JAKARTA, KOMPAS.com – Lebaran atau Idul Fitri menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Selain merayakan hari kemenangan, momen ini juga digunakan untuk bersilaturahmi dengan keluarga dan tetangga.
Bagi perantau, Lebaran pun terasa istimewa karena dapat mudik ke kampung halaman untuk mengunjungi orangtua dan sanak saudara lain. Di momen inilah, keluarga besar biasanya berkumpul dan membagikan cerita sehingga menciptakan kenangan berharga.
Jika berencana mudik dengan kendaraan pribadi, Anda perlu melakukan persiapan secara matang agar perjalanan terasa menyenangkan. Mulai dari kendaraan prima, bujet, kesehatan, hingga rencana perjalanan perlu disiapkan dengan saksama.
Mudik aman
Kepada Kompas.com, Senin (24/3/2025), Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menyatakan bahwa journey management penting dipersiapkan oleh pemudik.
Journey management meliputi penentuan rute, waktu keberangkatan, jumlah penumpang dan barang. Termasuk pula keberadaan supir pengganti atau pendamping untuk membantu pengemudi selalu fokus dan terjaga selama berkendara.
Keandalan kendaraan, imbuh Sony, juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu, pemudik perlu menyervis mobil ke bengkel sebelum melakukan perjalanan mudik.
“Meski demikian, bengkel kerap penuh saat menjelang musim mudik. Oleh karena itu, pemudik idealnya mengecek kendaraan ke bengkel seminggu atau sebulan sebelum pulang kampung,” kata Sony.
Kembali soal journey management, dalam menentukan waktu keberangkatan, Sony menyarankan pemudik untuk berangkat pada pagi hari. Sebab, pengemudi umumnya bisa mengendarai mobil secara optimal pada pagi hingga siang, yakni selama tiga sampai empat jam.
Sebaliknya, pada malam hari, durasi mengemudi terbatas, biasanya sekitar satu setengah jam sampai dua jam.
Ritme sikardian atau siklus tubuh manusia juga wajib diperhatikan dalam menentukan waktu keberangkatan.
Kondisi tubuh manusia cenderung ngedrop setelah melewati pukul 3 sore sampai 1 malam. Oleh karena itu, ia mengimbau pengemudi untuk menghindari berkendara pada jam tersebut.
“Idealnya, pemudik dapat berangkat saat siklus tubuh manusia sedang bagus, yakni pada pukul 6 pagi sampai pukul 11 siang. Pada waktu ini, pengemudi dapat lebih fokus selama berkendara,” tuturnya.
Terapkan prinsip keselamatan berkendara
Selama perjalanan, pengemudi wajib menerapkan five seeing habits di jalan, baik jalan tol maupun non-tol, agar perjalanan aman dan selamat sampai tujuan.
Pertama, kata Sony, mengamati lingkungan sekitar. Pengemudi dapat mengalihkan pandangan ke depan, spion tengah, serta spion kanan dan kiri secara berkala untuk meningkatkan kesadaran situasional.
Dengan mengalihkan pandangan dari satu titik fokus, pengendara dapat terhindar dari kantuk.
“Kedua, berkomunikasi dengan pengguna jalan lain melalui kontak mata, klakson, atau lampu kendaraan untuk menghindari kesalahpahaman di jalan,” terang Sony.
Ketiga, menjaga jarak aman dengan kendaraan di depan, kanan, kiri, serta belakang. Hal ini bertujuan untuk mencari ruang yang cukup untuk merespons situasi darurat.
“Keempat, mengatur kecepatan dengan bijak sesuai kondisi jalan dan lalu lintas agar terhindar dari potensi kecelakaan,” imbuhnya.
Kelima, mengendalikan emosi agar tetap tenang dan tidak mudah terpancing saat berkendara. Sebab, emosi yang tidak terkendali dapat memicu tindakan berbahaya di jalan.
“Dengan menerapkan five seeing habits, pengemudi dapat meningkatkan keselamatan dan mengurangi risiko kecelakaan, terutama dalam kondisi lalu lintas yang padat,” ujar Sony.
