KOMPAS.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus menegaskan komitmennya dalam menerapkan prinsip environmental, social, and governance (ESG) sebagai bagian dari strategi bisnis perseroan.
Penerapan prinsip tersebut seiring dengan meningkatnya perhatian investor terhadap aspek berkelanjutan.
Direktur Utama BRI Sunarso menegaskan, ESG bukan sekadar tren, melainkan arah strategis yang fundamental bagi bisnis di tingkat global.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini, 10 April 2025: Antam, UBS, Galeri 24 Naik Tajam
Untuk diketahui, BRI telah membentuk struktur kuat, mulai dari komite hingga divisi khusus yang memastikan bahwa semua inisiatif keberlanjutan terlaksana dengan baik.
"Dalam mengimplementasikan ESG ini, proses bisnis dan operasional BRI telah menyelaraskan dengan standar yang berlaku, baik domestik maupun global,” ujarnyanya dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Rabu (19/3/2025) .
Hal tersebut dikatakan Sunarso dalam acara Kompas 100 Outlook: Investasi Berkelanjutan di dalam Ekosistem Bisnis Global pada pertengahan Februari 2025.
“Kemudian, untuk implementasinya, kami sudah menyusun sustainability strategy yang fokus pada tiga pilar utama, yakni ESG," ujarnya.
Pertama, dalam implementasi pilar lingkungan, BRI telah mengambil berbagai langkah konkret untuk mendukung transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Salah satu prioritas utama itu adalah penerapan manajemen risiko perubahan iklim, yang diikuti dengan inisiatif green network dan green banking.
Baca juga: Banyak Pengunjung Batal Beli Jersey Timnas di Indomaret, Apa Penyebabnya?
Kedua, dari sisi sosial, BRI berupaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan. Komitmen ini sejalan dengan peran BRI sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan.
Sebagaimana catatan, hingga akhir 2024, total kredit yang disalurkan BRI mencapai Rp 1.354,64 triliun atau tumbuh 6,97 persen secara tahunan atau year of year (yoy).
Penyaluran itu didominasi kredit UMKM yang mencapai 81,97 persen dari total kredit, atau setara dengan Rp 1.110,37 triliun.
Baca juga: Banyak Pengunjung Batal Beli Jersey Timnas di Indomaret Fresh, Ini Penyebabnya
Kemudian, dalam pengelolaan tenaga kerja, perusahaan menerapkan human capital management.
Sementara itu, dalam hubungannya dengan masyarakat, BRI menjalankan program tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) sebagai bentuk kontribusi terhadap pembangunan sosial dan lingkungan yang berkelanjutan.
Ketiga, BRI secara konsisten memperkuat governance (tata kelola) sembari terus menyelaraskan praktik bisnis perseroan dengan standar etika global.
Baca juga: Rencana Prabowo Evakusi Warga Gaza yang Terluka ke Indonesia, Didukung DPR, Ditentang MUI
Hal tersebut dijalankan guna menghindari praktik greenwashing serta meningkatkan pengelolaan risiko terkait ESG, termasuk risiko siber di era digital.
Mendukung keuangan berkelanjutan
Sebagai upaya nyata dalam mendukung keuangan berkelanjutan, BRI telah menyalurkan sustainability finance alias pembiayaan berkelanjutan dalam bentuk green loan dan social loan.
Baca juga: Perang Tarif dengan China, Trump "Pede" AS Bisa Produksi iPhone Sendiri
Hingga Desember 2024, BRI menyalurkan kepada kegiatan usaha berkelanjutan, yaitu green loan sebesar Rp 86,6 triliun.
Sementara itu, penyaluran social loan mencapai Rp 698,7 triliun, yang difokuskan untuk mendukung pertumbuhan usaha mikro kecil menengah (UMKM) sebagai tulang punggung perekonomian nasional.
Kemudian, dari sisi liabilitas, BRI telah menjalankan sustainable funding activities melalui penerbitan green bond dengan total nilai Rp 13,5 triliun, yang terdiri dari beberapa tahap sejak 2022.
Baca juga: Cara Terdaftar Jadi Penerima Dana PIP, Siswa SD-SMA Ikuti Langkah Ini
Adapun, penerbitan green bond tahap I senilai Rp 5 triliun pada 21 Juli 2022.
Sunarso mengatakan, obligasi hijau BRI selalu mengalami oversubscribe. Hal ini mencerminkan tingginya minat pasar terhadap instrumen keuangan berkelanjutan.
Setelah sukses di tahap pertama, BRI kembali melanjutkan penerbitan green bond tahap II senilai Rp 6 triliun pada Oktober 2023 dan green bond tahap III senilai Rp 2,5 triliun pada 20 Maret 2024.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jeffrey Hendrik menekankan, penerapan ESG bukan sekadar kewajiban, tetapi menjadi bagian integral dari strategi bisnis. Hal ini tentu dapat meningkatkan value perusahaan di mata investor dan pemangku kepentingan.
“Di pasar modal Indonesia saat ini, investasi berkelanjutan menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Ini tercermin dari peningkatan nilai aset kelolaan dari produk investasi pasif yang bertema ESG,” ujar Jeffrey.