Advertorial

Tembus Pasar Ekspor, Ini Kisah Emma Little Things yang Ikut Mejeng di BRI UMKM EXPO(RT) 2025

Kompas.com - 13/02/2025, 16:15 WIB

KOMPAS.com - Pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) kerap mendapat tantangan dalam menjalankan usahanya. Tak jarang, tantangan ini lah yang membuat mereka dapat bertumbuh hingga mampu menembus pasar ekspor.

Ungkapan tersebut cocok untuk menggambarkan perjuangan Yellia Fatma dalam membesarkan merek tas, Emma Little Things.

Dalam mengawali usahanya, Yellia mengaku beberapa kali menghadapi tantangan. Tas kulit buatannya pernah dipandang sebelah mata karena tidak memiliki tulisan layaknya produk dari brand terkenal saat itu.

“Pengalaman itu membuat saya nyaris berhenti membuat tas,” kata Yellia saat ditemui Kompas.com dalam BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (30/1/2025).

Namun, cibiran tidak membuat Yellia patah arang. Terlebih, ia sudah memiliki visi besar untuk menjadi eksportir.

Berdiri pada 2016, Emma Little Things mengembangkan tas dari berbagai bahan, mulai dari kulit, rotan, hingga anyaman. Jenama ini memproduksi tas buatan tangan atau handmade. Adapun harga produk Emma Little Things berkisar Rp 100.000 hingga Rp 2,5 juta.

Yellia menemukan titik balik saat diundang sebagai peserta simposium di Korea Selatan. Saat itu, ia menjajakan tas kulit buatannya kepada peserta simposium dengan harga 10 dollar AS.

Pembelinya yang berasal dari Korea Selatan menyukai tas buatannya. Menurut penuturan salah seorang pembelinya, tas kulit buatan Emma Little Things memiliki desain yang bagus dan harga relatif murah untuk ukuran tas berbahan kulit.

Berdasarkan pengalaman tersebut, Yellia mendapatkan pemahaman bahwa produk buatannya lebih diterima konsumen dari luar negeri ketimbang dalam negeri.

“Dari sana, saya kecanduan mengikuti pameran dagang atau expo di luar negeri. Saya jadi tahu bahwa produk saya lebih dihargai di luar negeri. Saya ingin mempromosikan Indonesia melalui karya saya,” tuturnya.

Yellia menjelaskan, salah satu keunggulan tas buatannya terdapat pada kualitas produk yang tidak bisa ditawar, baik dari segi bahan maupun desain. Menurutnya, setiap produknya dibuat oleh perajin yang terampil dan berpengalaman.

Ia tidak menampik bahwa produknya memiliki harga lebih mahal ketimbang produk sejenis di pasaran. Alasannya, produknya dibuat dengan tangan perajin yang terampil.

Ia ingin memberikan harga yang pantas sesuai kerja keras perajinnya. Oleh karena itu, Yellia enggan menurunkan kualitas produknya demi harga yang lebih murah.

“Selain membuat karya saya (jadi) dikenal di luar negeri, saya memiliki visi dan misi untuk membuat perajin saya tersenyum,” jelasnya.

Yellia memaparkan, Emma Little Things telah mengekspor produk ke Jepang dan Korea Selatan. Saat ini, ia tengah bernegosiasi untuk mengekspor produknya ke Dubai.

Untuk memenuhi kebutuhan ekspor, Yellia mempekerjakan perajin di dua klaster, yakni di Mataram dan Kalimantan. Ia akan mempekerjakan pengrajin di klaster Jepara jika ekspor produknya ke Dubai terlaksana.

Terkait omset, Yellia mengaku bahwa ia bisa mendapat Rp 100 juta dengan menjual sekitar 500 tas dalam sebulan. Menariknya, penjualan produk Emma Little Things lebih banyak untuk pasar luar negeri ketimbang dalam negeri.

Meski berhasil menembus pasar ekspor, Yellia mengaku bahwa ia kerap menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah produk serupa dari Vietnam dan Thailand yang dijual dengan harga lebih murah.

Tantangan lain juga muncul dalam menghasilkan produk. Menurutnya, perajin kurang berani untuk membuat produk dengan desain baru atau di luar yang sudah ada.

“Untuk menjaga konsistensi, saya membiasakan pengrajin mencoba sekitar 10 atau 20 trial dan error untuk membuat mereka terbiasa saat menghasilkan tas terbaru,” kata Yellia.

Peran BRI

Dalam menjalankan usahanya, Yellia mengaku merasa terbantu dengan bantuan dari Bank BRI. Sejak menjadi mitra binaan BRI pada 2019, ia merasa terbantu dengan program Indonesia Mall dari BRI yang membantu menjual dan memasarkan produknya.

Bahkan, ia pernah mendapatkan Rp 45 juta dalam sebulan hanya dari program tersebut. Namun, menurut pengakuannya, program ini sudah tidak aktif.

Selain itu, ia merasa terbantu dengan program LinkUMKM dari BRI. Melalui program ini, UMKM dapat saling terhubung dan membeli produk UMKM lain sesuai kebutuhan. Program ini memudahkannya mencari bahan baku dari UMKM lain. Selain memenuhi kebutuhan, program ini juga dapat membantu UMKM lain untuk berkembang.

Tas hasil karya Emma Little Things.YOGARTA AWAWA PRABANING ARKA/KOMPAS.COM Tas hasil karya Emma Little Things.

“Selain itu, BRI juga sering mengadakan expo untuk UMKM binaannya. Acara ini bisa membuat usaha kami semakin maju dan dikenal hingga mancanegara,” kata Yelia.

Ke depan, Yelia menargetkan omset Emma Little Things mencapai Rp 1 miliar. Untuk mencapai target ini, ia membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk BRI.

Ia berharap, BRI kembali mengaktifkan kembali program Indonesia Mall. Menurutnya, banyak UMKM potensial yang terbantu dalam penjualan dan pemasaran produk melalui program ini.

“Banyak produk UMKM daerah yang produknya bagus-bagus, tetapi mereka bingung memasarkan produknya. Saya berharap, BRI mengaktifkan kembali program Indonesia Mall, terlebih BRI memiliki jaringan hingga pelosok daerah,” tuturnya.

Dukung UMKM mendunia

Pada kesempatan sama, Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan bahwa BRI fokus kepada bisnis UMKM serta konsisten menumbuhkembangkan dan memberdayakan pelaku UMKM di Tanah Air.

Pada tahun ini, BRI UMKM EXPO(RT) 2025 diikuti 1.000 UMKM terbaik yang berhasil lolos seleksi ketat. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun sebelumnya hanya 700 UMKM Bazaar.

“BRI menargetkan sales volume tahun ini mencapai Rp 38 miliar setelah melihat pertambahan dari sisi peserta UMKM,” kata Sunarso.

Adapun jumlah pengunjung eksibisi diproyeksikan menembus 50.000 orang. Angka ini naik signifikan dibandingkan penyelenggaraan tahun sebelumnya dengan 26.315 pengunjung.

BRI juga menargetkan business matching senilai 89,4 juta dollar AS sepanjang 2025 atau setara Rp 1,44 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan capaian 81,3 juta dollar AS pada 2023.

Tahun ini, jumlah pembeli dan negara yang berpartisipasi dalam business matching diproyeksikan meningkat menjadi 94 buyers dari 33 negara, dibandingkan 86 buyer dari 30 negara pada tahun lalu.

Sebagai perbandingan, pada penyelenggaraan perdana di 2019, business matching mencatat nilai 33,5 juta dollar AS dengan 16 buyer dari 7 negara. Nilai ini meningkat menjadi 57,5 juta dollar AS pada 2020, melibatkan 26 buyer dari 11 negara.

Tren positif tersebut berlanjut dengan pencapaian 81,3 juta dollar AS pada 2023. BRI juga berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan untuk mengadakan business matching secara rutin sebanyak dua kali dalam sebulan. Hal ini guna memperluas akses pasar ekspor bagi UMKM binaan BRI.

Informasi lebih lanjut terkait gelaran tersebut dapat diakses melalui https://briumkmexport.com/.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau