Advertorial

Perdalam Praktik Ekonomi Sirkular, 67 Kepala Sekolah Ikuti IGPA dan CSPP 2025

Kompas.com - 09/05/2025, 14:30 WIB

KOMPAS.com - Daerah Istimewa Yogyakarta kembali menjadi tuan rumah untuk ajang nasional yang berfokus pada pendidikan berkelanjutan.

Ajang tersebut adalah Indonesia Green Principal Award (IGPA) Batch 6 dan Circular School Program Partnership (CSPP) Symposium 2025.

Pada ajang itu, sebanyak 67 kepala sekolah dari berbagai daerah berkumpul untuk memperdalam pemahaman dan praktik ekonomi sirkular di dunia pendidikan.

Selama program berlangsung, para peserta diajak untuk mengeksplorasi berbagai inisiatif lokal di Yogyakarta yang menjadi contoh nyata penerapan prinsip keberlanjutan.

Para kepala sekolah diajak untuk mengikuti pelatihan pewarna alami di GamaIndigo dan belajar pengelolaan air hujan menjadi air minum di Sekolah Air Hujan Banyu Bening.

Kemudian, para peserta juga diajak melakukan kunjungan reflektif ke Monumen Antroposen di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan yang merupakan instalasi unik dari limbah plastik sebagai simbol peringatan terhadap dampak manusia di era antroposen.

Tidak hanya itu, peserta pun diajak mengunjungi Pusat Inovasi Agroteknologi (PIAT) Universitas Gadjah Mada (UGM).

Di sana, mereka mempelajari ekonomi sirkular dan ketahanan pangan sebagai bagian dari upaya membangun ekosistem pertanian berkelanjutan.

Lalu, ada kunjungan ke Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam untuk melihat pengolahan sampah dan penerapan ekonomi sirkular di sekolah.

Sebanyak 34 peserta CSPP Symposium juga melakukan kunjungan ke Museum Gumuk Pasir, Taman Gumuk Pasir Parangtritis, dan diskusi bersama komunitas Garduaction.

Selain itu, mereka mengikuti kegiatan pembersihan Pantai Parangkusumo sebagai wujud aksi lingkungan nyata. Kemudian, ada diskusi dan pelatihan penulisan policy paper di UGM.

Seminar “Mendorong Transformasi Sekolah Menuju Ekonomi Sirkular” yang berlangsung pada Sabtu (26/4/2025) menjadi puncak rangkaian kegiatan.

Seminar tersebut dihadiri oleh tokoh pemerintah, seperti perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup (LH) Ary Sudijanto dan perwakilan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Arif Jamali.

Turut hadir perwakilan sektor industri dan akademisi, di antaranya dari Coca-Cola Europacific Partners Indonesia, Noovoleum, PT INASTEK, UGM, serta Majelis Lingkungan Hidup Muhammadiyah sebagai perwakilan sektor organisasi.

Pada seminar tersebut, para peserta CSPP diminta untuk menyerahkan policy paper berisi rekomendasi integrasi ekonomi sirkular dalam sistem pendidikan nasional.

Paper tersebut disusun berdasarkan hasil refleksi dari pengalaman mereka selama mengikuti program.

Fokus paper-nya adalah menekankan urgensi transformasi pendidikan menuju ekonomi sirkular sebagai upaya mengatasi eksploitasi lingkungan serta kekurangan pendekatan riset dalam dunia pendidikan.

Inisiatif itu diharapkan akan menciptakan ekosistem pendidikan sirkular, mendorong integrasi prinsip ini dalam kurikulum, penguatan kapasitas, kolaborasi, dan regulasi yang lebih transformatif.

Dengan spirit kolaborasi yang kuat, IGPA dan CSPP 2025 jadi forum penting dalam mempertegas peran kepala sekolah sebagai agen perubahan.

Selain itu, forum tersebut juga bertujuan untuk melahirkan generasi pemimpin yang siap membangun sekolah berbasis ekonomi sirkular untuk masa depan Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau