Advertorial

Rancang Wastra Indonesia dari Kain Marmer, Begini Perjalanan Kreatif Adrie Basuki Hadirkan Fesyen Berkelanjutan

Kompas.com - 01/03/2025, 13:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Adrie Basuki selalu merasa gelisah setiap kali melihat kain sisa dari koleksi busana yang dibuatnya.

Sebagai seorang perancang busana yang mencintai wastra Indonesia, ia sadar bahwa dalam proses pembuatan pakaian, terutama saat membuat pola, banyak menyisakan kain yang terbuang.

"Kalau sisa kain masih cukup besar, ini akan dibuat patchwork. Tapi kalau kecil-kecil, menjahitnya susah," ujar Adrie saat ditemui di Jeffry Tan Boutique, Jakarta, Jumat (28/2/2025).

Dari kegelisahan itu, lahirlah inovasi kain marmer yang kini menjadi ciri khas karyanya. Limbah kain itu berhasil diubah menjadi bahan baku wastra yang memiliki nilai seni dan budaya tinggi.

Adrie menceritakan, kain marmer adalah hasil pengolahan limbah kain menjadi bahan baru yang memiliki estetika unik, menyerupai motif alami pada batu marmer.

Adrie dan timnya melakukan riset dan pengembangan sejak 2019 untuk menemukan metode terbaik dalam mengolah kain perca sehingga tetap mempertahankan identitas wastra Indonesia.

"Awalnya kami bikin patchwork, tapi kemudian kami mengembangkan kain marmer sebagai bentuk baru dari wastra daur ulang," jelasnya.

Dengan teknik khusus, kain sisa yang tadinya dianggap tidak bernilai diolah kembali menjadi kain berkualitas tinggi sehingga dapat digunakan untuk membuat busana dan aksesoris.

Keunikan kain marmer terletak pada proses kreatifnya. Tidak ada satu pun kain marmer yang identik karena setiap lembar memiliki pola unik. Hal ini menjadikannya eksklusif dan sekaligus mencerminkan nilai craftsmanship tinggi dalam dunia fesyen.

Konsep itu sejalan dengan filosofi wastra Indonesia yang setiap motifnya memiliki makna dan dibuat dengan ketelitian tinggi.

Meski awalnya menantang untuk mengedukasi pasar, kini semakin banyak orang yang menghargai kain marmer sebagai bagian dari gerakan fesyen berkelanjutan.

Terbukti, bersama Jeffry Tan dan Olmovra, Adrie sukses menampilkan private collaborative presentation dengan tema “Askara Raya” yang digelar hingga Jumat.

Menyambut Hari Raya Idul Fitri 2025, tiga brand itu menyuguhkan koleksi fesyen dari Adrie Basuki, sepatu artisan dari Jeffry Tan, dan parfum dari Olmorva.

Saat ini, koleksi Askara Raya Adrie Basuki yang mengusung kain marmer untuk outfit Hari Raya bisa ditemukan secara online di website dan Instagram Adrie Basuki serta secara langsung di Alun-Alun Indonesia dan Central Grand Indonesia.

Gandeng korporasi dan gerakkan ekonomi

Selain mengolah kain sisa dari koleksi pribadinya, Adrie juga menggandeng berbagai perusahaan yang peduli dengan konsep fesyen berkelanjutan (green fashion). Kerja sama ini dilakukan dengan mendaur ulang seragam lama yang sudah tidak digunakan.

"Seragam tersebut (biasanya) tidak boleh dibuang sembarangan karena ada logo. Jadi, kami mengolahnya kembali menjadi seragam baru atau merchandise yang bisa menjadi suvenir bagi perusahaan tersebut," tutur Adrie.

Adrie Basuki bertekad untuk terus mengembangkan kain marmer agar menjadi salah satu kain daur ulang khas Indonesia yang tetap berakar pada nilai-nilai budaya.Dok. KOMPAS.com/Aningtias Jatmika Adrie Basuki bertekad untuk terus mengembangkan kain marmer agar menjadi salah satu kain daur ulang khas Indonesia yang tetap berakar pada nilai-nilai budaya.

Dengan cara itu, limbah tekstil dapat berkurang secara signifikan, sekaligus memberikan nilai tambah bagi perusahaan yang ingin menerapkan prinsip keberlanjutan.

