KOMPAS.com - Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 menjadi momentum penting untuk merayakan perjalanan dunia pendidikan Indonesia.
Salah satu lembaga pendidikan tinggi yang telah memberikan kontribusi besar terhadap pemerataan pendidikan di Tanah Air adalah Universitas Terbuka (UT).
Sejak berdiri pada 1984, UT tidak hanya memperkenalkan konsep pendidikan tinggi jarak jauh, tetapi juga memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat di berbagai pelosok, baik dalam maupun luar negeri. Semuanya UT lakukan agar masyarakat dapat mengenyam pendidikan tinggi yang berkualitas.
UT juga terbukti selalu menjadi garda terdepan dalam menciptakan peluang bagi setiap individu yang ingin melanjutkan pendidikan tanpa terbatas oleh jarak dan waktu. Utamanya, yang tinggal di daerah-daerah terpencil.
Berkat itu, UT memiliki peran penting dalam memajukan pendidikan tinggi di Indonesia, khususnya dalam dua dekade terakhir.
Konsep pendidikan terbuka yang ditawarkan UT memungkinkan ribuan mahasiswa dari berbagai latar belakang untuk mengakses program-program akademik yang relevan dan berstandar internasional.
Kiprah UT tersebut tidak lepas dari peran penting yang dimainkan oleh setiap rektor yang memimpin universitas.
Setiap pemimpin mampu membawa semangat dan inovasi yang memperkuat posisi UT di dunia pendidikan tinggi Indonesia, mulai dari Profesor Setijadi MA, PhD (1984-1992), Prof Dr Benny Suprapto (1992-1996), Prof Bambang Sutjiatmo (1996-2001), dan Prof Dr M Atwi Suparman MSc (2001-2009).
Kemudian, Prof Ir Tian Belawati MEd, PhD (2009-2017), Prof Ojat Darojat MBus, PhD (2017-2025), hingga yang menjabat saat ini, Dr Mohamad Yunus SS, MA (2025).
Untuk rektor keempat UT, Atwi, ia berperan besar dalam memperkuat arah kebijakan institusi melalui penajaman visi dan penerapan sistem penjaminan mutu (SIMINTAS).
Ia juga mengimplementasikan prinsip good corporate governance yang membentuk budaya kerja dengan berorientasi pada pencapaian target.
Pada kepemimpinannya, infrastruktur UT juga dibangun secara masif. Selain itu, struktur organisasi ditata ulang sesuai kebutuhan, dan kepemimpinan di UPBJJ serta unit-unit UT mulai diisi oleh dosen internal.
Atwi pun menggagas sistem insentif pegawai berbasis kinerja yang meningkatkan profesionalitas dan kesejahteraan tenaga kerja UT.
Meneruskan transformasi positif itu, Tian yang menjabat sebagai rektor kelima UT juga mencatat tonggak penting dengan mengusung kebijakan strategis berupa intensifikasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Melalui inisiatif bertajuk UT Online, berbagai layanan akademik dan manajemen ditransformasikan secara daring.
Layanan itu, mulai dari digitalisasi bahan ajar dan sistem tutorial online (TUTON), perpustakaan digital dengan digital resources dan virtual reading room, hingga sistem ujian berbasis situs.
Layanan mahasiswa pun diperkuat dengan hadirnya Sentra Layanan UT (SALUT), contact center, Hallo UT, serta sistem administrasi akademik online yang memudahkan akses pendaftaran, pembayaran, dan berbagai layanan lainnya.
Pada periode beliau pula, lahir tagline ikonik UT, yakni “Making Higher Education Open To All”.
Tagline tersebut menjadi simbol dari sebuah komitmen kuat untuk membuka akses pendidikan tinggi seluas-luasnya bagi masyarakat Indonesia.
Tak hanya itu, status UT turut bertransformasi menjadi PTN PK-BLU disertai penerapan sistem remunerasi yang setara demi meningkatkan kesejahteraan pegawai, baik di tingkat pusat maupun UPBJJ.
Kiprah tersebut mempertegas kiprah UT sebagai pelopor pendidikan jarak jauh yang adaptif dan inklusif di era digital.
Setelah itu, Ojat yang menjadi Rektor UT keenam menegaskan perannya sebagai pelopor pendidikan jarak jauh berbasis digital dengan berbagai terobosan strategis.
Salah satu langkah monumentalnya adalah pengembangan digital learning ecosystem yang mengintegrasikan seluruh sistem teknologi informasi dan komunikasi UT.
Sistem itu dihadirkan guna memperkuat mutu layanan akademik kepada mahasiswa di seluruh pelosok negeri.
Reformasi layanan tersebut juga mencakup pemutakhiran kebijakan akademik dan administrasi agar lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi dan ekspektasi pemangku kepentingan.
