KOMPAS.com - Menderita penyakit mata ikan atau dikenal dengan istilah clavus dapat mengganggu aktivitas sehari-hari akibat rasa nyeri yang ditimbulkan. Seperti itulah yang dirasakan oleh seorang mahasiswi bernama Vany Tri Heidyanti (23) ketika dirinya mendapati jempol kakinya timbul benjolan keras disertai peradangan di sekitarnya.
Dengan kondisi tersebut, Vany mengaku mengandalkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk mendampinginya selama mengobati penyakit mata ikan.
“Pengalaman menggunakan BPJS Kesehatan saya rasakan waktu mengobati mata ikan di jempol kaki sebelah kiri,” tuturnya melalui keterangan tertulis kepada Kompas.com, Senin (14/4/2025).
Awalnya, Vani cuek saja dengan benjolan tersebut karena belum ada gangguan. Akan tetapi, setelah seminggu, benjolannya semakin besar dan ditambah dengan rasa sakit menusuk saat berjalan.
“Akhirnya, saya langsung konsultasikan ke Puskesmas Pekayon. Di situ, dokter melakukan pemeriksaan benjolan dan konfirmasi riwayat kesehatan. Kemudian, dokter menetapkan kalau saya terkena mata ikan dan harus dilakukan operasi kecil karena kondisinya cukup dalam,” ucap Vany.
Vany yang kala itu masih aktif berkuliah dan bekerja paruh waktu sempat ragu untuk menyetujui saran dari dokter. Ia takut penyembuhan pascaoperasi akan menghambat aktivitasnya, terlebih lagi dirinya mengkhawatirkan berapa biaya yang harus dibayar untuk tindakan beserta obat-obatan yang diterimanya.
Untuk menjawab rasa ragu tersebut, ia meminta penjelasan kepada pihak fasilitas kesehatan terkait prosedur operasi dan penjaminan menggunakan program JKN.
Dari penjelasan dokter operasi mata ikan, tindakan tersebut tidak akan terlalu mempersulit aktivitas kuliah dan kerja. Dokter juga menjelaskan, sebagai peserta aktif program JKN, biaya tindakan operasi dijamin oleh BPJS Kesehatan.
Jadi, ia tidak perlu menyiapkan biaya apa pun sampai sembuh, termasuk operasi kecil.
“Operasi kecil langsung dilakukan di puskesmas dan boleh langsung pulang. Saya juga diberikan obat serta disarankan kontrol untuk lepas jahitan seminggu kemudian. Alhamdulillah, semuanya lancar dan gratis sesuai pernyataan sebelumnya,” lanjutnya.
Selain manfaat penjaminan penuh biaya pengobatan, Vany juga menuturkan impresi yang didapatkannya selama mengakses pelayanan di puskesmas.
Meski terdaftar sebagai pasien pengguna JKN, ia dilayani secara profesional, terlihat dari pendekatan para tenaga kesehatan yang sangat ramah dan edukatif.
Ia juga mendapatkan dukungan informasi dan sekaligus moral sebelum pemberian tindakan lanjutan sehingga menjadi lebih tenang menjalani setiap rangkaian pengobatan.
Menurutnya, sudah tidak relevan lagi kalau ada orang yang bilang pasien BPJS Kesehatan dipersulit.
Vany sendiri telah merasakan layanan maksimal yang diberikan kepada peserta program JKN.
Mulai dari administrasi yang praktis cukup menunjukkan Kartu Tanda Penduduk (KTP), antrean sesuai urutan, sikap petugas medis maupun nonmedis juga adil tanpa membedakan jenis kepesertaan. Hal yang tak kalah penting, lanjut Vany, semuanya bisa dijamin.
“Bagus banget pokoknya, bakal jadi andalan saya banget program ini mulai sekarang dan seterusnya,” puji Vany.
Vany juga belajar banyak hal dari pengalaman tersebut. Ia jadi menyadari bahwa fungsi fasilitas kesehatan tingkat pertama, seperti puskesmas atau klinik, juga bisa menjadi tempat pelayanan kesehatan yang profesional dan nyaman, bukan sekadar tempat alternatif saat darurat lalu meminta rujukan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
Untuk itu, ia berharap, ada upaya proaktif dari pihak fasilitas kesehatan tingkat pertama dan BPJS Kesehatan untuk membuka mata masyarakat yang masih belum memahami konsep tersebut.
Ia juga berharap, ke depan, kepercayaan masyarakat terhadap BPJS Kesehatan dan juga puskesmas atau klinik bisa terus meningkat ya. Sebab, keduanya sudah memberikan manfaat yang sama-sama baik.
“Terutama dari pengalaman saya sendiri. Ternyata, puskesmas atau klinik bisa menyelesaikan permasalahan kesehatan masyarakat, tanpa harus ada rujukan ke rumah sakit. Hal ini perlu menjadi perhatian untuk dilakukan sosialisasi secara masif kepada masyarakat melalui berbagai media informasi agar masyarakat bisa lebih sadar,” tutur Vany.