Kepedulian Adrie terhadap keberlanjutan tidak hanya berhenti pada karyanya sendiri. Pada 2020, bersama Yane Ardian—istri Wali Kota Bogor Bima Arya—, ia menggagas program pemberdayaan perempuan di Desa Sindangsari, Bogor, Jawa Barat.

Kampung tersebut dihuni oleh banyak korban pinjaman online (pinjol) yang mengalami kesulitan ekonomi, bahkan sampai harus menjual rumah mereka.

Melalui program itu, Adrie memberikan pelatihan kepada ibu-ibu di desa tersebut untuk mengolah kain perca menjadi produk bernilai jual.

Lebih dari sekadar memberikan keterampilan, program tersebut juga mengangkat kain perca menjadi bagian dari budaya Indonesia yang berkelanjutan.

Kampung Perca Bogor akhirnya diresmikan pada akhir 2022 dan kini telah berkembang menjadi destinasi wisata kreatif berbasis wastra daur ulang. Dari awalnya hanya 15 orang, kini ada 35 ibu-ibu yang aktif berkarya di Kampung Perca.

"Tugas saya tidak hanya memberikan pelatihan pembuatan kain, tapi juga meningkatkan awareness tentang kampung ini. Waktu saya ikut Jakarta Fashion Week (JFW) dan Lomba Perancang Mode, saya selalu membawa cerita tentang Kampung Perca," kata Adrie.

Berkat upayanya, Kampung Perca semakin dikenal luas dan turut membantu pertumbuhan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di sekitarnya.

Jaga warisan budaya melalui green fashion

Adrie bertekad untuk terus mengembangkan kain marmer agar menjadi salah satu kain daur ulang khas Indonesia yang tetap berakar pada nilai-nilai budaya.

Selain itu, ia tetap berkomitmen menggunakan wastra Nusantara dalam koleksinya, termasuk batik, tenun, dan songket, yang semua membutuhkan ketelatenan dalam proses pembuatannya.

Untuk mewujudkan itu, Adrie menyadari bahwa ia tidak bisa berjalan sendiri. Dukungan dari seluruh pihak, termasuk yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, menjadi angin segar bagi UMKM seperti dirinya.

Sebagai informasi, Adrie Basuki menjadi salah satu dari 1.000 UMKM terpilih yang unjuk gigi pada ajang BRI UMKM EXPO(RT) 2025 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Kamis (30/1/2025).

“Ini kali keempat bagi kami mengikuti gelaran BRI UMKM (EXPO)RT. Acara seperti ini memberikan platform yang bagus agar UMKM bisa lebih punya tempat untuk menampilkan produk. Semoga ke depan bisa dibuat lebih tersegmentasi sehingga kami bisa menjangkau pasar yang lebih sesuai,” ucap Adrie.

Pada kesempatan terpisah, Direktur BRI Sunarso mengatakan bahwa BRI UMKM EXPO(RT) 2025 yang telah memasuki tahun keenam merupakan bagian dari strategi BRI dalam memperkuat peran UMKM sebagai motor penggerak perekonomian nasional.

"Sejalan dengan semangat penguatan peranan UMKM, BRI UMKM EXPO(RT) 2025 bertujuan membuka akses UMKM ke pasar global, dengan misi utama meningkatkan kontribusi UMKM terhadap neraca perdagangan dan penyerapan tenaga kerja," ujar Sunarso dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (1/2/2025).

Rangkaian kegiatan BRI UMKM EXPO(RT) 2025 mencakup expo, showcase UMKM terkurasi, business matching, UMKM Award, entertainment, dan art installation.

Antusiasme peserta dari tahun ke tahun juga terus meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah UMKM yang lolos kurasi dalam tahun terakhir, yakni 502 UMKM pada 2022 dan 700 UMKM pada 2023. Angka ini meningkat dari 155 UMKM yang terlibat pada awal penyelenggaraannya, yakni 2019.

Tahun ini, sebanyak 1.000 UMKM terbaik berhasil lolos seleksi ketat selama sekitar satu bulan. UMKM ini dipamerkan dalam lima kategori utama, yaitu Home Decor and Craft (153 UMKM), Food and Beverage (358 UMKM), Accessories and Beauty (181 UMKM), Fashion and Wastra (273 UMKM), serta Healthcare and Wellness (35 UMKM).

Acara yang berlangsung pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD City tersebut sukses dihadiri lebih dari 63.000 pengunjung.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai BRI UMKM EXPO(RT) 2025, kunjungi https://briumkmexport.com.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau