Advertorial

Bukan Malas Ngantor, Ini Alasan Sistem Hybrid Disukai Karyawan

Kompas.com - 08/05/2025, 13:58 WIB

KOMPAS.com – Pukul 07.00 pagi, Jakarta mulai padat. Rina, karyawan swasta di Ibu Kota, bersiap menghadapi kemacetan menuju kantor. Setelah bertahun-tahun menjalani metode kerja hybrid, kini ia harus kembali ke cara lama, yaitu bekerja penuh dari kantor.

Di tengah perubahan itu, Rina merindukan betul kenyamanan kerja secara hybrid. Bahkan, aparatur sipil negara (ASN) yang skema kerjanya dari kantor mendambakan bisa menjalani sistem kerja serupa.

Hasil survei Badan Kepegawaian Negara (BKN) pada 2023 terkait penerapan skema kerja di lingkungan pegawai pemerintahan menunjukkan, sebanyak 95,7 persen responden menginginkan bekerja secara hybrid atau flexible working arrangement.

Menimbang temuan tersebut dan efektivitas serta manfaat metode kerja hybrid yang telah diadopsi perusahaan swasta, pemerintah pun akhirnya menerapkan metode tersebut di sejumlah kementerian pada 2024.

-Dok. IWG -

Tingkatkan produktivitas

Boston Consulting Group melakukan survei terhadap para pekerja di tiga negara, yaitu Jerman, India, dan Amerika Serikat (AS), pada 2020. Lembaga ini mencari tahu efektivitas penerapan kerja hybrid terhadap produktivitas.

Hasilnya, 75 persen responden mengaku tetap produktif selama menjalani metode kerja hybrid. Bahkan, sebagian dari mereka justru mengalami peningkatan produktivitas.

Hal serupa juga ditemukan dalam riset IWG sebagai salah satu penyedia ruang kerja fleksibel terbesar di dunia.

Lewat riset bertajuk “View From the Top: Why CEOs Choose Hybrid Working” yang dilakukan bersama Stanford University pada 2023, IWG menemukan bahwa produktivitas pekerja naik hingga 4 persen berkat waktu kerja yang lebih efisien dari penerapan metode kerja hybrid.

Studi yang dilakukan Profesor Ekonomi Stanford University Nicholas Bloom terhadap 1.612 karyawan Trip.com di Shanghai turut memperkuat temuan-temuan sebelumnya.

Dirilis Nature pada Juni 2024, studi itu menunjukkan, karyawan yang menjalani sistem hybrid memiliki tingkat produktivitas yang sebanding dengan rekan mereka yang bekerja penuh waktu dari kantor. Menariknya, tingkat pengunduran diri menurun hingga 33 persen lantaran penerapan sistem kerja tersebut.

Metode kerja hybrid kian diminati karena beragam tools pendukung bermunculan. Ini membuat pekerja jadi bisa bekerja seefektif seperti di kantor. 

Di sisi lain, penerapan kerja hybrid menghindarkan pekerja dari stres akibat perjalanan, baik karena kemacetan, jarak yang jauh, waktu tempuh yang lama, ataupun kepadatan transportasi umum. Energi dan waktu yang sebelumnya habis untuk commuting bisa dialihkan ke pekerjaan.

Selain produktivitas, metode kerja hybrid juga membantu pekerja menyeimbangkan ritme kerja dengan kehidupan pribadi sehingga work-life balance tercipta.

Dalam jangka panjang, keseimbangan tersebut mendorong pengembangan karier dan loyalitas terhadap perusahaan. Karyawan yang puas secara mental dan emosional cenderung tampil lebih baik dalam menjalankan tanggung jawabnya.

-Dok. IWG -

Skema kerja hybrid bagi perusahaan

Skema kerja hybrid tidak sekadar soal fleksibilitas. Model ini pun terbukti berdampak positif bagi performa perusahaan secara menyeluruh.

Survei IWG bertajuk Hybrid Talent Magnet Report 2023, sebanyak 95 persen professional human resource (HR) menyatakan bahwa hybrid working efektif untuk merekrut talenta terbaik. 

Sementara, 88 persen karyawan menyebut fleksibilitas dalam hal ini metode kerja hybrid sebagai manfaat utama yang dicari saat mereka melamar pekerjaan baru.

-Dok. IWG -

Fasilitas kerja hibrida untuk produktivitas maksimal

Metode kerja hybrid memang menawarkan kenyamanan. Namun, kehadiran ruang kerja yang layak tetap diperlukan agar bekerja bisa nyaman dan fokus. Sebagai penyedia ruang kerja fleksibel terbesar di dunia, IWG menjawab kebutuhan tersebut.

Beroperasi di lebih dari 4.000 lokasi yang tersebar di kota-kota besar di lebih dari 120 negara, IWG menyediakan berbagai pilihan ruang kerja yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan individu ataupun perusahaan.

Reputasi IWG tak perlu dipertanyakan karena telah dipercaya oleh sejumlah perusahaan teknologi dan bisnis global ternama. Sebut saja Disney, IBM, Uber, Spotify, TikTok, Dell, dan Microsoft.

Di Indonesia, IWG telah hadir di 32 lokasi di tujuh kota, yakni Jakarta, Balikpapan, Bandung, Semarang, Makassar, Medan, dan Surabaya.

Untuk memenuhi kebutuhan beragam segmen, IWG menghadirkan tiga merek ruang kerja utama.

Pertama, Signature, yang menawarkan ruang kerja premium dengan desain elegan dan layanan berkelas layaknya hotel bintang lima. Lokasinya berada di kawasan bergengsi, cocok bagi profesional dan eksekutif yang mengutamakan kenyamanan dan citra bisnis.

Kedua, Regus, yang menjadi pilihan populer karena memiliki jaringan lokasi terbanyak dan mudah dijangkau dari pusat transportasi umum. Regus memungkinkan karyawan untuk tetap produktif sambil bekerja lebih dekat dari rumah. Di Jakarta saja, Regus hadir di 36 titik strategis.

Ketiga, HQ, yang dirancang khusus bagi pelaku usaha atau individu yang mengutamakan efisiensi biaya tanpa mengorbankan kenyamanan. Dengan desain modern dan mendukung kolaborasi, HQ menjadi pilihan ideal bagi startup, freelancer, maupun profesional muda.

Dengan ragam solusi ruang kerja ini, IWG memberikan keleluasaan bagi perusahaan dan pekerja untuk menjalani metode kerja hybrid yang efektif dan berkelanjutan.

Informasi lebih lanjut mengenai solusi ruang kerja fleksibel dari IWG dapat diakses melalui situs resmi www.iwgplc.com.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau