KOMPAS.com - Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2025 menjadi momentum untuk memperkuat komitmen dalam menghadirkan pendidikan yang bermutu, adil, dan inklusif, terutama bagi penyandang disabilitas belajar.
Mengusung tema “Partisipasi Semesta Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua”, Hardiknas 2025 mengajak masyarakat berperan aktif menanggulangi kesenjangan pendidikan, termasuk melalui pemanfaatan teknologi.
Sejalan dengan hal tersebut, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom menghadirkan program Innovillage sebagai wadah pemberdayaan berbasis teknologi digital. Program ini telah melahirkan solusi kreatif yang menyasar kebutuhan sosial masyarakat.
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah menyampaikan bahwa sejalan dengan semangat Hardiknas, Telkom berupaya memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Salah satunya, dengan menghadirkan Innovillage sebagai program yang dapat mendorong generasi muda berinovasi melalui pemanfaatan teknologi digital.
“Kami berharap, Innovillage melahirkan inovasi yang dapat memberikan dampak positif dan berkelanjutan, termasuk dalam mendukung pendidikan inklusif di seluruh Indonesia,” kata Ririek dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (8/5/2025).
Program Innovillage menghadirkan beragam inovasi untuk pendidikan inklusif, dan salah satu yang paling menonjol adalah TUTUR.
TUTUR merupakan aplikasi komunikasi visual berbasis Picture Exchange Communication System (PECS) yang dirancang sebagai media pembelajaran bagi anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa. Program ini merupakan karya mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.
Ketua Tim TUTUR Muhammad Ahsani Taqwim menjelaskan, aplikasi tersebut dirancang untuk anak disabilitas tunarungu, tunagrahita, dan autisme yang memiliki keterbatasan komunikasi dan bahasa.
“Aplikasi tersebut ditujukan untuk membantu anak yang memiliki keterbatasan komunikasi dan bahasa dapat belajar dan berkomunikasi dengan metode Augmentative and Alternative Communication (AAC) dan PECS,” kata Ahsani.
Inovasi Innovillage
Melalui aplikasi TUTUR, Ahsani berharap inovasi yang dikembangkannya dapat bermanfaat, khususnya untuk teman-teman disabilitas.
Selain sebagai alat bantu komunikasi, TUTUR juga didesain sebagai media edukatif yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar di sekolah dan di rumah. Guru dan orangtua dapat menyesuaikan konten visual dalam aplikasi sesuai kurikulum dan kebutuhan anak.
Dengan pendekatan tersebut, TUTUR tidak hanya memfasilitasi kebutuhan komunikasi, tetapi juga mempercepat proses belajar melalui visualisasi yang mudah dipahami.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, hanya 37,76 persen anak penyandang disabilitas usia sekolah yang bisa mengakses pendidikan formal.
Angka tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan anak tanpa disabilitas. Sebagian besar tidak bersekolah karena minimnya fasilitas yang mampu mengakomodasi kebutuhan khusus mereka.
Lebih dari itu, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 4 juga menegaskan pentingnya pendidikan yang inklusif dan berkualitas untuk semua.
SDGs poin 10 juga menyerukan pentingnya mengurangi ketimpangan, termasuk dengan memberikan perhatian khusus kepada kelompok rentan, seperti penyandang disabilitas.
Salah satu kelompok yang terdampak adalah anak-anak dengan gangguan bicara dan bahasa. Mereka kerap mengalami hambatan komunikasi yang memengaruhi keterlibatan dalam kegiatan belajar-mengajar, serta berdampak pada perkembangan sosial dan emosional.
Dalam konteks tersebut, partisipasi masyarakat dan inovasi teknologi menjadi kunci untuk menjembatani kesenjangan pendidikan tersebut.
Selain TUTUR, Innovillage ke-5 itu juga menghasilkan inovasi lain yang dapat mendukung pembelajaran bagi penyandang disabilitas, yakni talkBook. Inovasi karya Telkom University ini mengusung konsep komunikasi alternatif berbasis audiovisual.
Dengan format buku digital interaktif, talkBook mengoptimalkan interaksi anak-anak penyandang hambatan komunikasi melalui kombinasi suara, teks, dan gambar yang dapat dipersonalisasi.
Inovasi tersebut dirancang untuk meningkatkan respons emosional dan kemampuan reseptif anak terhadap materi pelajaran dan interaksi sosial, terutama pada anak dengan autisme, afasia, atau cerebral palsy.
Selain menjawab kebutuhan komunikasi, TUTUR dan talkBook membuka peluang partisipasi lebih luas bagi anak-anak berkebutuhan khusus di lingkungan sekolah dan pendidikan tinggi.
Inovasi-inovasi tersebut sejalan dengan prinsip utama SDGs poin 4 dan 10, yakni menjembatani kesenjangan melalui pendekatan yang adil, inovatif, dan berpusat pada individu.
Hardiknas 2025 menjadi seruan moral bahwa pendidikan bermutu tidak boleh eksklusif. Pendidikan harus menjangkau semua golongan, termasuk kelompok yang termarjinalkan. Dengan mengedepankan nilai inklusivitas dan keadilan sosial, Indonesia tengah menapaki jalan menuju masa depan yang lebih setara.
Pendidikan yang mampu merangkul semua kelompok dan tanpa diskriminasi bukan hanya mencerdaskan kehidupan bangsa, melainkan juga memperkuat fondasi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Lebih dari sekadar slogan, visi tersebut merupakan panggilan nyata untuk bertindak hari ini demi masa depan yang lebih baik tanpa meninggalkan siapa pun di belakang.