Advertorial

Zainal Songket Menjaga Tradisi Tenun Palembang dan Membawa Warisan Budaya ke Pasar Global

Kompas.com - 07/02/2025, 17:22 WIB

TANGERANG, KOMPAS.com – Di tengah derasnya arus modernisasi, Zainal Arifin tetap teguh menjaga warisan budaya. Sejak 1982, ia telah mendedikasikan hidupnya untuk menenun dan mengembangkan songket, kain tradisional khas Palembang.

Awalnya, ia terjun ke dunia songket karena kecintaannya pada wastra Indonesia. Sejak kecil, ia sudah dikenalkan dengan dunia kain oleh keluarganya. Namun, ia melihat ada tantangan besar dalam produksi songket, seperti pembuatannya yang rumit dan membutuhkan ketelitian. Hal ini membuat songket perlahan mulai ditinggalkan.

"Saya melihat (pembuatan) songket ini sulit dan penuh tantangan. Justru karena itu, saya ingin membuktikan bahwa songket bisa bertahan dan tetap eksis," kata Zainal kepada Kompas.com dalam BRI UMKM Expo(RT) 2025 yang diselenggarakan di ICE BSD, Tangerang, Kamis (30/1/2025).

Alih-alih menyerah, ia justru melihat peluang. Ia ingin menjadikan songket tidak sekadar kain warisan, tetapi juga sumber penghidupan bagi banyak orang. Dengan semangat itu, ia mendirikan Zainal Songket dan mulai memberdayakan ibu rumah tangga serta anak muda putus sekolah untuk belajar menenun.

Menurutnya, bisnis ini tidak hanya tentang mencari keuntungan, tetapi juga mempertahankan warisan budaya.

"Kalau mengejar bisnis saja, enggak akan sukses. Namun, kalau mengejar manfaat, lapangan kerja terbuka, orang bisa hidup, dan budaya kita tetap terjaga," ujarnya.

Songket sebagai simbol kelas dan budaya

Kini, hasil karyanya telah melanglang buana. Pasarnya tidak hanya di Indonesia, tetapi juga telah mencapai berbagai negara, termasuk Meksiko dan Amerika Latin.

"Saya ingin membuktikan bahwa wastra Indonesia bisa dikenal dunia," katanya.

Untuk menjangkau lebih banyak pelanggan, ia tidak menutup diri pada perkembangan zaman. Zainal Songket kini merambah marketplace agar lebih mudah diakses oleh pembeli dari berbagai daerah.

Songket memang dikenal sebagai kain mewah. Namun, ia memastikan ada pilihan untuk berbagai kalangan. Rentang harganya cukup bervariasi, mulai dari Rp 750.000 hingga Rp 20 juta, tergantung tingkat kerumitan dan lama pengerjaan.

"(Songket) yang paling mahal itu bisa sampai satu tahun pengerjaannya. Sebab, prosesnya manual dan dikerjakan dengan sangat detail," ungkapnya.

Bukan hanya masyarakat umum yang menjadi pelanggannya. Beberapa figur publik dan pejabat tinggi juga mengenakan songket buatannya. Salah satunya adalah Presiden Indonesia Prabowo Subianto, yang pernah mengenakan songketnya saat kunjungan ke Malaysia pada Senin (27/1/2025).

"Songket itu lebih dari sekadar kain, tapi bagian dari identitas budaya. Makanya, saya senang kalau ada pejabat atau tokoh penting yang memakai songket. Sebab, mereka ikut mempromosikan budaya kita," terang Zainal.

Selain pejabat, Zainal Songket juga dikenal di kalangan selebritas. Ia bahkan pernah menjadi sponsor busana untuk ajang Puteri Indonesia.

"Pertama kali Puteri Indonesia digelar, saya yang menjadi sponsor busananya," kenangnya.

