Meski demikian, Any menilai bahwa produk eco-fashion memiliki sejumlah tantangan. Salah satunya adalah perubahan warna. Pasalnya, produk ini tidak menggunakan bahan kimia. Untuk mengatasi tersebut, ia menebalkan warna pada produk supaya warnanya tetap terjaga.
Any mengaku, Adia Lavani memang belum melakukan ekspor. Meski demikian, jenama ini telah melakukan pameran di luar negeri di luar negeri.
“Capaian terbesar kami adalah melakukan pameran di Tokyo Fashion World pada 2023 dan Paris Fashion Week pada 2024.
Dukungan BRI
Any berterima kasih kepada BRI karena telah memberikan kesempatan pada Adia Lavani untuk melakukan bazar UMKM di berbagai kesempatan. Mulanya, Adia Lavani lolos kurasi untuk mengikuti UMKM EXPO(RT) BRIlian Preneur pada 2019.
Meski setahun berikutnya pandemi melanda Indonesia, Any bersyukur Adia Lavani masih berkesempatan mengikuti pameran secara online.
Menurutnya, penjualan Adia Lavani mengalami penurunan hingga 90 persen saat pandemi,. Hal ini karena merek ini lebih mengandalkan penjualan di toko atau offline ketimbang online.
“Setelah pandemi mereda, penjualan Adia Lavani meningkat hingga 1000 persen dan stabil hingga sekarang. Salah satunya berkat dukungan BRI yang memberikan kami kesempatan untuk mengikuti bazaar UMKM,” kata Any.
Any mengaku beruntung Adia Lavani bisa bergabung dalam UMKM binaan BRI. Pasalnya, BRI memberikan fasilitas expo untuk UMKM binaannya. Dengan demikian, mereka bisa menemukan pembeli potensial dan membuka peluang untuk ekspor.
Ia takjub karena BRI dapat mengumpulkan 1.000 UMKM dalam satu tempat di ICE BSD pada BRI UMKM EXPO(RT) 2025. Selain tempat, BRI juga menyediakan fasilitas dan transportasi.
“BRI juga kerap membeli produk UMKM binaannya. Hal ini menunjukkan BRI benar-benar berkomitmen untuk memajukan UMKM binaannya,” tuturnya.
Any berharap, ke depan, Adia Lavani bisa memiliki lebih banyak toko offline. Selain itu, ia ingin mengembangkan penjualan online-nya supaya dapat menjadi ujung tombak penjualan layaknya toko offline.
Untuk BRI, ia berharap dapat terus mendukung UMKM, khususnya yang ingin melakukan pameran di luar negeri. Pasalnya, banyak UMKM potensial yang membutuhkan banyak dukungan untuk bisa pameran di luar negeri.
“Semoga BRI dapat terus mendukung UMKM, khususnya yang ingin melakukan ekspo atau acara di luar negeri,” kata Any.
Dukung UMKM mendunia
Pada kesempatan sama, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa BRI fokus kepada bisnis UMKM serta konsisten menumbuhkembangkan dan memberdayakan pelaku UMKM di Tanah Air.
Pada tahun ini, BRI UMKM EXPO(RT) 2025 diikuti 1.000 UMKM terbaik yang berhasil lolos seleksi ketat. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya hanya 700 UMKM Bazaar.
“BRI menargetkan sales volume tahun ini mencapai Rp 38 miliar setelah melihat pertambahan dari sisi peserta UMKM,” kata Sunarso.
Adapun jumlah pengunjung eksibisi diproyeksikan menembus 50.000 orang. Angka ini naik signifikan dibandingkan penyelenggaraan tahun sebelumnya dengan 26.315 pengunjung.
BRI juga menargetkan business matching senilai 89,4 juta dollar AS sepanjang 2025 atau setara Rp 1,44 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian 81,3 juta dollar AS pada 2023.
Tahun ini, jumlah pembeli dan negara yang berpartisipasi dalam business matching diproyeksikan meningkat menjadi 94 buyers dari 33 negara, dibandingkan 86 buyer dari 30 negara pada tahun lalu.
Sebagai perbandingan, pada penyelenggaraan perdana di 2019, business matching mencatat nilai 33,5 juta dollar AS dengan 16 buyer dari 7 negara. Nilai ini meningkat menjadi 57,5 juta dollar AS pada 2020, melibatkan 26 buyer dari 11 negara.
Tren positif tersebut berlanjut dengan pencapaian 81,3 juta dollar AS pada 2023. BRI juga berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan untuk mengadakan business matching secara rutin sebanyak dua kali dalam sebulan. Hal ini guna memperluas akses pasar ekspor bagi UMKM binaan BRI.
Informasi lebih lanjut terkait gelaran tersebut dapat diakses melalui https://briumkmexport.com/.