KOMPAS.com – Kemajuan teknologi digital dan layanan keuangan berbasis elektronik semakin memudahkan masyarakat dalam bertransaksi, mulai dari pembayaran melalui QRIS, transfer antarbank lewat ponsel, hingga berbagai fitur dompet digital (e-wallet) yang praktis digunakan sehari-hari.
Namun, peningkatan penggunaan layanan digital juga meningkatkan risiko kejahatan siber. Berbagai modus penipuan muncul dan menyasar pengguna yang belum memiliki pemahaman mendalam mengenai keamanan keuangan digital.
Salah satu modus penipuan yang kini marak terjadi adalah penawaran kartu fisik e-wallet, termasuk yang mengatasnamakan GoPay ataupun GoPayLater.
Mengutip dari pernyataan resmi yang diterima Kompas.com, Kamis (5/6/2025), pihak GoPay tidak pernah meluncurkan kartu fisik untuk bertransaksi menggunakan GoPay ataupun GoPayLater.
Jadi, penawaran kartu fisik merupakan bentuk penipuan yang mengincar data pribadi agar oknum bisa membobol akun dan melakukan transaksi. Pihak GoPay menegaskan bahwa layanan keuangan hanya dapat diakses melalui aplikasi GoPay dan Gojek.
Hindari modus penipuan berkedok kartu fisik
Penipuan yang sedang marak terjadi berupa penawaran kartu fisik e-wallet biasanya menyebar lewat media sosial, e-mail, atau pesan instan.
Pelaku menawarkan kartu fisik dengan berbagai klaim keunggulan dan mengarahkan korban untuk mengisi formulir atau mengklik tautan tertentu. Tautan tersebut didesain untuk mencuri informasi pribadi, seperti PIN dan kode OTP. Bahkan, tautan ini juga bisa mengarahkan korban untuk mengakses akun e-wallet milik mereka.
Oleh sebab itu, masyarakat diimbau untuk tidak tergiur dengan tawaran yang tidak resmi dan segera melaporkan jika menerima pesan mencurigakan yang mengatasnamakan penyedia layanan e-wallet.
Untuk melindungi diri dari kejahatan digital, masyarakat disarankan untuk menerapkan langkah-langkah berikut.
Sejumlah langkah keamanan tersebut merupakan upaya penting bagi pengguna e-wallet untuk terhindar dari kejahatan digital.
Literasi digital, termasuk lewat edukasi mengenai perlindungan data pribadi, juga menjadi kunci utama agar tidak mudah terjebak oleh berbagai modus yang terus berkembang.
Dengan terus mengikuti informasi dari sumber resmi dan membiasakan perilaku digital yang aman, masyarakat dapat memanfaatkan layanan teknologi dengan optimal tanpa mengorbankan keamanan data pribadi.
Pemahaman dan kewaspadaan menjadi kunci agar transformasi digital benar-benar membawa manfaat, bukan celah bagi pelaku kejahatan siber.