KOMPAS.com – Penyakit jantung koroner (PJK) masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO), penyakit ini menyumbang hingga 85 persen dari total kasus kematian akibat penyakit jantung.
Meski demikian, dengan penanganan yang tepat, pasien jantung koroner tetap memiliki kesempatan untuk kembali menjalani hidup dengan kualitas yang baik.
Seperti yang dialami seorang pasien PJK yang berhasil menjalani operasi bypass jantung atau Coronary Artery Bypass Graft (CABG) di Cardiovascular Center Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Didiek (54).
Dari gejala sesak napas hingga diagnosis penyumbatan jantung
Didiek awalnya merasakan sesak napas yang semakin sering terjadi. Saat masih bekerja di China, ia sempat memeriksakan diri dan mendapatkan tindakan pemasangan ring jantung.
Namun, setelah beberapa waktu, gejalanya kembali muncul. Atas saran dokter, ia memutuskan pulang ke Indonesia untuk menjalani operasi bypass jantung.
Ia memilih Mayapada Hospital Jakarta Selatan sebagai tempatnya menjalani perawatan. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan di Cardiovascular Center, ditemukan bahwa Didiek mengalami penyumbatan arteri jantung hingga 70 persen.
Dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular dan Konsultan Bedah Jantung Dewasa Mayapada Hospital Jakarta Selatan Dr dr Ismail Dilawar, Sp BTKV, Subsp JD (K), menjelaskan bahwa operasi bypass jantung diperlukan untuk mengatasi kondisi tersebut.
“CABG dilakukan untuk membuat ‘jalur baru’ bagi aliran darah ke otot jantung sehingga pasokan oksigen dan nutrisi tetap terjaga. Pembuluh darah yang diambil dari tubuh pasien, seperti dari kaki atau dada, akan digunakan untuk menggantikan pembuluh yang tersumbat,” ujar dr Ismail dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (13/2/2025).
Operasi bypass jantung berjalan lancar, pasien pulih dengan baik
Operasi yang dijalani Didiek berlangsung dengan sukses. Dokter Ismail dan timnya mengambil pembuluh darah vena dari paha kanan dan kiri serta pembuluh darah arteri dari dada, lalu menghubungkannya ke bagian arteri jantung yang mengalami penyumbatan.
Pascaoperasi, kondisi Didiek semakin membaik. Gejala sesak napas yang sebelumnya mengganggu telah hilang, dan ia bisa kembali beraktivitas seperti biasa.
Keberhasilan itu tidak lepas dari dukungan tim dokter multidisiplin serta fasilitas canggih di Cardiovascular Center Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Layanan ini memang berfokus pada penanganan berbagai kasus jantung, termasuk tindakan advanced seperti CABG, penggantian katup jantung, pemasangan alat pacu jantung (pacemaker), hingga bedah jantung bawaan pada anak.
Mayapada Hospital Jakarta Selatan juga telah mendapatkan akreditasi Joint Commission International (JCI), yang menjadi bukti standar pelayanan kesehatan berkelas dunia yang diterapkan dalam menangani kasus jantung.
Waspadai gejala dan faktor risiko penyakit jantung koroner
Menurut dr Ismail, banyak pasien yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami penyakit jantung hingga kondisinya sudah cukup parah. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya mengenali gejala PJK sejak dini.
Gejala tersebut di antaranya nyeri dada yang menjalar ke lengan, leher, atau rahang, sesak napas, mudah lelah, serta keringat dingin.
“Banyak orang mengabaikan gejala tersebut karena mengira hanya masuk angin atau kelelahan biasa. Padahal, jika ditangani lebih awal, risiko komplikasi bisa diminimalkan,” terang dr Ismail.
Selain itu, ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan seseorang terkena PJK, seperti merokok, obesitas, kadar kolesterol tinggi, diabetes, hipertensi, serta faktor keturunan. PJK juga lebih berisiko menyerang pria di atas usia 45 tahun dan wanita di atas usia 50 tahun.
Oleh karena itu, dr Ismail mengimbau masyarakat untuk mulai menerapkan pola hidup sehat, termasuk menghentikan kebiasaan merokok, menjaga pola makan seimbang, serta rutin melakukan skrining jantung.
Layanan jantung komprehensif di Mayapada Hospital
Cardiovascular Center Mayapada Hospital Jakarta Selatan memiliki layanan Cardiac Emergency yang siap siaga selama 24 jam, dengan protokol door-to-balloon (D2B) kurang dari 90 menit, sesuai standar internasional. Hal ini memastikan pasien dengan kondisi darurat jantung mendapatkan tindakan cepat dan tepat.
Hospital Director Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Fiktorius Kuludong, MM, menegaskan bahwa rumah sakit ini memiliki fasilitas lengkap untuk menangani berbagai kondisi jantung.
“Kami tidak hanya menangani operasi bypass jantung, tetapi juga prosedur penggantian katup jantung, ablasi jantung, pemasangan alat pacu jantung, hingga penanganan gangguan pembuluh darah aorta dengan prosedur TEVAR dan Bentall, serta bedah jantung akibat penyakit bawaan pada anak, seperti Tetralogy of Fallot, ASD, dan VSD ,” jelas dr Fiktorius.
Mayapada Hospital juga melakukan Cardiology Meeting secara rutin sebagai bentuk kolaborasi tim dokter spesialis untuk memastikan penanganan pasien jantung dilakukan secara komprehensif.
Pasien pun bisa mengakses layanan tersebut dengan mudah melalui aplikasi MyCare. Aplikasi ini memungkinkan pasien untuk menjadwalkan konsultasi dengan dokter spesialis jantung, melakukan pemeriksaan skrining jantung, serta mendapatkan nomor antrean lebih awal berkat integrasi dengan berbagai sistem pembayaran.
Selain itu, MyCare juga memiliki fitur Personal Health, yang terhubung ke Health Access dan Google Fit untuk memantau detak jantung, jumlah kalori terbakar, jumlah langkah kaki, dan indeks massa tubuh (BMI).
Sebagai tambahan, pengguna baru MyCare juga berkesempatan mendapatkan reward point yang bisa digunakan untuk potongan harga layanan di Mayapada Hospital.
Untuk keadaan darurat, layanan Cardiac Emergency Mayapada Hospital dapat diakses melalui hotline 150990 atau fitur Emergency Call di aplikasi MyCare.
Kesembuhan Didiek menjadi bukti bahwa dengan penanganan medis yang tepat, pasien jantung koroner tetap bisa menjalani hidup dengan kualitas yang baik. Kesadaran untuk melakukan pemeriksaan dini dan menerapkan gaya hidup sehat adalah langkah utama dalam mencegah risiko penyakit jantung.