Maksimalkan istirahat
Istirahat merupakan hal penting yang mesti diperhatikan pengemudi selama mudik, terutama pemudik yang menempuh perjalanan darat ratusan kilometer.
Seperti diketahui, mengantuk dan microsleep menjadi penyebab utama kecelakaan di jalan. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kelelahan akibat menyetir dalam waktu lama.
Sony menjelaskan, duduk dalam waktu lama saat mengemudi dapat mengurangi pergerakan otot yang berpotensi memperlambat sirkulasi darah dan menyebabkan kelelahan.
“Kondisi tersebut dapat menurunkan kewaspadaan dan meningkatkan risiko kantuk, terutama jika pengemudi kurang istirahat atau mengalami kelelahan sebelumnya,” ujar Sony.
Oleh karena itu, Sony menyarankan pengemudi beristirahat setelah 3-4 jam berkendara di rest area. Lakukan pula peregangan otot agar relaks.
Jika ingin beristirahat lama, sebaiknya pemudik keluar terlebih dahulu dari jalan tol. Pasalnya, selama musim Lebaran, rest area dipenuhi oleh pemudik yang ingin beristirahat. Bahkan, antrean masuk rest area bisa menyebabkan kemacetan di jalan tol.
“Dalam kondisi spesial seperti arus mudik Lebaran, pengemudi harus berbagi dengan yang lain untuk beristirahat di rest area. Menurut saya, 30 menit sudah cukup untuk beristirahat,” ujarnya.
Selama di rest area, pula fasilitas yang disediakan oleh pengelola jalan tol. Di jalan tol yang dikelola ASTRA Infra, misalnya, terdapat fasilitas pengecekan ban.
Komitmen ASTRA Infra
Sebagai informasi, ASTRA Infra melalui PT Astra Tol Nusantara, memiliki delapan ruas jalan tol sepanjang 396 km, yakni Tangerang-Merak, Cikopo-Palimanan, Jombang-Mojokerto, Kunciran-Serpong, Ulujami-Kebon Jeruk, Semarang-Solo, Surabaya-Mojokerto, serta Pandaan-Malang.
ASTRA Infra punya komitmen untuk menjamin keselamatan pengemudi di jalan tol, termasuk selama musim Lebaran. Komitmen ini diwujudkan melalui pendekatan engineering, education, dan enforcement (3E).
Adapun pendekatan engineering yang dilakukan ASTRA Infra berfokus pada upaya pengendalian risiko hazard pengguna jalan tol melalui standardisasi infrastruktur.
Langkah yang dilakukan meliputi pemasangan wirerope, rumble dot, rambu peringatan hindari tabrak belakang, pemasangan marka speed reducer, marka stamark, serta alat timbang weight in motion (WIM).
Selanjutnya, pemasangan lampu strobe/warning lamp, penyediaan fasilitas pengecekan ban di rest area,, rejuvenasi rest area, dan penerapan behaviour based safety program.
Sementara, pada pendekatan education, ASTRA Infra menjalankan sosialisasi keselamatan berkendara melalui workshop, media digital, radio, event, dan media luar ruang.
Perusahaan juga memasang rambu di rest area serta memberikan imbauan fatique management untuk beristirahat jika mengantuk atau telah mengemudi selama empat jam.
Melalui sejumlah sosialisasi, potensi risiko kecelakaan berkendara yang disebabkan human error diharapkan bisa berkurang.
Kemudian, pada pendekatan enforcement, ASTRA Infra melakukan sejumlah langkah penegakan aturan keselamatan.
Perusahaan menjalin kerja sama dengan kepolisian daerah (polda) untuk melakukan operasi penindakan kecepatan kendaraan dan over dimension over load (ODOL) secara rutin
Selain ketiga pendekatan tersebut, ASTRA Infra juga melakukan asesmen jalan tol berbasis International Road Assessment Programme (IRAP) sebagai dasar memformulasikan program keselamatan bagi pengguna jalan.
Melalui berbagai upaya tersebut, pada 2024, ASTRA Infra berhasil menurunkan tingkat kecelakaan lalu lintas 16,7 persen dan tingkat fatalitas lalu lintas 13,8 persen ketimbang 2023.