KOMPAS.com - Meski zaman berganti, gaung perjuangan Kartini untuk emansipasi perempuan justru semakin terasa. Ini membuktikan ide-idenya tetap relevan dan terus mendorong perubahan.
Hal tersebut terbukti dari banyaknya perempuan yang tak mau berdiam diri di era sekarang. Demi mengangkat perekonomian keluarga, tak sedikit perempuan yang berani membuka usaha.
Semangat Kartini modern itu salah satunya ditunjukkan Suryani, pedagang eceran asal Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
Dengan usahanya, Suryani berhasil menopang perekonomian keluarganya hingga mampu menyekolahkan anaknya berkat usaha toko kelontong yang ia jalankan.
“Awalnya, saya mengamati jalan raya yang begitu ramai. Ada banyak kendaraan yang lalu-lalang. Saya berpikir amat sayang jika keramaian tersebut dilewatkan begitu saja,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa (8/5/2025).
Dari pengamatan itu, Suryani mengaku insting berdagangnya muncul. Akhirnya, dia memutuskan untuk membuka toko kelontong di pinggir jalan sejak 2009.
Walau didasari dengan coba-coba, tetapi Suryani terbilang niat menjadi pedagang eceran. Sembako menjadi produk jualan utamanya.
Dengan lokasi toko yang dekat jalan raya, Suryani tak kesulitan menggaet pelanggan yang ingin belanja kebutuhan pokok, seperti beras, minyak, telur, dan semacamnya.
Suryani juga tidak menyia-nyiakan lokasi yang strategis dan mudah diakses untuk berjualan bensin eceran.
Upaya itu pun membuahkan hasil. Toko kelontongnya nyaris menjadi titik yang dituju para pengendara motor yang kebetulan lewat. Bahkan, tak jarang dari mereka yang berlangganan untuk membeli bensin.
Berkembang dengan bantuan permodalan
Usaha Suryani kian berkembang setelah ia mendapatkan beberapa bantuan modal. Salah satunya adalah PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar).
PNM Mekaar adalah program permodalan berbasis kelompok dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM) yang merupakan bagian dari Holding Ultra Mikro Bank Rakyat Indonesia (BRI) bersama Pegadaian dan BRI sebagai induknya.
Adapun pinjaman PNM Mekaar ditujukan untuk perempuan prasejahtera pelaku usaha ultra mikro. Program ini memberikan pembiayaan modal tanpa agunan.
“Pada 2023, saya mendapatkan bantuan modal senilai Rp 3 juta dari PNM Mekaar. Modal itu saya manfaatkan untuk menambah stok produk jualan di toko,” ungkapnya.
Suryani juga mengaku bisa mendapatkan modal tersebut melalui proses yang sama sekali tidak sulit.
Usaha yang dijalankan Suryani pun terus berkembang sehingga ia berkeinginan menambah modal usaha. Akhirnya, ia memanfaatkan fasilitas pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari BRI.
“Tak lama setelah itu, saya juga mendapatkan tambahan modal usaha senilai Rp 50 juta dari KUR BRI pada akhir 2024,” ungkapnya.
Dia mengaku, proses pengajuan pendanaan tersebut juga mudah sehingga modal bisa dia terima dengan cepat untuk meningkatkan skala usaha.
“Enaknya lagi, dari pihak BRI juga aktif mendampingi. Jadi, saya diberi tahu cara memutar modal untuk usaha yang menguntungkan, kapan waktu terbaik bayar angsuran agar tidak sampai telat, dan informasi bermanfaat lainnya,” imbuhnya.
Berkat kejeliannya melihat peluang usaha dan kegigihannya dalam berjualan, kini toko kelontong Suryani mampu menghasilkan setidaknya Rp 500.000 per hari.
Walau tujuan awalnya sebagai usaha sampingan, tetapi jerih payah Suryani membuahkan hasil.
Berkat usaha toko kelontong tersebut, Suryani makin naik kelas. Ia pun bisa menopang perekonomian keluarga, termasuk menyekolahkan anak-anaknya.
Pada kesempatan terpisah, Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi mengungkapkan kisah Suryani adalah contoh nyata dari pelaku usaha yang memanfaatkan pendanaan usaha, mulai dari usaha mikro dan terus berkembang hingga naik kelas.
“BRI terus mendukung pelaku usaha ultra mikro melalui pendampingan dan pemberdayaan usaha. Pemberdayaan itu tidak hanya dengan penyaluran pinjaman saja, tetapi dilakukan pula pendampingan usaha dan diajarkan untuk bisa menabung,” jelasnya.