Bahkan, pada masa pandemi Covid-19, UT membuktikan ketangguhannya dengan mempercepat pemanfaatan UT Online.
Sistem itu secara signifikan mampu memudahkan mahasiswa dalam mengakses materi belajar tanpa hambatan geografis.
Lemudian, kebijakan inovatif seperti pengiriman bahan ajar langsung ke alamat mahasiswa juga menjadi bukti nyata komitmen UT dalam mewujudkan akses pendidikan tinggi yang inklusif dan bermutu.
Di era Ojat pula, UT resmi bertransformasi dari PTN PK-BLU menjadi PTN BH. Bagi universitas, ini merupakan tonggak penting yang memberikan otonomi tinggi bagi UT agar dapat terus berinovasi dan mengabdi bagi pendidikan Indonesia.
Dorong pembelajaran berbasis teknologi
Saat ini, UT dipimpin oleh Yunus. Ia berkomitmen untuk bisa terus melanjutkan visi besar para pendahulunya.
Di bawah kepemimpinannya, UT semakin memperkuat posisinya sebagai pionir pendidikan tinggi jarak jauh di Indonesia.
Terkait itu, Yunus pun tengah membawa UT menuju era digitalisasi yang lebih maju dengan memperkenalkan sistem pembelajaran berbasis teknologi yang lebih interaktif dan efektif.
Dirinya juga fokus pada peningkatan kualitas layanan dan fasilitas bagi mahasiswa serta memperluas kerja sama dengan berbagai perguruan tinggi dan lembaga internasional.
Hal tersebut Yunus lakukan demi terus mengembangkan kapasitas UT sebagai pusat pendidikan tinggi yang inklusif.
Prof Dr M Atwi Suparman MSc, PhD (2009-2017), Prof Ojat Darojat MBus, Prof Ir Tian Belawati Med, dan Dr Mohamad Yunus SS, MA.Tidak hanya itu, pada masa kepemimpinannya juga diluncurkan kurikulum baru tunggal yang dirancang untuk lebih relevan terhadap kebutuhan di dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Untuk menunjang hal tersebut, tentu Yunus juga berupaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di UT agar target dan aspek-aspek yang dicanangkan dapat berjalan serta direalisasikan dengan baik.
Sebagai institusi pendidikan tinggi yang berkomitmen untuk memberikan akses pendidikan berkualitas, UT terus berinovasi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Dengan dukungan dari semua pihak, terutama jajaran rektor yang telah memberikan kontribusi besar, UT tetap menjadi pilihan utama bagi masyarakat Indonesia yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi dengan cara yang lebih fleksibel, efisien, dan terjangkau.
Dalam momentum Hardiknas 2025, UT ingin kembali menegaskan perannya sebagai kampus berdampak yang tidak hanya membuka akses pendidikan, tetapi juga berdaya dan berdampak langsung bagi masyarakat, dunia usaha/industri, serta ekosistem riset dan inovasi nasional.
Universitas Terbuka (UT) juga hadir sebagai pusat pembelajaran dan pusat penciptaan solusi bersama masyarakat karena berperan dalam menjawab tantangan sosial dan ekonomi melalui pendekatan yang inklusif, berbasis data, serta teknologi.
Konsep kampus berdampak itulah yang menempatkan UT sebagai institusi yang tidak hanya mencetak lulusan, tetapi juga menggerakkan perubahan sosial, memperkuat literasi digital, dan mendorong kemandirian komunitas melalui pendidikan tinggi jarak jauh.
Berkat semua kelebihan itu, kontribusi UT dalam dunia pendidikan tinggi Indonesia jelas tidak dapat dipandang sebelah mata.
Dengan lebih dari 2 juta alumni yang tersebar di berbagai penjuru negeri dan lebih dari 670.000 mahasiswa aktif, UT terus menunjukkan kiprahnya sebagai pionir pendidikan jarak jauh di Indonesia.
UT bukan sekadar membuka akses kuliah tanpa batas, tetapi juga membuktikan bahwa kualitas pendidikan tinggi dapat dinikmati oleh siapa pun, mulai dari mereka yang tinggal di pelosok desa hingga pusat kota.
Pendidikan di UT juga menjangkau berbagai latar belakang, dari aparatur sipil negara, pekerja swasta, ibu rumah tangga, hingga diaspora Indonesia di luar negeri.
Menjawab tantangan zaman, UT hadir bukan hanya sebagai institusi pendidikan, tapi sebagai penggerak perubahan dan katalis pembangunan manusia unggul.
Semua UT lakukan demi kemajuan Indonesia yang lebih inklusif, cerdas, dan berdaya saing global.