Berkembang bersama BRI UMKM Expo(RT) 2025

Tahun ini, Zainal Songket menjadi salah satu UMKM yang terpilih untuk berpartisipasi dalam BRI UMKM Expo(RT) 2025. Ajang yang diselenggarakan di ICE BSD City, Tangerang, dari Kamis hingga Minggu (2/2/2025) ini merupakan bentuk dukungan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar naik kelas dan menembus pasar internasional.

Sejak pertama kali diselenggarakan, BRI UMKM Expo(RT) selalu menunjukkan pertumbuhan signifikan. Pada 2023, jumlah UMKM yang berpartisipasi terdiri dari 500 UMKM showcase dan 700 UMKM bazar. Tahun ini, terdapat 1.000 UMKM partisipan.

BRI UMKM Expo(RT) 2025 menampilkan 1.000 UMKM yang terbagi dalam lima kategori utama, yaitu Home Decor & Craft (153 UMKM), Food & Beverage (358 UMKM), Accessories & Beauty (181 UMKM), Fashion & Wastra (273 UMKM), Healthcare & Wellness (35 UMKM).

Selama empat hari penyelenggaraan, BRI UMKM Expo(RT) 2025 mencatatkan total transaksi sebesar Rp 38,9 miliar, melampaui target awal. Selain transaksi langsung, program business matching dalam acara ini juga mencatatkan kesepakatan bisnis senilai 90,6 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun, lebih tinggi dari target awal.

"Event ini membantu kami memperkenalkan produk lebih luas, terutama ke buyer dari luar negeri," kata Zainal.

Tak hanya itu, ia juga mendapat banyak manfaat dari program pendampingan BRI. Ia menceritakan bagaimana kerja sama dengan BRI memberikan akses lebih luas terhadap edukasi bisnis dan ekspor.

"BRI tidak hanya memberikan permodalan, tapi juga pendampingan. Saya belajar bagaimana memasarkan produk hingga ke luar negeri," jelasnya.

Direktur Utama BRI Sunarso.Dok. BRI Direktur Utama BRI Sunarso.

Direktur Utama BRI Sunarso menegaskan, komitmen BRI terhadap UMKM tidak hanya sebatas penyaluran kredit, tetapi juga pendampingan menyeluruh agar UMKM bisa berkembang secara berkelanjutan.

"Melalui holding ultramikro, kami telah melayani total 50 juta nasabah UMKM, termasuk 36 juta nasabah ultramikro. Riset BRI Institute menunjukkan bahwa pemberdayaan UMKM membutuhkan lebih dari sekadar penyaluran kredit. Mereka juga perlu pendampingan dan edukasi," jelas Sunarso.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, yang turut hadir dalam pembukaan acara, menegaskan pentingnya peran UMKM dalam perekonomian nasional.

"UMKM menyerap 97 persen tenaga kerja dan menyumbang lebih dari 60 persen PDB Indonesia. Inisiatif BRI yang melibatkan 1.000 UMKM ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo untuk menciptakan lapangan kerja yang berkualitas," ucapnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengapresiasi peran BRI dalam mendukung UMKM, terutama dalam penguatan ekonomi nasional.

"Di tengah ketidakpastian global, ekonomi kita masih stabil di level 5 persen. Penguatan kesejahteraan yang dilakukan BRI dengan fokus pada UMKM sangat kami hargai karena akan bersinergi dengan upaya pemerintah," ujarnya.

Bagi Zainal, mempertahankan songket bukan sekadar bisnis, melainkan juga menjaga identitas bangsa. Oleh karena itu, ia terus berupaya melestarikan kain tradisional ini dengan berbagai cara, termasuk melibatkan generasi muda.

Di usia yang semakin matang, Zainal tak berhenti belajar. Ia yakin bahwa budaya bisa menjadi bisnis, tetapi jika hanya mengejar keuntungan, segalanya bisa hancur.

"Yang penting saya bisa memberi lapangan kerja, mempertahankan budaya, dan tetap berkarya," ucapnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau